14. Surat Dari Fans

81 13 0
                                    

"Bulan ini pembaca kita naik pesat! Mereka suka adegan romantis tipis-tipis, kata mereka lebih kena daripada romantis kebanyakan!" Jelas Sadam memulai rapat pada siang yang panas ini.

"Hah? Aneh-aneh juga, kenapa mereka malah suka adegan romantis tipis-tipis?" Tanya Rania.

"Mungkin karena mereka suka debaran yang buat terkejut mbak. Kalau adegan romantis tipis-tipis pasti moment itu bakalan dikenang beda kalau adegan romantisnya terlalu over. Justru itu kehilangan moment romantis mereka. Saya kira, saya juga suka adegan romantis tipis-tipis. Makanya cerita saya kebanyakan nggak terlalu romantis. Soalnya saya juga belum pernah pacaran jadi nggak tahu rasanya kayak apa." Airani tersenyum canggung.

Dia hanya membuat cerita sesuai dengan imajinasinya. Jadi mungkin dalam ceritanya tidak banyak adegan romantis seperti itu. Rania mengangguk-angguk kepalanya, dia paham tentang itu. Pantas saja Airani hanya sedikit menambahkan adegan romantis.

"Saya juga sih Ran! Pacaran kayaknya cuma dua kali itupun pas SMA!"

"Setelah itu mbak nggak pacaran lagi?" Tanya Airani ingin tahu.

"Nggak! Soalnya saya sibuk kuliah sama kerja, kalau udah kenal uang! Pacaran itu nomer dua! Kita harus jadi wanita banyak uang!" Rania tersenyum melihat layar komputernya.

"Kalau saya baru sekali!" Sadam membuang wajahnya.

"Tapi lama sama Mbak Afika. Hahaha... Jadi kita semua nggak ada yang punya pengalaman lebih ya?" Airani tertawa kecil dan membaca komentar pembacanya lagi.

Hanya saja Airani yang tidak memiliki pengalaman apapun bahkan didekati laki-laki saja dia tidak punya. Mungkin karena wajahnya yang biasa saja atau karena dia memang tidak menarik sama sekali. Airani tersenyum hambar, apakah hidupnya akan seperti ini? Hanya jadi orang ketiga yang melihat hubungan orang lain. Contohnya dua orang didepannya yang saling adu pandang untuk kesekian kalinya.

Airani membuka satu pesan masuk dan membacanya.

Anakrimba002
Saya penggemar dari penulis Airani, selama saya membaca cerita aslinya, saya seakan terhanyut dalam cerita apalagi di cerita The Capten. Saya sangat ingin cerita itu menjadi nyata seperti The Witch ini. Saya hanya berharap suatu saat nanti cerita itu bisa di kenal banyak orang. Untuk penulis Airani, saya harap anda selalu diberi kesehatan juga kebahagiaan. Terima kasih telah membuat cerita ini. Terima kasih banyak!

💌💌💌

"Haciin!"

"Kayaknya sebentar lagi hujan!" Laras menatap langit yang begitu mendung.

"Masa sih mbak? Aku nggak bawa payung lagi!"

"Pakai ojek online aja! Pasti bapaknya bawa jas hujan. Kalau nggak beli itu jas hujan plastik. Murah meriah!" Tunjuk Laras pada rak jas hujan.

Airani menganggukkan kepalanya dan melihat langit yang begitu hitam. Apakah akan turun hujan hari ini? Sepertinya begitu karena angin juga begitu terasa dingin. Seperti hatinya yang sepi dan hanya ada sarang laba-laba. Kosong.

Tringgg...

Kak Sadam
Ran, kamu pulang jam berapa?

Airani
Jam 8 kak

Kak Sadam
Nanti saya jemput ya, mumpung saya juga lewat sana nanti!

Airani
Beneran kak?
Nggak repotin?

Kak Sadam
Nggak, saya juga punya urusan disana.
Kayaknya juga hujan nanti.

Airani tersenyum dan melompat-lompat kegirangan. Sadam akan mengantarkannya pulang! Sadam akan mengantarkannya! Apakah Sadam khawatir kepadanya? Pasti begitu! Dia pasti khawatir karena langit yang begitu gelap di atas sana. Airani menutup mulutnya melihat pesan Sadam lagi. Ini nyata!

"Kenapa? Terima undian?" Tanya Laras.

"Kak Sadam mau jemput aku mbak nanti! Yeyeye... Hah! Pasti Kak Sadam khawatir sama aku makanya nanti dia mau antar aku pulang!"

"Masa? Palingan juga sama Rania itu pas jemput lo! Jangan kepedean dulu deh! Lo itu harus sadar diri Ran! Takutnya jatuh terus sakit!"

"Nggak deh mbak! Nggak akan sakit!"

💌💌💌

"Belum di jemput?" Tanya Laras menutup pintu minimarket.

"Belum! Mbak Laras pulang aja! Suami mbak juga jemput itu!" Tunjuk Airani pada seseorang yang sedang menunggu.

"Lo mau terusan disini? Mending pulang aja udah mau hujan!" Laras menengadah dan menatap langit yang tidak ada bintang sama sekali.

"Aku tunggu Kak Sadam. Sebentar lagi juga datang!"

"Ya udah gue duluan! Dahh..."

Airani menatap Laras yang berjalan pergi menuju motor suaminya. Dia hanya bisa tersenyum melihat mereka yang pergi. Sebentar lagi Sadam juga akan mengantarkannya pulang. Dia hanya perlu menunggu saja. Lagipula ini baru jam 8 malam.

Dia duduk di bangku dan melihat kilatan yang begitu terlihat jelas. Berulang kali. Apakah akan ada badai? Kenapa sepertinya malam ini sangat menakutkan?

"Kak Sadam mana ya?" Airani menatap jam tangannya dan menunjukkan waktu 9 malam. Satu jam dia menunggu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan mobil Sadam.

Airani
Kak, kakak dimana ya?

"Apa macet ya? Kayaknya gitu. Mungkin sebentar lagi!"

Tapi satu jam dia menunggu lagi, tidak ada tanda-tanda keberadaan mobil Sadam. Sadam juga tidak membaca dan membalas pesannya. Dimana laki-laki itu? Dimana dia? Airani menghela nafas dan berjalan pergi meninggalkan minimarket. Matanya kian memanas saat merasakan hujan yang mulai turun satu persatu.

Tringg...

Kak Sadam
Ran, saya ada perlu di rumah sakit. Rania masuk rumah sakit lagi! Dia malah makan bubuk cabai lagi?
Kamu dimana sekarang? Maaf nggak bisa jemput kamu!
Saya juga panik tadi!

"Hiskkk..."

Airani
Ya ampun kok bisa?
Saya pulang duluan kok kak, keburu hujan soalnya.
Semoga Mbak Rania nggak kenapa-kenapa!

Tesss... Tesss...

Hujan mengguyur deras kota Jakarta, Airani menunduk dan melihat tubuhnya yang mulai basah karena air. Kenapa dia begitu bodoh? Kenapa dia sangat bodoh seperti ini? Ternyata sakit? Hatinya ternyata sangat sakit. Airani menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya.

Cinta itu sungguh menyakitkan!

Kenapa dia bisa percaya akan adanya cinta untuk dirinya?

Kenapa?

💌💌💌

Salam ThunderCalp!🤗

Sabar ya Ran!

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Author In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang