"Mas Diptha yakin masih mau pakai baju ini?" Tunjuk Airani pada baju khas jawa yang Diptha pakai.
"Saya bawa ganti, nanti saya bisa ganti di cafe."
Airani menganggukkan kepalanya, tapi apakah Diptha tidak malu datang memakai pakaian ini ke cafe yang notabene banyak orang? Atau memang tingkat kepercayaan diri Diptha di atas rata-rata manusia. Baru kali ini Airani mengenal sosok seperti Diptha.
"Sebenarnya siapa teman Mas Diptha itu?"
"Kenapa?"
"Tanya aja sih mas, kayaknya kalian deket banget sampai Mas Diptha bisa biasa aja kayak gini kesana. Pasti Mas Diptha sering deh kesana. Dulu juga orang-orang sana kenal Mas Diptha."
"Dia teman SMA saya, saya biasanya nongkrong disana kalau lagi suntuk soal kerjaan."
Diptha tersenyum dan menjalankan mobilnya pergi meninggalkan kos Airani. Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka pekerjaan selain suara mesin yang menyala. Airani menatap ke arah langit dan mengamati jalanan menuju cafe. Kalau dipikir-pikir entah bagaimana dia bisa mengiyakan lagi ajakan dari Diptha. Dia tidak kuasa untuk menolak karena Airani juga sangat suntuk dengan rutinitasnya.
Tidak ada yang menarik selain akhir-akhir ini bertemu dengan Diptha dan membuatnya sedikit mengalami masalah. Airani melirik Diptha dan melihat laki-laki itu.
"Mas!"
"Iya?"
"Mas Diptha anak band ya?"
"Anak band? Bukan!"
"Masa sih? Tapi wajah sama penampilan Mas Diptha anak band banget lho!"
"Saya nggak bisa main alat musik. Saya juga nggak bisa nyanyi."
"Bayangan saya anak band itu kayak Mas Diptha, rambut gondrong, muka galak, sama baju item-item."
"Jadi menurut kamu muka saya galak?"
"Iya! Nggak ingat dulu waktu di cafe pas orang-orang deketin saya? Mereka semua takut tahu sama Mas Diptha. Hahaha... Tapi jujur mas, awal-awal saya juga takut."
"Kalau sekarang?"
"Nggaklah! Mas Diptha aja orangnya aneh kok!"
"Aneh?" Diptha menoleh pada Airani. Tadi galak dan sekarang aneh.
"Iya aneh. Manusia itu nggak sadar sama dirinya sendiri."
"Apanya yang aneh sih Ai?"
Airani menggelengkan kepalanya, dia tersenyum dan memainkan kakinya berulang kali. Baginya Diptha adalah laki-laki super aneh yang baru dia temui.
💌💌💌
"Siang, pak!" Sapa salah satu pelayan.
"Siang! Saya ganti baju dulu ya Ai. Kamu bisa duduk dimana aja, acaranya juga belum di mulai." Diptha memperhatikan jam tangannya.
"Hmm!" Airani mengangguk dan memilih duduk di tempat yang sepi dari keramaian.
Dia jadi heran dengan tempat ini terutama Diptha. Kenapa orang-orang ditempat ini menyapa Diptha dengan panggilan pak? Apakah karena wajah Diptha yang terlihat tua? Tapi iya juga. Ditambah ada janggut halus di dagu Diptha membuatnya seperti laki-laki berumur 30 tahun lebih. Dia sangat ingin membawa Diptha ke tukang potong, apalagi rambut panjangnya itu. Sayangnya dia hanya teman kerja yang mungkin sudah menjadi teman.
"Jangan-jangan dia yang punya cafe ini lagi! Aku tanya siapa ya? Dia itu mencurigakan banget, tapi buat apa dia bohong kalau cafe ini punya temannya. Temannya yang mana lagi?" Cicit Airani melihat sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Author In Love ( END )
RomanceBagaimana jika seorang penulis amatiran bekerja sama dengan seorang komikus? Kisah manis yang akan menemani kalian semua! 💌💌💌 Ini sekuel dari Toko Kaca!