CHAPTER 9 | AYAM GORENG

1K 65 3
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa!
(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

Langkah kaki Daisy bagaikan berlari, tak sabar untuk segera duduk di samping teman sebangkunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Daisy bagaikan berlari, tak sabar untuk segera duduk di samping teman sebangkunya. Perkataan Naomi di supermarket semalam masih terngiang di telinganya, membuatnya bertanya-tanya tentang apa yang disembunyikan oleh Dewangga.

Restu Dewangga Putera, si cowok cerewet dan penuh canda yang selalu meraih peringkat dua di kelas. Remaja laki-laki itu tak pernah sombong, terus belajar bahkan saat jam kosong. Berbeda dengan Juan, putra pemilik sekolah yang jenius tanpa usaha. Meskipun prestasi Juan tak perlu diragukan, Daisy sadar bahwa Juan memiliki bakat alami, tak seperti dirinya yang harus berjuang mati-matian.

Tiba-tiba, suara Dewangga yang menggelegar memecah kesunyian, menyapa pagi dengan khasnya. Daisy menoleh, melihat cowok itu yang berdiri di depan pintu kelas dengan cengiran khasnya.

"Selamat pagi, Duniaaa!" serunya, membuat Naomi yang baru saja terbangun dari mimpinya merasa kesal.

"Dewa! Lo ganggu mimpi gue tau nggak?" protes Naomi, suaranya masih dipenuhi kantuk.

"Mimpi apa sih, sampe segitu ngeluhnya?"

"Mimpi dicium Haechan!" jawab Naomi, wajahnya memerah karena malu.

"Ckckck, kayaknya tadi tidur lo miring," Dewangga mencibir pelan, membuat Naomi semakin kesal.

"Lo nggak usah ngeremehin gue! Mimpi gue itu realistis!"

Perdebatan mereka seperti biasa, tak pernah henti. Daisy hanya bisa geleng-geleng kepala, terbiasa dengan pertengkaran mereka berdua.

"Udahlah, Nom. Jangan sewot-sewot. Nanti makin tua," Dewangga langsung duduk di bangkunya dan menyapa Daisy, "Pagi, Bestie!"

"Bestie? Sejak kapan kita jadi bestie?" Daisy bertanya, terkejut dengan panggilan cowok di sebelah kirinya.

"Terus, lo nggak mau makin deket sama gue?" Dewangga balik bertanya, matanya berbinar nakal.

Pertanyaan itu menggantung di udara, membuat jantung Daisy berdetak kencang. Ia tak pernah menyangka Dewangga akan mengatakan hal itu dengan tanpa beban.

Juan, yang duduk di antara mereka, terbatuk canggung. Telinganya memerah mendengar godaan Dewangga yang semakin hari kian berani.

"Eung..." Daisy kehilangan kata-kata, pipinya memanas menahan rasa gugup dan senang yang bercampur aduk.

Tiba-tiba, Juan menepuk tangannya dengan keras, "Ngiiing ngiiiiiiiing!" seolah ada nyamuk raksasa yang menyerang. "Nyamuknya gede ya pagi-pagi gini?"

Suasana canggung mencair seketika. Daisy dan Dewangga menoleh ke arah Juan, geli dengan tingkahnya yang berusaha mengalihkan perhatian.

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang