"Pagi Bun!"
"Ya ampun Ran! Wajah kamu kenapa? Semalam tidur jam berapa?" Tanya Bunda Diptha melihat Airani yang terlihat begitu kurang tidur.
Ada lingkaran hitam samar di kedua mata Airani. Airani menghitung jarinya dan menunjukkan angka empat. Dia baru bisa tidur jam empat pagi.
"Kenapa?"
"Nggak bisa tidur Bun!"
"Ya udah nggak apa-apa. Kamu istirahat aja, biar bunda yang masak. Kamu bisa panggilin Diptha? Suruh dia turun. Kalau dia masih tidur, siram aja!"
"Siap!"
Airani menatap tangga dan berjalan perlahan ke atas. Ini dua kalinya dia pergi ke kamar Diptha. Pertama karena dia memiliki urusan dengan Diptha. Kedua, membangunkan Diptha.
Tokkk... Tokkk...
"Mas Diptha! Bangun! Mas Diptha!" Teriak Airani.
Hening.
Tidak ada suara dari dalam. Airani menyentuh gagang pintu dan membuka pelan. Mungkin Diptha tidur, Airani meneguk ludahnya sendiri. Sekali saja dia ingin tahu apa yang ada di kamar Diptha. Pintu terbuka begitu lebar sampai menampakkan seluruh kamar Diptha. Kaki Airani melangkah masuk.
Kosong.
Tempat tidur Diptha kosong.
Airani melihat ke arah pintu kamar mandi yang tertutup. Apakah Diptha disana? Airani bergegas mencari handphone Diptha cepat. Tapi sebelum itu dia menemukan banyak sekali benda-benda si hitam. Airani menatap tidak percaya akan banyaknya marchendise si hitam. Jadi waktu itu dia tidak salah lihat! Ini benar-benar marchendise si hitam.
Airani mundur pelan.
Brukk...
Tubuh Airani berbalik cepat, matanya kian membulat melihat sebuah foto yang jatuh. Dia menunduk mengambil bingkai foto itu.
Degggg...
Airani menutup mulutnya, ini foto dirinya bersama seseorang yang menggunakan masker. Tapi bukankah kata Laras orang itu yang menolongnya ke rumah sakit?
"Ai!"
"Ini apa mas!" Teriak Airani menunjukkan foto dirinya.
"Itu..."
"Mas Diptha itu sebenarnya siapa sih? Hah? Saya nggak tahu harus gimana lagi sama Mas Diptha! Saya takut! Saya takut! Apa selama ini Mas Diptha yang cowok pakai masker itu? Apa selama ini Mas Diptha juga yang kirimi saya paket tiap bulan? Hah? Buat apa? Buat apa?" Teriak Airani melemparkan fotonya dan Diptha ke arah kaki Diptha.
"Maafin saya Ai!"
"Apa juga alasan Mas Diptha ajak saya kerja sama? Hah? Saya malah takut sekarang sama Mas Diptha!" Airani memeluk dirinya sendiri.
"Saya bisa jelasin Ai! Saya mohon jangan takut sama saya!"
"Hiskkk..." Airani berlari cepat meninggalkan Diptha. Dia menuruni tangga dengan begitu cepat dan pergi menuju kamarnya.
Kenapa semuanya adalah Diptha? Kenapa semuanya mengarah pada laki-laki itu? Airani mengunci pintunya dan menangis keras. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Ini berbeda. Diptha orang itu! Dia laki-laki yang menggunakan masker itu dan sering menolongnya. Airani menutup mulutnya dan menangis sesenggukan.
Dia bingung.
Kenapa harus Diptha?
"Ai! Buka pintunya Ai! Saya bisa jelasin sama kamu! Saya bisa jelasin semuanya! Alasannya! Tolong buka Ai!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Author In Love ( END )
RomanceBagaimana jika seorang penulis amatiran bekerja sama dengan seorang komikus? Kisah manis yang akan menemani kalian semua! 💌💌💌 Ini sekuel dari Toko Kaca!