1. Airani dan Imajinasinya

386 15 0
                                    

"Selamat datang di Indojuni!" Airani tersenyum pada pengunjung yang berdatangan.

Pada akhirnya semuanya hanya sebuah angan-angan yang tidak berwujud. Airani menghembuskan napas lelah dan melihat notifikasi handphonenya yang tidak memiliki apapun selain pesan dari keluarganya di Jogyakarta. Dia menggigit bibirnya kesal, selama dua tahun di Jakarta dia sudah mencoba banyak hal. Dari pekerja lapangan, OG, penjual makanan, dan berakhir sebagai seorang pegawai salah satu minimarket. Airani belum bisa menjadi apa yang diinginkan orangtuanya, dia sudah gagal, bahkan di umurnya yang ke 25 tahun ini dia belum membuat orangtuanya bangga. Baik di kampung halamannya atau di Jakarta, semuanya sama saja. Awalnya dia berpikir bahwa Jakarta akan merubah hidupnya tapi seakan Jakarta hanya memberikan harapan palsu untuk dirinya saja.

"Ran, lo kok diam aja? Tuh, banyak yang antri!" Laras menunjuk banyaknya antrian pengunjung yang aman membayar barang mereka.

"Oh, iya! Ini saja pesanannya? Kami memiliki buy 1 get 1, apakah kakak mau? Beli satu susu gratis satu susu! Atau pulsanya, kak?" Airani menatap seorang anak laki-laki yang terlihat memakai pakaian SMA.

"Nggak usah mbak ini aja!"

"200 bisa di donasikan?"

"Boleh, deh! Biar masuk surga juga, tapi ini benar-benar di donasikan mbak?"

"Iya!"

Mungkin jika boleh didonasikan untuk Airani saja. Dia juga anak yatim yang tidak memiliki seorang ayah. Ayahnya meninggal sejak Airani masuk SMA dan adik kecilnya baru saja masuk SD. Hanya ibunya yang bekerja siang dan malam menggantikan ayah mereka untuk mencari nafkah. Ketika dia lulus SMA, Airani memutuskan untuk bekerja saja. Dia tidak berpikiran untuk berkuliah seperti teman-teman yang lain. Masalah keuangan menuntunnya untuk menjadi seorang pekerja. Hembusan napas keluar dari mulut Airani lagi.

"Lo kenapa sih?" Tanya Laras.

"Kamu bosen nggak sih?" Tanya Airani menatap hari yang kian malam.

"Bosen apa?" Tanya Laras merapikan barang yang baru saja datang.

"Hidup kayak gini? Kerja, pulang, kerja, pulang."

"Yah, bosen sih bosen ya! Tapi mau gimana lagi? Hidup itu susah, cari uang susah, cari uang susah, apalagi kalau nggak ada yang jamin hidup kita. Cari kesibukan lain aja, Ran! Gue nggak pernah lihat lo pergi kemana gitu! Atau lo mau jalan-jalan sama gue? Tapi ya sama suami gue."

"Nggak deh! Takut ganggu!"

"Besok mau nggak temenin gue kondangan?" Tanya Laras menyelesaikan pekerjaannya.

"Kondangan?"

"Iya, temen gue nikah. Mau nggak? Daripada pergi sama suami gue mending sama lo aja. Siapa tahu lo dapat gebetan disana! Lo itu udah 25 tahun, Ran! Waktunya cari pasangan!"

"Yah, tapi aku kan cuma kayak gini! Siapa yang mau mbak?"

Airani melihat ke arah cermin memperhatikan wajahnya yang biasa-biasa saja. Wajah yang tidak putih, badan yang tidak tinggi tidak pendek, cantik juga rata-rata, tidak ada yang dibanggakannya. Airani tidak secantik Laras, dia hanyalah anak yang tidak menarik. Sejak dia tiba di Jakarta, dia semakin merasa dirinya tidak seperti perempuan lainnya yang nampak cantik dan menarik. 

"Coba dulu! Besok, lo kan libur. Daripada lo di kosan terus diam-diam aja. Yuk lah, besok gue jemput!"

"Hmm... Iya deh!"

"Gitu dong! Jangan lupa dandan, kita mau ke kondangan orang gede nih! Nikahnya aja mau di gedung!"

"Orang kaya mbak?" Tanya Airani.

"Iya! Orang sukses semua, cuma gue yang nggak! Beresin tuh pekerjaan lo terus kita pulang. Besok gue jemput jam 10!"

Airani mengangguk dan terdiam seketika. Dia tidak memiliki baju bagus jika harus menghadiri acara pernikahan orang kaya. Mungkin dia akan memakai gamis saat hari rayanya dulu. Itu lebih bagus daripada pakaiannya yang lain.

💌💌💌

"Mbak, ini acaranya punya siapa?" Tanya Airani memegangi tangan Laras.

Airani menatap takjub semua orang dan dekorasi di tempat ini. Semuanya diisi oleh orang-orang yang hebat dan terlihat kaya. Airani menatap bajunya yang seperti baju untuk menghadiri acara pengajian daripada baju untuk acara pernikahan. Mata Airani tertuju pada sepasang pengantin yang terlihat begitu serasi dan mesra. Mereka terlihat begitu bahagia! Jika dia menikah nanti, dia juga ingin seperti mereka berdua.

"Lang, Tar! Selamat ya!" Laras menyalami pengantin yang tersenyum cerah.

"Makasih, Ras! Makasih udah mau datang!" Pengantin laki-laki tersenyum lebar.

"Nggak sama suami lo?" Tanya pengantin perempuan.

"Nggak, dia kerja. Gue datang sama temen gue, siapa tahu ada jodoh disini!" Bisik Laras walau Airani bisa mendengarnya dengan jelas.

"Banyak! Banyak jomblo disini, mbak cari aja disini, siapa tahu langsung nikah kayak kita!" Tunjuk Langit pada dirinya dan Mentari.

Airani hanya tersenyum simpul, jika boleh dia ingin segera pulang saja karena begitu malu berdiri di tempat begitu megah ini. Dia merasa begitu kecil berjejer dengan banyaknya tamu yang terus berdatangan tanpa henti. Berapa banyak uang diundang? Airani yakin kapasitas tempat ini melebihi 500 orang. Laras menarik tangan Airani menuju tempat lain. Mereka tidak bisa berlama-lama berada di atas sana. Banyak tamu yang menunggu untuk mengucapkannya selamat pada pengantin baru.

"Makan dulu aja! Mantap-mantap nih makanan!"

"Mbak, aku duduk aja dulu ya?" Pinta Airani.

"Cari makan dulu! Nanti kita cari tempat! Kenapa lo capek?"

"Aku nggak malu-maluin Mbak Laras kan?" Tanya Airani dengan suara kecil.

"Nggak! Lo cantik, Ran! Udah nggak usah dipikirkin, kita makan terus pulang. Gue nggak bisa ninggalin anak gue lama-lama!"

"Ya!" Airani mengikuti langkah Laras dan berhenti melihat seseorang yang begitu dia kenal. Bukan karena dia mengenalnya secara pribadi, tapi dia kenal karena orang itu adalah salah satu komikus yang sangat dia ikuti.

Dia begitu menyukai karyanya sampai-sampai Airani mengikuti semua sosial medianya. Tubuh Airani begitu kaku saat laki-laki itu kian mendekat ke arah dirinya. Dia tidak salah orang! Dia benar-benar orang itu! Dia adalah orang hebat yang selalu dia kagumi!

Sadam Sastranegara!

"Ran! Ayo, malah bengong! Keburu kehabisan nih!" Lirik Laras pada Airani yang tidak kunjung bergerak walaupun Sadam telah pergi jauh.

"Mbak, mbak kenal sama Mas Sadam?"

"Sadam? Oh... Sadam! Kenal, dia temen sekelas gue dulu! Kenapa?"

"Aku ngefans sama dia mbak! Astaga, ganteng banget!"

"Ngefans? Emang artis?"

"Dia itu komikus yang terkenal banget tahu mbak! Gambarannya juga cantik-cantik!"

"Gue nggak deket sama dia sih! Gue sungkan banget, orangnya juga tertutup gitu. Yang lain aja kalau minta kenalin!"

Airani terus menatap Sadam yang berdiri di antara Mentari dan Langit. Dia tidak bisa menahan rasa kagumnya pada sosok itu yang telah di kagumi selama bertahun-tahun. Airani menatap handphonenya dan memfoto Sadam sebagai bukti bahwa dia telah bertemu artis idolanya. Setidaknya impiannya bisa terwujud untuk bertemu Sadam Sastranegara!

💌💌💌

Jengggg...

Ini adalah kisah Sadam!😆

Kita lihat apakah mantan ketua kelas ini akan menemukan cintanya setelah ditinggal nikah sama Afika! Wkwkwkw...

Jangan lupa like, komen, dan share!

Salam ThunderCalp!

Author In Love ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang