41. Menunggu Diptha

79 11 0
                                    

"Ai! Minum!"

"Cuma didekatnya Mas Diptha!"

"Pusing Ai!"

"Hmm... Mas Diptha kalau sakit nyebelin sih! Nggak usah sakit aja, manjanya kayak anak kecil!" Airani bangkit dan mengambilkan minum untuk Diptha.

"Nggak ada yang mau sakit!"

"Makanya nggak usah! Siapa suruh Mas Diptha sakit?" Tanya Airani.

Dia lebih suka Diptha yang sehat dan tidak manja seperti ini. Sepertinya jika dia sakit dia tidak akan manja seperti anak kecil. Bukannya Airani tidak mau merawat Diptha tapi Diptha itu sangat beda. Dia amat sangat manja dan penuh permintaan yang membuat Airani kesal setengah mati.

"Orang nggak tahu bakalan sakit Ai! Sama kayak saya juga nggak tahu."

"Emang kemarin Mas Diptha nggak istirahat? Kalau udah tahu tubuhnya sakit jangan dipaksa! Cuma dapat kipas angin doang!"

"Lumayan Ai!"

"Lumayan terus sakit kayak gini? Mas nggak tahu ya gimana perjuangan saya bawa Mas Diptha ke rumah sakit? Nggak ada Parta sama Abbas lagi! Saya itu gendong Mas Diptha dari kamar keluar. Mau mati saya turun tangga." Keluh Airani.

"Gendong?"

"Iya! Makanya kalau punya kamar tuh di bawah aja biar gampang kemana-mana. Ini malah di atas terus tangganya Mas Diptha curam banget lagi! Malas banget kesana!" Airani menggeram marah.

"Maafin saya Ai! Saya ngerepotin kamu!"

"Hmm! Lain kali nggak usah sakit. Saya sama bunda khawatir sama Mas Diptha!"

"Kamu khawatir sama saya?" Tanya Diptha menatap wajah Airani.

Airani terdiam dan kembali ke bangkunya untuk segera menyelesaikan revisi novelnya. Harusnya Diptha tahu apa jawabannya. Tidak mungkin Airani tidak khawatir. Jika dia tidak khawatir, dia tidak akan mau menggendong tubuh Diptha, membawanya ke rumah sakit, dan menunggunya. Dia akan lebih senang berada di rumah. Tapi ini tidak.

Diptha melihat Airani dan menarik sudut bibirnya. Dia senang Airani menemaninya di rumah sakit ini. Karena sebenarnya dia begitu takut berada di tempat saat ayahnya juga meninggal dunia. Diptha memperhatikan Airani yang berada di depan laptop, dia begitu serius mengerjakan sesuatu disana.

"Ai!"

"Apalagi mas?"

"Maafin saya buat apa yang saya lakukan sama kamu. Tapi soal pekerjaan, saya tidak memiliki niat apapun Ai! Saya murni ingin bekerja. Soal saya yang..."

"Jelasinnya kapan-kapan aja waktu Mas Diptha udah sembuh! Saya bakal dengerin penjelasan Mas Diptha. Untuk sekarang Mas Diptha sembuh dulu. Saya juga nggak mau marah-marah pas Mas Diptha sakit kayak gini. Jadi simpan dulu aja!"

"Kamu nggak akan pergi kan Ai?"

"Pergi kemana lagi?"

"Pergi! Pergi ninggalin saya, kerja sama sama saya, semuanya! Kamu nggak akan pergi kan?"

"Saya dengar dulu penjelasan Mas Diptha! Kalau saya terima saya nggak akan pergi, tapi kalau nggak... Saya akan pikir-pikir lagi mas. Kalau itu memang nggak bisa saya maafin, saya mau keluar dari Rimba Studio. Untuk urusan The Capten mungkin saya bisa kerjainnya dari tempat lain. Jadi saya harap penjelasan Mas Diptha dapat saya terima."

💌💌💌

"Hari ini kamu pulang aja ya Ran! Biar bunda yang jaga sama Parta. Kamu pasti capek kemarin sama sekarang jagain Diptha. Anaknya juga udah mendingan nggak kayak kemarin." Bunda Diptha melihat Diptha.

Author In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang