HAPPY READING
•••
Daripada menunggu ayahnya selesai rapat, Anez selalu berkeliling menyusuri kantor. Setiap langkah yang dituju Anez selalu disapa oleh para staf, mereka tahu Anez adalah anak dari bos mereka.
Anez yang lapar, ia menghampiri kantin. Belum memesan Anez sudah ditawari berbagai makanan oleh penjaga kantin. Tanpa memilih dia menerima tawaran makanan itu.
Setelah makan di kantin, Anez berlari ke taman di sana ia mau bertemu kelinci temuannya. Namun, kakinya malah terpeleset dan terjatuh mengenai batu. Lututnya berdarah, tapi disana tidak ada siapapun.
Akhirnya Anez berjalan tertatih ke ruang kesehatan dan meminta alkohol dan obat merah bersama plesternya. Anez sengaja tidak mau dibantu oleh staf penjaga ruang kesehatan untuk mengobati lukanya. Saat mengobati lukanya Anez seketika penasaran dengan dapur di kantor ayahnya, karena rasa penasarannya ia berjalan tertatih ke arah dapur, dan tanpa sengaja membawa alkohol di tangannya.
Satu orang koki yang baru keluar ruangan membuat celah Anez masuk. Anez terperangah dengan banyaknya peralatan masak yang super lengkap, dan peralatan lainnya yang dia bahkan tidak tahu. Saat melewati satu kompor yang menyala karena sedang merebus daging. Anez yang tidak tahu sedang membawa alkohol di tangannya malah tumpah mengenai api dan ... Bumm api itu membesar.
Kaki Anez melangkah mundur dan tersandung, hingga air panas mengenai kakinya. Tubuh Anez sudah tidak bisa berdiri, dia kepanasan dan ketakutan melihat api hampir membakar ruang dapur.
Sedangkan di luar beberapa koki yang baru datang ke kantor langsung berseru heboh. Dua orang koki mencoba memadamkan api, dan koki lainnya memberitahukan staf yang lain bahwa ada kebakaran.
Suara sirine mulai terdengar, tanda bahwa sedang ada bahaya. Rizwan yang sedang mengadakan rapat bersama kliennya terhenti ketika suara sirine ini dibunyikan, akhirnya mereka terpaksa menghentikan rapatnya.
"Ayah! Ayah! Tolong!" Teriakan Anez tidak terdengar oleh para koki yang sedang memadamkan api, mereka sibuk bagaimana memadamkan api yang semakin membesar.
"Ayah, kakiku panas," isak Anez.
Mata Anez seketika terbuka, dadanya mulai sesak, bahkan setetes air mata mulai terjun ke pipi. Mimpi yang sudah lama tidak hadir kembali lagi. Semenjak kejadian traumatis itu membuat Anez sulit tidur dan takut dengan alkohol atau revanol. Tapi, kenapa mimpi itu kembali lagi?
Terpaksa Anez terbangun dari tidurnya. Jam menunjukkan jam 3 pagi, Anez menghampiri jendela. Di luar langit bersuara gemuruh oleh petir, tapi tidak memberikan hujan. Anez jadi takut tidur kembali, bagaimana jika mimpi itu kembali lagi.
Anez keluar kamar, ia berjalan menuruni tangga dan mengetuk pintu kamar seseorang. Tidak lama pintu itu terbuka.
"Bi Siwi, beneran gak pulang?" Tanya Anez basa basi, padahal dia tahu jawabannya.
"Iya, neng. Bibi gak pulang, Neng Anez mau bicara apa?" Tanya Bi Siwi dan mengajak Anez masuk ke kamarnya.
Tadinya Anez mau bertanya besok hari, tapi Anez ingat setiap jam 3 pagi bi Siwi selalu terjaga untuk menunaikan sholat tahajud.
Setelah duduk di atas ranjang, Anez bertanya serius pada bi Siwi.
"Sebenarnya ibu punya penyakit apa bi, apa bi Siwi tahu?" Bi Siwi seketika terdiam.
"Apa selama ini bi Siwi tahu kalo ibu sakit dan menyembunyikan penyakitnya dari anak-anaknya?" Tanya Anez lagi untuk memastikan.
"Neng, maaf mungkin saat ini harus terungkap, maaf juga jika bi Siwi baru bisa terbuka saat ini." Helaan nafas terhembus dari mulut bi Siwi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENA
Teen FictionIni tentang Anez yang harus kehilangan kedua orangtuanya juga kakak nya yang dulunya menyayanginya menjadi luka untuk Anez setiap harinya. "Ayahku mengajarkan aku tentang menjaga diri dari orang jahat ibuku memperkenalkanku dengan arti cinta, namun...