BAB 17 ; Semuanya Berubah

22 9 8
                                    

Salah satu bentuk apresiasi pembaca kepada penulisnya. Penulis akan senang dan bersemangat karena secara langsung kalian mendukung dan menghargai karya nya.

Salam Nur

•••

Bruk

Anez menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, menumpahkan air matanya diatas bantal yang sejak di perjalan dirinya tahan.

Tadinya Anez akan ke kedai namun Anez tidak sanggup memperlihatkan kesedihannya dan membuat orang lain kasihan padanya.

Bayangan-bayangan kejadian tiga tahun silam mengingatkan semua tentang kehilangan. Dari ayah nya yang kecelakaan dan ibunya yang mengidap penyakit kanker paru-paru yang selama ini dirahasiakan. Apakah masih tidak cukup hidup dengan kesendirian, tanpa ditemani atau ditanya kabarnya bagaimana. Tapi kenapa kakaknya harus berubah secepat itu.

Abram adalah hal yang paling berharga bagi Anez, dia mencintainya lebih dari segalanya. Dulu saat pertama kali ayahnya memberikan kedai, Anez masih berumur 8 tahun dan Abram berumur 15 tahun, kala itu ayahnya ingin memberikan pelajaran bagi anaknya bahwa tidak selamanya yang kita inginkan harus terkabul semua butuh proses.

Anez meraih kalung setengah hati disela-sela lehernya. Kalung ini punya filosofi, ibarat dua orang kakak beradik yang menyatu karena satu hati maka dua orang tersebut memiliki setengah dari masing-masing hati. Makanya Kedai Setengah Hati terinspirasi dari cinta sang kakak kepada adiknya dan juga sebaliknya.

 Makanya Kedai Setengah Hati terinspirasi dari cinta sang kakak kepada adiknya dan juga sebaliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entahlah Anez bingung, Anez tidak tahu menahu tentang keadaannya sekarang. Yang dia tahu semua berubah tanpa dia minta, Anez tersenyum saat seketika otaknya teringat keharmonisan dulu saat kedua orangtuanya masih ada, keributan dan tawa kedua anak kecil yang tumbuh bersama dalam satu atap yang sama.

Di tempat yang berbeda seorang laki-laki yang sedang menerawang jauh menghadap jendela, kamar sederhana dengan kasur yang hanya cukup untuk satu orang.

Entah kenapa sejak tadi sore bertemu dengan seorang gadis dan menangis padanya membuatnya gelisah tidak karuan, dadanya terus berdesir dengan hebat sekan ada yang menggoresi hatinya.

Iya dia Ethan, orang yang ditemui Anez sore tadi. Ethan sedang berada di Panti Asuhan Sayap Bunda, dia punya kamar khusus di panti ini karena sudah lama kenal dengan pengurusnya. Bahkan Ethan  lebih nyaman disini ketibang di rumahnya sendiri yang sering sepi selain dirinya atau pembantu di rumahnya.

Tok tok tok

"Bunda boleh masuk?" Seru Bunda Aisyah pengurus sekaligus pemilik panti ini.

Sebenarnya rumah ini memang milik rumah bunda Aisyah, tapi karena dulu pernah menolong seorang bayi yang menangis dipelantara mesjid membuat dirinya mengangkat anak tersebut untuk menjadi anaknya.

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang