10. Gejolak Hati

87 10 0
                                    

"Muka lo pucat banget! Kenapa? Bukannya lo memang lomba itu?" Tanya Laras pada Airani.

"Nggak tahu mbak! Perut aku sakit!" Airani memegangi perutnya.

Kenapa dia tiba-tiba sakit perut? Semalam dia baik-baik saja memakan nasi goreng sushi. Airani menggelengkan kepalanya, dia harus kuat.

"Ran! Lo istirahat aja! Muka lo pucat banget!"

"Aku nggak apa-apa mbak!"

"Tapi..."

"Ya ampun! Mbak yang buat cerita The Witch kan? Mbak kerja disini? Mbak saya kemarin bantu vote, boleh minta foto kan mbak?" Seorang anak SMA menghampiri Airani dengan wajah begitu berbinar.

"Foto?" Tanya Airani tidak percaya.

Seseorang meminta foto kepadanya? Airani menatap Laras, apakah sekarang dia memiliki fans? Apakah ini benar? Airani menggembangkan senyumnya dan menganggukkan kepalanya. Tentu saja dia mau dimintai foto. Kapan lagi menjadi artis dadakan?

"Mbak Laras fotoin ya!" Pinta Airani.

"Ya! Oke!" Laras mengambil handphone anak SMA itu dan memfoto mereka dengan berbagai gaya.

"Ada Airani! Airani! Kak minta foto!"

"Saya juga!"

"Aku mau!"

"Wahhh... Yang buat The Witch sama Kak Sastra!"

"Foto juga kak!"

Beberapa orang berdatangan lagi membuat Airani gelagapan. Kenapa banyak orang yang minta foto dengannya? Bahkan dia hanya penulis tidak terkenal saja. Airani tersenyum dan bergaya di depan kamera. Dia harus bersikap ramah seperti pegawai toko minimarket. Anggap saja mereka juga pelanggan.

"Ughh..." Airani memegangi perutnya yang begitu sakit.

Dia harus tahan sebentar lagi sampai mereka semua dapat foto dirinya. Sebentar lagi saja! Dia bisa menahan rasa sakitnya.

"Saya boleh minta foto!" Tanya seorang laki-laki memakai masker hitam.

"Boleh!" Airani menganggukkan kepalanya pelan. Matanya menatap ke arah Laras. Kenapa Laras sekarang menjadi dua? Airani menggelengkan kepalanya.

"Ayo! Satu... Dua..."

Brukkk...

💌💌💌

"Ughh..."

Airani mengerjapkan matanya melihat langit-langit di atas kepalanya. Dia melirik kesana-kemari dan menemukan Laras yang sedang menatapnya tajam.

"Tadi gue udah bilang! Istirahat! Lihat sekarang, lo malah sakit! Lo nggak tahu gimana paniknya gue tadi? Untung ada mas-mas yang bantu bawa kamu pakai mobilnya! Kalau nggak! Gue nggak tahu harus minta tolong sama siapa? Tadi isinya juga cuma anak-anak SMA lagi!" Cerocos Laras.

"Ini dimana mbak?"

"Rumah sakit!"

"Hah? Rumah sakit? Kok aku dibawa ke rumah sakit sih mbak? Puskesmas aja kan bisa! Aku nggak punya banyak uang!" Airani bangkit cepat.

Dia sangat menghindari di rawat di rumah sakit. Apalagi biaya yang harus dikeluarkan nantinya. Airani melihat tangannya yang diinfus. Bagaimana sekarang? Sepertinya Sadam juga belum mentransfer uangnya? Mana mungkin dia minta pada Sadam. Tidak mungkin juga dia meminjam uang kepada laki-laki itu. Airani memiliki harga diri!

"Tenang aja! Tadi mas-masnya yang bayar! Pas gue mau nalangin tadi, susternya bilang kalau biaya perawatan kamu udah dibayar. Lo istirahat aja! Lo juga inap malam ini, baliknya besok!"

"Hah? Siapa mbak? Mas-masnya kemana? Aku jadi nggak enak sama dia."

"Gue juga nggak tahu! Tapi dia yang antar kamu tadi, kayaknya kalau nggak salah dia fans lo juga!"

"Fans! Terus dia kemana?"

"Pergi nggak tahu kemana! Gue juga nggak tahu karena jagain lo! Tapi ya Ran, kayaknya dia emang fans lo deh! Enak juga ya punya fans kayak dia! Udah baik, perhatian, pokoknya Sadam kalah! Lo pasti nggak tahu tadi pas lo pingsan. Dia langsung gendong lo, gue nggak tahu gimana mukanya. Tapi dari matanya, dia khawatir banget. Terus pas gue tahu mobilnya. Gue mau salto! Mahal!" Jelas Laras mengingat bagaimana saat Airani pingsan.

"Masa mbak?"

"Iya! Anak-anak SMA tadi aja juga teriak kaya gue! Kayak film romantis itu lho, Ran! Kalau di slomo, pasti bagus banget. Tinggal kasih backsound. Sayangnya gue nggak tahu siapa dia! Kalau gue tahu, gue pasti mau jodohin lo sama dia aja!"

"Aku aja nggak kenal mbak! Terus gimana caranya aku bilang makasih?"

Airani kembali tidur, perutnya tidak sesakit tadi tapi kepalanya masih begitu berat. Apakah karena dia makan nasi goreng sushi semalam? Tapi rasanya lumayan seperti nasi goreng seafood. Apa karena dia juga makan ikan mentah sampai perutnya menolak benda asing itu? Mungkin iya. Dia tidak akan lagi makan sushi mentah. Cukup satu kali saja dia mencobanya. Jika Sadam atau Rania mengajaknya lagi, dia akan makan sushi matang saja. Toh sama-sama sushi.

"Hmm... Bilang aja ke sosmed lo! Buat mas-mas yang bantu saya tadi. Saya bilang makasih. Siapapun kamu, tolong DM saya! Gitu!"

"Masa gitu mbak?"

"Coba aja! Siapapun tahu nanti dia DM!"

"Tapi kalau nanti bukan dia?"

"Iya juga! Bilang aja makasih. Kalau ketemu lagi lo harus traktir dia makan! Beres!"

"Nanti aku buat!"

"Lo itu juga kenapa bisa sakit? Salah makan? Semalam makan apa? Kata dokter lo itu keracunan!"

"Hah? Kerancuan?"

"Iya! Bilang sama gue, lo makan apa semalam?"

Airani menggaruk kepalanya yang tidak gatal, apa dia bisa mengatakannya pada Laras? Dia pasti akan dimarahi habis-habisan. Tapi Laras begitu menunggu jawabannya.

"Aku makan sushi!"

"Sushi! Ya Allah, Ran! Perut lo itu masih perut orang miskin, jangan ngandi-ngandi makan sushi! Besok kalau lo udah kaya, makan tuh! Pantas aja lo sakit perut. Lo aja makan ikan mentah!"

"Tapi kan aku pikir bisa makan! Terus aku dibawain sushi banyak terus aku buat nasi goreng deh." Kata Airani begitu pelan.

"Astaghfirullah! Lo emang pengen sakit kayaknya! Siapa suruh sushi dibuat nasi goreng? Hah? Orang Jepang pasti marah sama lo! Hah... Ya udah, lain kali nggak usah makan aneh-aneh. Kalau lo nggak bisa makan! Bilang! Jangan malu! Ini demi kebaikan lo sendiri."

"Iya mbak! Maaf! Aku juga malah repotin Mbak Laras!"

"Iya nggak apa-apa! Tapi gue nggak bisa lama-lama jagain lo! Gue harus pulang, anak gue pasti nyariin gue!"

"Iya! Sekali lagi makasih ya mbak!"

"Iya!"

Airani tersenyum pada Laras, mungkin lebih baik dia tidak memberitahu Sadam dan Rania. Bisa-bisa mereka salah paham nanti. Airani mengambil handphonenya dan membuka sosial medianya. Ada beberapa akun yang mengikutinya hari ini. Lumayan untuk menambah follower menjadi 100 orang tapi apakah orang yang menolongnya adalah salah satu dari mereka? Airani memilih foto pemandangan langit biru dan menambahkan kata-kata disana.

Buat mas-mas yang tolong saya tadi, saya mau bilang terima kasih. Saya nggak tahu siapa kamu, tapi jika kita ketemu lagi saya mau bicara banyak sama kamu. Semoga kita bertemu lagi!

💌💌💌

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Author In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang