BAB 31 ; Siapa Pengirimnya?

15 2 0
                                        

HAPPY READING

•••

Angin menari bersamaan dengan gerimis kecil yang berjatuhan. Ethan menyimpan Ghani dahulu di atas meja, lalu melepaskan jaket yang terbuat dari parasut.

"Pakai, sebentar lagi hujan," ucap Ethan sambil menyodorkan jaketnya.

"Tapi kan, kita berteduh tidak akan terkena hujan ini."

"Anginnya besar, bisa masuk angin, nanti."

"Terus kamu-"

"Gapapa, pake aja. Gue insyaallah kuat." Anez dengan ragu memakai jaket Ethan.

Setelah duduk, Ethan memangku Ghani dan memeluknya, anak sekecil itu akan mudah masuk angin atau sakit apalagi sedang diluar seperti ini. Mata Ghani sayu, dia sudah mulai mengantuk, matanya buka tutup didalam pelukan Ethan.

Karakter Ethan seperti ini membuatnya kagum, ternyata seorang Ethan pun bisa punya jiwa kebapaan. Biasanya, laki-laki yang belum menikah itu suka gengsi jika mengajak anak kecil, sekalipun itu adalah adiknya sendiri. Tapi Ethan berbeda, dimata Anez bertambah poin, bibir Anez tersenyum tipis tanpa sadar.

Seseorang menghampiri mereka, dan memberikan salah satu payungnya. "Ini sudah hujan, anakmu kesian sepertinya sudah mengantuk. Jika lama diluar bisa masuk angin, bawa ke rumah kami disana ada suami saya, mungkin rumahnya kecil, tapi insyaallah bisa meneduhkan anak dan istrinya, kesian."

Ucapan perempuan itu seketika membuat Ethan dan Anez saling memandang. Anez sungguh menjadi mati kutu, dia mengira mereka adalah sepasang suami istri dan Ghani adalah anaknya.

"Kami bukan-" ucapan Ethan dipotong langsung oleh perempuan itu.

"Gapapa, kami senang jika ada yang bertamu."

"Baiklah, terimaksih atas tumpangannya," jawab Ethan.

Anez dan Ethan mengikuti perempuan tersebut menuju rumahnya, payung yang tadi diberikan kepada Ethan, Ethan malah meminta Anez yang memakainya.

~•~

Vespa berwarna silver berhenti disebuah kedai. Motor itu di simpan berjejer bersama dengan kendaraan lainnya di parkiran.

"Masuk dulu, kesian Ghani. Sepertinya dia lapar, aku mau buatkan makanannya dulu."

"Enggak usah nez, kita sebentar lagi pulang."

"Jangan nolak, ini untuk kebaikan Ghani."

"Iya kak Anez, makasih," ucap Ethan menirukan suara anak kecil. Anez terkekeh dan berlalu masuk ke dalam kedai.

Anez berjalan dan masuk ke dalam ruangannya terlebih dahulu. Untung saja, Anez selalu siap sedia menyimpan pakaiannya di Kedai, supaya sewaktu-waktu tidak membawa baju ganti bisa mengganti pakaiannya yang sudah tersedia dilemari.

Sebelum itu Anez mengganti seragamnya dengan seragam kedai. Setelah mengganti pakaiannya, Anez berlalu dan menyiapkan makanan Ghani di dapur.

Ethan yang asik mengajak ngobrol Ghani tidak menyadari bahwa Anez sudah ada didepannya.

Anez berdeham. Ethan menoleh, ternyata Anez sudah disini tanpa dia sadari.

"Ghani makan dulu, yu, biar kakak yang suapi." Anez menyuapi Ghani sambil mengajak berbicara sesekali. Respon Ghani malah ketawa-ketawa sampai terlihat dua gigi yang mau jadi.

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang