8. Maafkan Saya

111 11 0
                                    

"Lho Kak Sadam?" Airani mengerjapkan matanya melihat Sadam berada di depan minimarket.

"Saya antar kamu pulang Ran! Ayo!" Sadam membuka pintunya untuk Airani.

"Kok disini? Ada apa ya kak?" Airani masuk tanpa menolak.

Bagaimana dia bisa menolak jika Sadam telah membukakan pintu untuknya. Mana bisa juga dia menolak permintaan Sadam yang akan mengantarkannya pulang. Bagi Airani itu sebuah hal yang harus diiyakan. Sadam masuk dan memasang sabuk pengamannya.

"Saya mau antar kamu!" Sadam tersenyum dan menjalankan mobilnya.

Sepajang jalan Airani hanya diam tanpa tahu harus mengatakan apa pada Sadam. Dia juga tidak memiliki bahan pembicaraan selain pekerjaan. Dia juga sedang tidak mau membahasnya.

"Saya minta maaf sama kamu soal tadi! Saya benar-benar minta maaf Ran! Saya malah buat kamu nggak nyaman kerja sama saya juga Rania. Kami emang sering bertengkar kayak tadi. Tapi kami malah nggak paham posisi kamu disana. Maaf ya Ran!"

"Nggak apa-apa kak! Saya juga minta maaf ya kalau nyinggung Kak Sadam sama Mbak Rania. Tadi kayaknya juga ikutan emosi!" Cicit Airani.

"Kedepannya kami akan lebih hati-hati Ran! Biar kita semua juga kerjanya enak. Kalau kamu ngerasa nggak nyaman sama sesuatu, bicara aja sama saya! Saya mau kamu lebih terbuka lagi! Kamu juga ikut dalam tim."

"Iya kak! Kak Sadam jemput saya karena mau minta maaf ya? Padahal bisa lho lewat telepon aja. Saya juga nggak masalah. Ini malah repotin Kak Sadam."

"Kamu nggak repotin saya! Ini memang kemauan saya jemput kamu pulang! Juga karena saya mau ketemu kamu!"

"Ketemu saya?"

"Iya! Saya harus lihat apakah kamu marah sama saya atau nggak. Bakalan serius kalau kamu marah sama saya! Kamu kan otak proyek ini!"

"Apaan sih kak! Saya aja nggak ngapa-ngapain selain buat ceritanya!"

"Siapa bilang? Kamu itu udah kerja keras! Percaya diri, Ran! Saya mau kamu lebih percaya diri sama kemampuan kamu! Kalau nggak ada kamu, proyek ini nggak akan jadi! Kamu hebat!" Sadam menepuk kepala Airani pelan.

Airani memalingkan wajahnya yang begitu merah padam. Dia tersenyum menahan teriakan yang akan keluar dari dalam mulutnya. Apa tadi itu? Kenapa jantungnya begitu berdebar-debar hari ini hanya karena tepukan di kepalanya? Airani melirik Sadam yang menyetir mobil. Bagaimana dia bisa move on kalau Sadam memperlakukannya seperti ini? Mungkin dia harus bertahan dengan rasa cintanya yang semakin besar.

💌💌💌

"Mbak!"

"Apaan?" Tanya Laras menata mie di rak-rak.

"Kayaknya aku nggak bisa tahan perasaan aku lagi mbak! Aku suka sama Kak Sadam!" Airani menatap Laras.

"Apa? Lo seriusan suka sama Sadam?" Tanya Laras.

"Iya! Kak Sadam itu manis banget, dia sering beliin aku makanan, minuman, tanya aku banyak hal, perhatian, juga sering puji aku! Apa jangan-jangan Kak Sadam suka lagi sama aku mbak?"

Airani sudah memikirkannya sejak hari Sadam mengantarkannya pulang. Sadam memperlakukannya jauh lebih baik lagi. Bahkan sering menjemputnya. Dia jadi bingung harus bagaimana. Apakah dia harus menyatakan cintanya duluan? Tapi dia seorang perempuan! Mana mungkin dia mengatakan bahwa dia menyukai Sadam. Bagaimana jika dia ditolak? Bagaimana? Airani tidak mau hubungan mereka menjadi canggung.

"Jangan pede dulu! Siapa tahu ternyata dia emang anaknya baik sama semua orang? Lo jangan main tembak orang, gimana kalau sebenarnya dia cuma anggap lo temen?"

"Iya sih! Tapi gimana kalau Kak Sadam emang suka sama aku mbak?"

"Lo tunggu aja dia nembak! Simpel! Kalau dia suka sama lo, dia pasti nembak lo! Kalau nggak ya udah. Mending lo move on sama siapa gitu! Mau gue kenalin nggak sama temennya suami gue?"

"Nggak dulu mbak! Aku masih suka sama Kak Sadam! Masa tiba-tiba kelain hati? Besok gimana kalau dia nembak aku? Bisa masalah nanti!"

"Ran! Ran! Lo itu terlalu kepedean!"

"Ya nggak apa-apa mbak! Sebelum Kak Sadam belum punya pacar, aku harus kepedean. Lagian aku juga cantik kok! Hehehe..."

"Alhamdulillah, lo udah sadar. Semua cewek itu cantik lagi, lo percaya diri aja! Kalau Sadam emang suka sama lo! Gue doain semoga kalian langgeng sama jodoh! Jodoh juga nggak ada yang tahu. Bisa aja orang yang lo kenal atau seseorang yang nggak sengaja ketemu lo di jalan! Hidup itu banyak plot twist nya! Bukan hanya di cerita!" Laras bangkit dan mengambil kardus-kardus lain.

Airani terdiam melihat pintu, semoga saja Sadam memang jodohnya. Jika bukan, tolong dipaksa. Kalau benar-benar bukan jodohnya, Airani akan memaksanya.

💌💌💌

"Hai! Ran!"

"Hai! Mbak!" Sapa Airani pada Rania di dalam mobil.

Dia tersenyum kecil kepada dua orang yang ada di dalam mobil. Sedang apa mereka dan darimana mereka memakai pakaian yang terlihat begitu rapi itu!

"Dari mana?" Tanya Airani mendekati mobil.

"Biasa makan-makan! Ayo masuk! Hari ini kan pengumumannya! Kita harus buka sama-sama!" Jawab Rania.

"Iya!" Airani mengangguk dan masuk ke dalam mobil.

Dia sampai lupa jika hari ini adalah pengumuman event itu. Airani jadi tidak sabar untuk segera tahu. Apakah mereka akan menang atau tidak? Airani sangat menantikannya.

"Ran, kamu nggak capek kan?" Tanya Sadam.

"Tadi capek tapi sekarang saya semangat lagi!" Airani tersenyum lebar.

"Bagus deh! Soalnya kata editor saya, kemungkinan besar kita masuk tiga besar. Entah nomer berapa tapi saya pastikan kita dapat uang!"

"Kalau juara pertama gue mau makan sushi!" Rania mengepalkan tangannya bersemangat.

"Kalau kita juara pertama, gue yang traktir! Kamu nggak apa-apa kan Ran makan sushi?" Tanya Sadam melihat Airani dari kaca depan.

Airani menganggukkan kepalanya, bukankah sushi adalah makanan mentah. Kenapa orang-orang suka memakannya? Sejujurnya Airani belum mencobanya tapi dia juga sangat mau memakannya. Ditambah Sadam yang akan membayarnya jadi dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Dia jadi tidak sabar. Semoga saja mereka benar-benar juara pertama. Karena pasti Airani akan menyombongkannya kepada semua manusia di bumi ini. Mungkin saja followernya akan bertambah.

💌💌💌

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Author In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang