28. Kesukaan

89 11 0
                                    

"Yang bagus ya mas! Sebentar, minumannya kurang kesini!" Airani menatap tiap makanan di atas meja.

Mejanya dipenuhi makanan dan minuman berwarna hitam dengan karakter si hitam yang ada dimana-mana. Airani tersenyum dan memperlihatkan banyaknya pesanannya. Dia akan mukbang hari ini.

"Udah! Banyak nih!"

"Nanti saya mau upload! Bagus banget makanannya! Mbak Dhira kenapa ya nggak bilang kalau punya cafe. Kalau udah tahu saya sejak dulu kesini."

"Baru buka seminggu yang lalu. Sebenarnya saya mau ajak kamu waktu opening tapi kamu lagi marah sama saya. Dhira juga sibuk nggak kabarin kamu."

"Ck... Kenapa nggak telpon?"

"Emang kamu angkat?"

"Nggak!" Airani menutup handphonenya dan memilih memakan nasi goreng yang begitu hitam kelam.

"Saya heran, kenapa kamu suka banget sama si hitam? Dia kan kucing hitam."

"Lucu tahu! Mas Diptha itu nggak tahu apa-apa, dia itu kucing paling lucu dan bikin saya ketawa. Apalagi kalau lagi bombastis side eyes. Lucu banget! Saya juga punya semua merchandisenya. Fans saya juga sering kirim barang si hitam. Saya nggak bisa nolak kalau itu!"

"Fans?"

"Iya! Ada yang kirimi saya tiap bulan hadiah. Dari kaos, jaket, gantungan kunci, karet, pokoknya si hitam. Di kos saya jadi banyak barang-barang si hitam. Kalau patung itu bisa dibawa pulang? Mbak Dhira marah nggak ya saya ambil!"

"Terus mau dibawa gimana?"

"Tinggal bawa!"

"Emang kamu kira itu enteng?"

"Cuma patung, bisa panggil orang buat angkut. Tapi kayaknya nanti dimarahin Mbak Dhira."

"Iyalah! Apalagi kalau marah dia seremin."

Airani ikut membenarkan, dia pernah tidak sengaja melihat Dhira memarahi seseorang di telepon. Mulai saat itu Airani tidak ingin mencari gara-gara dengan Dhira dalam bentuk apapun. Dhira lebih menakutkan dari ibunya.

"Kamu jadi pindah Ai?" Tanya Diptha.

"Jadi! Beneran nggak ada kos yang deket? Masa di kompleks rumahnya Mas Diptha nggak ada kos?"

"Kos campur kebanyakan. Kos cewek jarang."

"Nggak apa-apa deh!"

"Jangan! Mending kamu nggak usah pindah."

"Mas! Saya itu males capek semakin tua itu malas gerak. Yang paling dekat yang mana? Kos campur juga nggak apa-apa deh!"

Airani juga ingin memotong biaya ongkos perjalanan. Sebisa mungkin dia tidak ingin mengeluarkan uang. Dulu tempat kos dan rumah Sadam cukup jauh apalagi jika harus kerja di minimarket. Airani bisa berkali-kali harus merasakan punggungnya yang sakit. Dia tidak mau lagi melakukannya. Dulu mungkin menyenangkan karena dia bisa bertemu dengan Sadam tapi sekarang tidak lagi.

Dia juga butuh uang banyak, jadi dia akan mulai berhemat untuk hidupnya.

"Saya punya kamar kosong! Kalau kamu mau, kamu boleh pakai."

"Kamar kosong?"

"Hmm! Saya baru renovasi rumah sama tempat kerja saya sama anak-anak. Saya sengaja buat beberapa kamar. Ada satu kamar yang belum terpakai. Kamu bisa pakai kalau mau. Biaya gratis, paling kalau masalah kebutuhan sehari-hari kamu tanggung sendiri. Listrik, air, udah nggak perlu. Kalau makan, kamu bisa makan masakan bunda saya. Kalau nggak bisa beli sendiri. Rumah saya juga deket sama pasar. Jadi..."

"Kapan bisa ditempati? Saya mau nih! Gratis kan?"

💌💌💌

"Banyak juga! Aku nanti dimarahin bundanya Mas Diptha nggak ya? Kayaknya kebanyakan nih. Nggak apa-apa deh. Kan katanya kamarnya sendiri, bisa puas disana!"

Airani tersenyum dan memasukan barang-barangnya ke kardus. Apapun akan Airani lakukan jika gratis. Dia juga bisa bantu-bantu bersih-bersih juga memasak. Lagipula dia akan sibuk membuat komik online bersama Diptha dan dua orang lainnya. Jadi pasti dia akan lebih banyak bekerja.

"Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui!"

💌💌💌

Drtttt... Drtttt....

"Hallo! Kenapa mas? Ini masih pagi lho! Saya datangnya siangan!"

"Apaan sih Ran! Saya Intan!"

"Intan? Mbak Intan?" Airani bangkit dan mengusap air liur di wajahnya.

Kenapa Intan menghubunginya pagi-pagi seperti ini? Dia baru saja tidur nyenyak setelah semalaman membereskan barang-barangnya.

"Iya, saya udah kirim email ke emailnya Rimba Studio. Harap kamu periksa ya Ran! Saya tunggu jawaban secepatnya dari kalian. Saya ditunggu-tunggu sama atasan. Tolong ya Ran, hari ini tolong balas!"

"Emang email apa mbak? Kenapa nggak kirim ke saya aja?"

"Soalnya ini penting Ran! Komik kalian The Capten bakalan terbit resmi! Orang-orang di kantor pada mau punya kalian terbit resmi disini. Mereka bilang Rimba Studio bakalan kerja sama sama pihak lain. Jadi saya buru-buru hubungin kamu. Kalian belum kan pergi ke komik online lain?"

"Maunya sih hari ini! Tapi nanti saya bakalan periksa emailnya. Mungkin nanti sore, saya juga harus diskusi sama Rimba Studio mbak!"

"Saya tunggu kabar baiknya ya Ran! Tolong banget tapi!"

"Oke!"

Tutttt....

Airani melemparkan handphonenya ke kasur. Dia tidak salah dengar! The Capten akan terbit resmi! Airani berdiri dan menggoyangkan tubuhnya kesana-kemari. Dia harus memberitahu Diptha.

Diptha harus tahu!

"Hallo!"

"Apa Ai? Ini masih jam 4 pagi! Ada apa?"

"Periksa email kamu mas! Cepat! Kata Mbak Intan komik kita mau dijadiin komik resmi!" Teriak Airani.

"Apa? Resmi?"

"Iya! Cepat lihat! Katanya mereka buru-buru email Rimba Studio. Kayaknya mereka nggak mau kita pergi ke komik online lain! Saya seneng banget nih." Airani sudah tidak peduli dengan tetangga kos nya yang akan mendengar suaranya pagi ini.

Dia benar-benar senang tahu dirinya akan menerbitkan komiknya secara resmi. Airani melompat-lompat kegirangan, akhirnya dia bisa melakukannya lagi!

"Mas! Gimana?"

"Nanti saya bilang sama anak-anak. Kamu kapan kesini?"

"Siang kayaknya."

"Banyak nggak? Mau saya aja yang jemput kamu?"

"Barang-barang saya lumayan banyak. Nggak usah mas, nanti saya kesana aja sama mobil box nya. Bundanya Mas Diptha nggak apa-apa saya tinggal disana?"

"Bunda saya udah tahu! Dia malah senang ada perempuan di rumah, soalnya adik saya sibuk kuliah di luar kota. Jadi nggak ada yang temenin bunda saya."

"Gitu! Syukur deh, saya takut kalau kalau ganggu! Ya udah mas, Mas Diptha tidur lagi aja. Saya juga mau tidur!"

"Hmm..."

"Nanti lagi ya mas!"

Tutttt...

Airani melompat-lompat kegirangan lagi. Dia harus segera bersiap-siap membereskan barangnya lagi. Dia jadi tidak sabar melihat Rimba Studio itu seperti apa.

💌💌💌

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Author In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang