BAB 21 ; Belajar Dadakan

11 3 0
                                    

Salah satu bentuk apresiasi pembaca kepada penulisnya. Penulis akan senang dan bersemangat karena secara langsung kalian mendukung dan menghargai karya nya.

Salam Nur

•••

"Ghani ciluk ba ciluk ba." Ghani bayi berumur 10 bulan itu tertawa bahkan jingkrak-jingkrak dari tempat duduk khusus bayi.

Ethan setelah pulang sekolah dirinya langsung ke panti, yah alasannya karena rumahnya selalu sepi. Lebih baik dirinya di panti banyak orang, dia bisa bermain dengan adik-adik panti lainnya.

Ethan dari tadi sedang bermain dengan Ghani dengan membuka dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya, Ethan ikut terkekeh saat Ghani tertawa riang seperti itu.

Ethan langsung mengalihkan pandangannya saat seseorang memasuki ruang tengah, Ethan berdiri dan memapah wanita paruh baya itu dengan perlahan dan lembut.

"Kamu sudah makan nak?" Tanya bunda Aisyah setelah duduk di atas matras.

"Nanti aja aku belum lapar."

"Loh kenapa? Nanti gimana kalo kamu sakit perut karena belum makan."

"Yang ada aku sakit perut karena mules Bun." Kekehnya dan bunda Aisyah pun ikut tertawa kecil. "Gapapa, nanti kalo sudah lapar aku ambil makan."

"Bun."

"Iya kenapa nak?"

"Gak jadi, aku lupa." Kelitnya sembari tersenyum.

Bunda Aisyah meraba-raba sebelahnya mencari tangan Ethan, setelah mendapatkan dia mengusap lembut dan menggenggam erat tangan yang sudah dia anggap seperti anak sendiri.

"Kenapa? Cerita saja pada bunda. Kamu tidak pandai berbohong."

Ethan memandang bunda Aisyah di sampingnya dengan tatapan sendu, dia seketika mengingat tentang orang tuanya. Mama nya dulu selalu ada bahkan selalu menanyakan sudah makan atau belum, sekarang bahkan mama nya jarang menelpon untuk menanyakan hal sepele itu. Bahkan ketika dia sedang sedih atau senang, Ethan menginginkan sebuah tempat untuk bercerita, mama nya malah menghindarinya, entah karena tidak paham atau lupa karena kesibukannya.

"Maaf aku mau bertanya, dulu bunda kenal ayah dimana?" Tanya Ethan hati-hati.

Setiap anak panti yang diasuh bunda Aisyah mereka pun juga harus memanggil ayah pada suami bunda Aisyah.

"Kamu ingin tau banget?" Kekeh bunda Aisyah, sebenarnya dia pun sedih jika mengingat suaminya dulu.

"Tapi kalo bunda gak mau, juga gapapa."

"Bunda akan cerita." Tangannya terulur mencapai kursi Ghani dan mencoba menggendongnya, karena peka Ethan pun membantu bunda Aisyah mengangkat Ghani dan meletakkan di pangkuan sang bunda.

"Dulu bunda sama ayah kenal di SMA, dimana bunda adik kelas dan ayah adalah kakak kelas, dia banyak digemari para siswa dan guru-guru. Bunda tidak dekat dengan ayah saat masih sekolah, bahkan untuk sekedar mengobrol pun mungkin tidak pernah. Hingga bunda lulus SMA selang sebulan setelah kelulusan bunda, bunda mengajar di salah satu sekolah dasar dekat rumah. Pulang dari sekolah bunda di kabarkan bahwa kedua orang tua bunda kecelakaan." Bunda Aisyah menghela nafas berat. Ethan diam tanpa berbicara mendengarkan bunda Aisyah bercerita.

"Setelah sampai di rumah sakit bapak meminta bunda menikah dengan seseorang yang bahkan bunda tidak mengenalnya, tiba-tiba orang yang akan dinikahi dengan bunda datang dan bunda bahkan kaget ternyata orang yang akan menikah dengan bunda adalah kakak kelas bunda sendiri. Saat ijab kabul sudah diucapkan tidak lama orang tua bunda meninggal bersama dengan jarak waktu 20 menit, bapak meninggal lebih dulu dan diteruskan ibu setelah 20 menit karena kesehatannya sudah semakin memburuk dan-"

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang