BAB 41 ; Pesimis

11 2 0
                                    

HAPPY READING

•••

Setelah mendapatkan chat dari Carel, Ethan seketika gelisah bagaimana caranya keluar tanpa diketahui orang tuanya, Ethan meyakini mereka tidak akan mengizinkannya sekalipun Ethan bersujud dihadapan mereka.

Ethan melihat jendela, ternyata penjaga masih stay di depan gerbang, lama menunggu akhirnya penjaga yang diam di depan gerbang masuk ke belakang sepertinya ada panggilan alam, mungkin.

Ethan keluar lewat balkon dia turun menggunakan tali yang sudah disusun dengan simpul pramuka milik Le. Setelah turun Ethan dia mencoba menutupi tali tersebut supaya tidak diketahui penjaga.

Perlahan kaki Ethan melangkah ke garasi Ethan punya kunci cadangannya. Ethan mendorong motor ninja nya yang jarang dia gunakan hingga keluar gerbang.

Sampai di ujung perumahan Ethan baru menyalakan motornya dan pergi ke Kedai Setengah Hati. Hatinya gundah gulana, dia cemas akan keadaan Anez saat ini.

Sesampainya di kedai Ethan mencari Anez kemanapun bahkan men-cueki Le yang melambaikan tangannya di atas panggung. Ethan terus bertanya pada karyawan di sana mereka pun tidak tahu. Akhirnya kaki Ethan melangkah ke belakang kedai dia baru ingat kedai ini punya halaman belakang.

Ethan mengambil sebatang bunga yang baru dipetik dibalik saku jaketnya. Urung, langkahnya langsung terhenti kala Ethan melihat Anez sedang berduaan dengan seorang laki-laki, itu Brayn.

Entah bagaimana lagi perasaan Ethan, mungkin sudah terlalu sakit. Dalam sepi dia  mendengarkan Anez bercerita dengan pilu, dia tidak pernah jadi sosok pelindungnya, bahkan Anez sampai sekarang belum terbuka untuknya. Rasanya ingin egois tapi melihat Anez lebih nyaman dan terbuka dengan orang lain pikirannya mulai berpikir dia harus mundur.

Bunga yang dipegangnya dia jatuhkan, Ethan berlari dan menaiki motornya pergi menyusuri malam.

Setiap mendengar hancurnya Anez membuatnya sedih, tapi kenapa bukan dia yang ada di sampingnya.

"Kenapa, lo gak pernah terbuka sama gue. Apa benar lo gak punya perasaan yang sama kaya gue?" Hati Ethan bertanya-tanya.

Bagi Ethan galau karena perempuan bukan dirinya, tapi sepertinya ini galau dan patah hati pertama karena perempuan.

Beberapa menit kemudian Ethan sudah sampai di rumahnya, dia masukkan motornya dan masuk begitu saja lewat pintu garasi yang langsung nyambung ke ruang tengah.

Dengan santainya Ethan berjalan di ruang tengah sepertinya dia sudah tidak memikirkan bagaimana jika orangtuanya tahu dia keluyuran malam.

"Ayam ayam ayam!" Latah Mbok Sulis.

"Den, Mbok kaget kenapa Aden di sini kalo Tuan dan nyonya tahu bahaya." Bisik Mbok Sulis.

"Mbok janji gak akan kasih tahu ya." Minta Ethan.

"Iya, tapi kamu dari mana? Kalo bukan Mbok Sulis yang nemuin atau Tuan Isya bahaya nanti kamu yang dimarahi."

"Maaf Mbok, tadi Ethan dari teman," alibi Ethan.

"Ya sudah pergi sana tidur sebelum Nyonya Claudia turun periksa kamu."

"Makasih Mbok." Ethan mencium pipi Mbok Sulis layaknya anak pada ibunya. Ethan masuk ke dalam kamarnya.

"Den Ethan tuh manis sekali Mbok Sulis suka rindu cucu kalo gini, kalo boleh minta lebih Ethan nikah aja sama cucu Mbok. Eh, enggak enggak kami beda, dia makan pake piring marmer lah kami makan pakai piring seng." Mbok Sulis pergi ke dapur setelah bergumam sendiri untuk mengambil air minum.

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang