BAB 40 ; Merayakan Kesedihan

17 2 0
                                    

HAPPY READING

•••

"Kak Luna penjualan Croissant bagaimana?" Tanya Anez.

"Alhamdulillah Nez, penjualannya membludak. Pas kemarin promosi awal belum dibuka aja yang beli banyak banget. Bahkan Mega yang baru dari sekolah juga kelimpungan sendiri dengan pesanan yang banyak sekali!" Terang Luna.

"Alhamdulillah. Aku juga senang ternyata di toko juga sedang rame."

Anez terus melayani para konsumen dengan gesit, Luna dan Lucky pun membantu akan pekerjaannya. Besok akan ada pekerja baru supaya meringankan pekerjaan mereka.

Sedangkan Mega dia sedang diam di salah satu warung pinggir jalan. Jadi kurir itu gak gampang, saat hujan kehujanan, pas panas kepanasan. Wajah Mega sudah semerah nahan malu.

"Bu pop ice leci 1 pake es batunya banyak!" Seru Mega. Dia duduk di bangku kosong sambil nunggu pesanan.

Mega membuka tas kecilnya di sana ada botol minuman, dia teguk sampai habis karena dari tadi dia kehausan.

Karena sedikit bisa dia mulai menscroll sosial media apapun untuk menghilangkan kejenuhan. Wajah Mega mendongak, matanya membulat saat Brayn boncengan dengan salah satu perempuan yang tidak asing bagi Mega.

Bahkan motor Brayn parkir di depan warung dan duduk di bangku kosong dengan perempuan itu.

"Neng, ini minumannya. Ada lagi yang mau dipesan?" Tanya anak ibu warung yang membawakan pesanannya.

"Es pisang hijau nya 1 sama mie bakso yang pedes ya. Nanti bawa ke bangku sana." Mega menunjuk bangku yang diduduki Brayn sama perempuan itu.

Mega berjalan menghampiri Brayn memegang pop icenya.

"Brayn, udah move nih ceritanya sama Anez." Goda Mega mengejutkan dua orang dihadapannya.

Mega main duduk aja dihadapan Brayn dan menyeruput minumannya. Wajah Mega beralih menatap gadis di sebelah Brayn.

"Lo Qiana kan?" Orang yang disebutkan hanya mengangguk malas menjawab.

"Kalian sebenarnya ada apa?" Heran Mega.

"Lo jangan ganggu urusan orang!" Ketus Brayn.

"Santai bro, gue cuman nanya," kekeh Mega.

"Nih kalo anak kelas tahu bisa heboh, apalagi kalo berita ini masuk ke pendengaran Mia sama Shila, wah bisa kacau." Mega membatin.

Mega tahu banget Qiana adalah teman sekelasnya di IPS, anaknya tidak jelek, tidak bodoh juga hanya kekurangannya dia sering di-bully oleh teman sekelasnya, mungkin mereka iri dengan Qiana yang hanya anak beasiswa tapi bisa berprestasi. Mega sebenarnya kesian tapi mau gimana lagi temannya adalah Mia dan Shila.

Tidak banyak yang tahu dibalik SMA Garuda Merah yang terpandang baik tanpa cacat tetap saja masih ada kekurangannya seperti pembulian, kenakalan siswa dan yang paling parah mencuri jawaban ujian dari kantor.

Termasuk Brayn yang notabenenya anggota pengurus OSIS dan KM yang ditakuti masih suka kecolongan oleh siswa yang nakal.

Makanan yang tadi Mega pesan akhirnya selesai juga. Mega dengan lahap memakan keduanya tanpa kekenyangan dengan tempo cepat. Setelah menghabiskan makanannya dia kembali ke toko Sweat Shena untuk mengambil paketan yang harus dia kirim.

"Bro duluan, gue mau cari duit dulu."

Mega berjalan layaknya laki-laki, dia itu memang tomboy dari cara jalan pun tidak ada anggun-anggunya, dan penampilannya lebih suka memakai baju gombrong.

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang