BAB 11 ; Perform Terakhir

17 8 3
                                    

Jangan lupa Follow, vote dan komen ya. Salah satu bentuk apresiasi pembaca kepada penulisnya. Penulis akan senang dan bersemangat karena secara langsung kalian mendukung dan menghargai karya nya.

Salam Nur

•••

Embus angin beradu dengan gemuruh petir, Indonesia masih dalam cuaca hujan. Malam temaram masih dihiasi lampu-lampu kota untuk menerangi jalan.

Suasana kafe sangat ramai dan padat saat ini. Ethan baru saja sampai Kafe Moendoer dan memarkirkan Vespa kesayangannya di depan plang parkir.

"Wes bro," sapa Le, sembari melakukan tos tangan bersama Ethan, ketika Ethan sudah mulai mendekat kearahnya.

Ethan duduk dan menyandarkan tubuhnya pada sofa lalu mengambil air mineral di atas meja.

"Ke mana yang lain?" Tanya Ethan setelah meneguk air mineralnya.

"Oh itu, Ezra lagi sholat isya katanya belum sempat sholat. Soalnya tadi habis nganter kakeknya ke rumah sakit."

"Kalo Carel masih di jalan, biasalah pasti tuh anak pasti disidang dulu sama adeknya." Ethan hanya bergumam sembari memainkan gitar, memeriksa senar gitarnya.

Le menoleh ke arah Ethan, walaupun tangannya masih memegang handphone yang terpampang dilayarnya game online. "Katanya si Carel punya rekomendasi kafe buat nge-band lagi kita."

"Good, nanti habis ini kita obrolin lagi."

Tidak ada percakapan lagi, mereka asik dengan dunia masing-masing.

Hari semakin larut, malam sudah menunjukan jam 1 pagi. Menandakan hari telah berganti, beberapa jam lagi fajar akan masuk bergantian dengan langit malam. Empat pemuda yang masih duduk-duduk di sofa terlihat wajah-wajah lelah dan mengantuk pada mereka.

Le sedang menyandarkan tubuhnya lalu kepalanya menengadah sambil memejamkan mata, dan kakinya mengangkang sebagaimana kebanyakan cara duduk laki-laki.

"Hoaamm, ngantuk gue," ujar Ezra sembari meraih segelas hot cappucino dan menyeruputnya.

Ethan sontak melihat jam ditangannya lalu berdeham kecil. "Langsung saja karena sudah terlalu malam dan waktunya kita pulang untuk beristirahat"

"Ada beberapa yang mau gue sampaikan mungkin kalian pun juga sudah tahu."

Sontak yang lain menegapkan tubuhnya, melihat Le di samping Ezra yang masih memejamkan matanya, membuat Ezra mencolek bahu hingga memukul lengan Le supaya terbangun.

"Apa!" sarkasnya, dengan posisi dan mata yang masih terpejam. "Gue masih bisa dengar, ah ini mah gue dapat murka dari bokap dan mas Jae," gumamnya pelan seperti lirihan orang yang sedang melindur.

"Yaudah, untuk tidak memperlambat waktu langsung saja gue mulai. Sebelum itu gue mau berterimakasih pada kalian yang sudah membangkitkan Nightshade juga mau menyumbangkan waktu berharga kalian hanya untuk nama Nightshade bangkit dan berjaya."

"Dan kalian pun tahu Nightshade ini berdiri hampir sudah tiga tahun, band ini pun untuk menjadi rumah kedua bagi kita. Dan bagi gue Nightshade bukan hanya sebuah atau kumpulan band yang orang lain lihat. Bagi gue Nightshade adalah rumah gue, temapt gue bercerita, tempat gue berkeluh kesah, tempat gue menyongsong kesepian gue dan banyak hal lainnya yang gak bisa gue ungkapin semuanya," Ethan menghela nafas pelan lalu tersenyum.

Ezra menepuk bahu Ethan. "Gue senang ada diproject ini bareng kalian, dimana gue dihadapkan baground baru, dimana yang biasanya gue hanya bertemu dengan air, bola dan tenaga dalam." Senyum Ezra dengan wajah penuh ketulusan.

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang