"Mas Diptha?"
"Kenapa disini?"
"Harusnya saya yang bilang! Mas Diptha kenapa di rumahnya Mbak Dhira?" Tanya Airani menunjuk Diptha.
Kenapa ada Diptha dirumahnya Dhira? Bukankah hari ini ada acara tujuh bulanan kehamilan Dhira? Airani menatap Diptha dari atas ke bawah. Aneh. Apakah Diptha juga di undang?
"Saya sepupunya!"
"Hah? Apa?"
"Sepupu?" Airani mundur dan memandangi Diptha dengan begitu syok.
Baru beberapa hari ini dia berterima kasih tidak ada Diptha lagi dihidupnya. Tapi kenapa sekarang mereka dipertemukan di rumahnya Dhira? Airani juga baru tahu Diptha sepupu Dhira. Saat dipernikahan Dhira dulu, Airani juga tidak melihat Diptha datang. Airani memalingkan wajahnya ke arah lain, apa-apaan kejutan hari ini?
"Kamu siapanya Dhira?" Tanya Diptha.
"Saya temannya. Hah... Ya udah mas, saya masuk dulu ya! Dahh..." Airani berjalan cepat.
Dia harus mencari tempat duduk yang jauh dari Diptha dan keluarganya. Mungkin disana yang penuh dengan anak-anak seusianya mungkin.
"Kemana?" Diptha menarik tangan Airani yang akan pergi.
"Disana! Ada apa mas? Ada masalah?"
"Acaranya nggak akan kelihatan! Di depan aja sama saya!"
"Hah? Di depan? Nggak!" Tolak Airani.
"Di depan aja Ai! Bukannya kamu temannya Dhira? Ayo!" Diptha menarik tangan Airani paksa.
"Mas!"
"Diam, dilihatin orang nanti!"
Airani diam dan menerimanya dengan lapang dada. Apakah takdir sedang bercanda kepadanya? Diptha mendorong tubuh Airani untuk duduk disampingnya. Sekarang justru semua mata sedang melihat ke arah Airani. Dia meremas tangannya yang begitu berkeringat ketakutan. Memang laki-laki disampingnya tidak peka akan keadaannya. Dia bukan keluarga yang bisa duduk di depan. Apa yang harus dia jawab nanti jika Dhira bertanya?
"Kenapa pucat? Belum sarapan?" Bisik Diptha.
"Harusnya saya nggak disini! Mas nggak lihat orang-orang pada lihatin saya? Hah?"
"Mereka bukan lihatin kamu!"
"Terus?"
"Saya!"
"Hah? Hahaha..." Airani tertawa garing.
Dia tidak yakin bisa bertahan lama di tempat ini, setelah makan dia akan berpamitan pulang. Itu saja! Yang penting Dhira melihat wajahnya. Pasti tidak masalah.
💌💌💌
"Siapa?"
"Airani tante!"
"Kamu pacarnya Diptha?"
"Bukan, saya teman kerjanya Mas Diptha." Jawab Airani dengan senyuman mengembang.
Sepertinya rencana untuk dia kabur gagal total. Orang-orang jadi bertanya hubungannya dengan Diptha seperti apa. Tapi memang benar, dia hanya teman kerja Diptha. Dia malah teman dekat Dhira. Airani tersenyum dan melangkahkan kakinya pergi menuju pintu. Sedikit lagi! Dia akan berhasil pergi dari tempat ini. Dhira sudah melihat wajahnya, dia hanya perlu pura-pura sakit perut nanti.
"Mau kemana?"
"Hmm? Mas Diptha?"
"Mau pulang?"
"Nggak! Saya lagi cari udara segar, di dalam kan orang-orang baru makan. Jadi saya mau minggir dulu. Hahaha..."
"Sayang banget, kalau kamu mau pulang saya bisa antar. Saya juga mau pergi, ada urusan."
"Pergi?"
"Iya. Tapi karena kamu masih mau disini ya udah. Saya mau pergi dulu! Acaranya juga tinggal acara penutup nanti."
"Hemm... Sebenarnya saya juga ada urusan, ternyata kita sama ya mas! Mau pulang, bisalah saya nebeng! Yuk!" Airani berjalan lebih dulu.
Dia malas mencari ojek online, mumpung ada Diptha dia bisa mencari tumpangan gratis tanpa ongkos. Diptha menutup mulutnya dan mengikuti Airani dari belakang.
Diptha
Bun, aku pulang dulu sama Airani. Kalau Dhira tanya, bilang aja kami lagi ada urusan penting soal kerjaan.💌💌💌
"Emangnya pas Mbak Dhira nikah, Mas Diptha kemana?"
"Lagi ke LA urus video musik."
"Wahhh... Wahhh... Terus nggak dimarahin Mbak Dhira nggak datang?"
"Yang penting amplopnya sampai!"
"Pfttt... Pasti besar nih, nikahan sepupu sendiri nggak datang!"
"Mumpung dapat kerjaan Ai. Kesempatan kesana nggak datang dua kali, saya juga jadi kenal orang-orang dari negara lain. Video musik itu kan kerjasama sama banyak illustrator, untungnya tim saya dipilih dari perwakilan Indonesia. Dhira pasti juga akan marah, dia malah iri karena nggak dipilih!" Jelas Diptha.
Sadam juga. Sadam juga sempat ingin mencoba keperuntungan dengan mengirim email. Rania juga. Saat itu mereka berdua begitu sibuk membuat portofolio yang akan dikirimkan. Sayangnya pemenangnya adalah Rimba Studio. Airani saat itu merasa marah, tapi saat dia tahu Rimba Studio. Dia jadi ikut mendukung mereka. Sekarang malah dia yang kerja sama dengan Rimba Studio. Hidup memang tidak ada yang tahu.
"Mau makan nggak?"
"Makan? Tadi udah makan."
"Kamu udah kenyang? Mau ke cafe kayak kemarin?"
"Nggak deh. Saya masih kenyang."
"Yakin? Padahal disana ada live musik sekarang. Ada band yang mau tampil."
Airani menatap Diptha sejenak. Penawaran yang menarik hati, Airani juga membutuhkan tontonan. Sayang kalau dilewatkan kesempatan berharga ini hanya karena tidak mau bersama Diptha.
"Hemm... Band apa?"
"Band indie. Soalnya hari ini ada acara penting disana, saya juga punya urusan disana. Gimana Ai?"
"Boleh deh. Tapi ada acara apa, Mas Diptha juga kenapa kesana?"
"Kata teman saya sih ulang tahun cafe, saya kesana disuruh bantuin acaranya. Kamu nanti bisa makan-makan di atas, acaranya soalnya di bawah."
Airani menautkan kedua alisnya menjadi satu. Kenapa Diptha terlihat begitu tahu semuanya? Apakah dia dekat dengan temannya itu?
"Emangnya di atas sepi? Lihat, saya lagi pakai kebaya ini! Kok saya jadi malu ya mas. Saya pulang aja deh. Masa kesana pakai kebaya sih."
"Atau kamu pulang dulu aja ganti baju nanti saya tunggu."
"Hmm... Entah kenapa saya mikir Mas Diptha emang pingin saya ikut deh. Kenapa mas?"
"Saya cuma tawarin aja, kalau kamu nggak mau saya juga nggak akan paksa."
"Gitu? Ya udah, saya pulang dulu terus ganti baju. Nggak akan lama kok, paling satu jam."
"Satu jam lama Ai! Kamu mau ngapain dulu?"
"Tidur!"
💌💌💌
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Author In Love ( END )
RomanceBagaimana jika seorang penulis amatiran bekerja sama dengan seorang komikus? Kisah manis yang akan menemani kalian semua! 💌💌💌 Ini sekuel dari Toko Kaca!