Bab 8 : Chatingan

27 13 7
                                    

Jangan lupa Follow, vote dan komen ya. Salah satu bentuk apresiasi pembaca kepada penulisnya. Penulis akan senang dan bersemangat karena secara langsung kalian mendukung dan menghargai karya nya.

Salam Nur

•••••

Jam weker terus berbunyi menunjukan pukul 06 : 18, seseorang yang tertidur menunduk bersimpuh dimeja. Akhir nya terusik dengan suara nyaring tersebut, dia mendongkak dan tangannya mengambil jam weker tersebut untuk dimatikan, seketika bola mata Anez membola saat melihat jam. Ternyata dia terlambat subuh.

"Astagfirullah" gumam Anez, merasa bersalah karena kesiangan subuh tapi menit berikutnya dia teringat sesuatu dan terkesiap tangannya menepuk jidat "kan aku lagi halangan" lanjutnya. Dengan suara serak, entah kenapa suaranya semakin menghilang dan pusingpun masih bergelayut di kepalanya.

"Awwss, ya Alloh kenapa pusing banget", ringisnya sembari memegang kepalanya.

Anez terkesiap berdiri dan bergegas pergi kamar mandi untuk membasuh wajah dan gosok gigi, dengan jalan yang ringkih karena sakit kepala yang mendera membuat dia meringis.

Setelah selesai dengan ritualnya, Anez baru ingat bahwa kakak nya pulang. Walaupun Abram dan Anez memegang kedai namun Abram kurang mahir dalam memasak dia hanya bisa memasak sesuatu yang instan seperti mie, telur dll.

Bi Ara belum datang ke rumah, karena Anez menekankan datang jam 7 atau 8 sampai jam 5 sore, dia tahu tanggung jawab bi Ara tidak hanya bekerja untuk keluarganya tapi ada yang lebih wajib dia urusi ialah anak dan suaminya.

Jari-jari Anez dengan lihai mempersiapkan bahan makanan dari memotong hingga menumis, rencana dia akan memasak untuk nasi goreng untuk sarapan hari ini. Bumbu-bumbu sudah masuk kedalam wajan seperti bawang merah, tomat, bakso dan telur ditumis hingga tercampur rata.

Saat akan memasukan nasi kedalam wajan tiba-tiba Anez meringis, karena kepalanya pusing dan sebelah tangannya menyentuh wajan panas. Hingga nasi dalam wadah kaca itu terjatuh berserakan bersama pecahan kaca yang nyaring menusuk telinga.

"Ya Allah....awws pusing banget" lirih Anez tangan kirinya menyentuh kepala yang berdenyut nyeri Sontan tangan lainnya mematikan kompor.

Seorang laki-laki berjalan santai menuju dapur, tangannya terulur membuka kulkas dan meraih satu botol bear band setelah itu meneguknya hingga tandas. Abram melirik sekilas seorang gadis yang sedang memungut serpihan beling pada kantong kresek.

"Jangan so bisa masak", ketus Abram.

"Kamu kira cari beras mudah apa, ditambah wadah kaca itu mahal tahu tidak!", Lanjutnya dengan nada tidak bersahabat.

"Maaf kak", lirih Anez masih menunduk dan tangannya masih memungut serpihan-serpihan tersebut.

Anez yang sudah tidak bisa menampung berat tubuhnya, karena lemas dan demamnya belum reda membuat tangannya tertusuk potongan serpihan beling yang cukup besar, darah terus mengalir dari telapak tangan Anez tidak mau berhenti.

"Awws", runtuhnya seketika air matanya jatuh membasahi pipi.

Abram yang sedari tadi melihat punggung Anez karena memang posisinya membelakangi, ketika mendengar rintihan adiknya membuat Abram ikut berjongkok seketika matanya melotot lebar melihat darah mengalir deras ditelapak tangan Anez.

Tampa rasa peduli dan simpati Abram langsung mendorong bahu Anez kencang. "kamu bisa tidak merepotkan saya!", Mata Abram memerah.

"Hikss....ka"

"Apa! Saya bukan kakak kamu, adik saya sudah mati, karena dia tidak pernah merepotkan saya", setelah usai berkata Abram langsung beranjak pergi dari tempat.

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang