BAB 34 : Membuatnya Tersenyum

11 2 0
                                    

HAPPY READING

•••

Ethan memarkirkan Vespanya di Parkiran, tangan Ethan membuka tali helmnya. Saat sedang membuka helmnya, entah sadar atau apa ada dua orang siswi yang sedang membicarakan kasus penangkapan Abram karena narkoba.

Tidak lama Le dengan motor klasiknya yang entah berapa kali dia ganti untuk dibawa ke sekolah. Le dengan tergesa memarkirkan motornya.

"Eh, pas banget ada lo." Le menghampiri Ethan yang seperti linglung. "Lo tahu kabar kakaknya Anez udah booming disosmed GaMer?" Ethan mengerutkan dahinya.

Le memberikan handphonenya yang rame dengan berita miring beserta komentar-komentar yang berbagai macam. Ethan menerima handphone Le, seketika wajah Ethan berubah dingin, ekspresinya sulit diartikan. Apakah Ethan sedang marah, khawatir atau sedih?

"Siapa yang share?" Tanya Ethan to do point.

Le mengedikkan bahunya. "Tau, tapi kenya orang berita GaMer yang share, kan mereka yang pegang sosmed GaMer."

Ethan meninggalkan Le begitu saja. Le hanya melongo heran ada manusia yang kaya begitu. "Emang nasib jomblo gini amat ya, tinggalin mulu habis itu sendiri lagi." Curhat Le. Padahal cewek Le tiap pengkolan ada.

Kring...

Suara bel berbunyi tanda siswa siswi harus segera masuk kelas untuk memulai pembelajaran. Ethan yang akan memasuki kelas ditarik begitu saja oleh seseorang.

"Kemana? Kelas lo disebelah," ucap Carel.

"Gue ada urusan."

"Anez?"

"Bentaran elah."

"Kan masih ada istirahat, bukan waktunya ngobrol." Ethan dengan terpaksa mengikuti Carel menuju kelasnya.

Selama pelajaran berlangsung Anez mencoba mengikuti, menyimak, dan memahami pembelajaran. Tangan Anez bergetar ketika akan menulis, walaupun dia tidak memperhatikan hatinya merasakan bahwa banyak mata yang mengarah kearahnya. Mata mereka menatapnya berbeda-beda.

Caramel yang duduk disampingnya memegang tangan kanan Anez. "Kenapa?" Tanya Caramel.

"Enggak, emang kenapa?" Kekeh Anez. Caramel menggeleng dan melanjutkan menulis materi didepan papan.

Caramel tahu Anez itu sedang gelisah, dia juga bisa merasakan tatapan siswa-siswi disini ketika berita itu tersebar cepat.

"Baik, ibu sudah memberikan tugas untuk kalian, semoga kalian paham apa yang ibu sampaikan. Untuk pembelajaran hanya satu jam saja ibu ada keperluan. Jadi untuk satu jam kedepan kalian sempatkan untuk mengerjakan tugas, setelah selesai kumpulkan didepan dan km nanti bawa ke ruangan ibu, ya."  Guru bahasa Indonesia itu menginterupsi pada siswanya, Aldi selaku km mengangguk.

Setelah guru itu pergi. Kelas yang tadinya hening kembali ramai oleh ocehan warga kelas, ada yang bisik-bisik, ada pula yang fokus mengerjakan tugas.

Brak

Naomi yang duduk didepan langsung menendang kaki meja, sehingga meja untuk dua orang itu miring kedepan. Seketika seluruh pasang mata menatap Naomi, terutama teman sebangku Naomi yang sekarang merasa takut.

"Dengar! Kalo mau ngomongin orang itu langsung ngomong ke orangnya daripada bisik-bisik gak jelas dengan tatapan kalian yang buat gue muak!" Geram Naomi dengan kilat marah.

"Lo kenapa dah, marah-marah gak jelas, lagi pms lo?" Remeh Amel dipojok meja ketiga.

"Lo juga Mel, bisik-bisik sebar sini sebar sana apa maksudnya. Kalo emang butuh informasi tanya langsung ke narasumbernya langsung, jatohnya lo yang ngasih informasi yang belum tentu bener atau enggak."

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang