CHAPTER 15 | SURAT DARI BUNDA

903 53 3
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa! (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

"BPUPKI singkatan dari?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BPUPKI singkatan dari?"

"Badan Pembentukan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia."

"Salah."

"Badan Pengawas Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia." Daisy mengubah jawaban.

"Kurang tepat," koreksi Dewangga.

Pundak Daisy merosot. Sesi belajar bersama kali ini adalah pelajaran Sejarah Indonesia dan sedari tadi Dewangga memberikan banyak pertanyaan seputar kemerdekaan Indonesia. Daisy menopang dagu, mulai mengingat-ingat kembali hafalannya.

"Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia," jawab Daisy setelah termenung sejenak.

"Benar."

"Yes!" Satu tangannya meninju udara, senang karena jawabannya benar.

"Nama lain dari BPUPKI adalah?"

"Dokuritsu Junbi Cosakai."

"Benar. Lanjut ke pertanyaan berikutnya, BPUPKI dibentuk pada tanggal?"

"29 April 1945."

"Benar."

"Ternyata pinter juga ya gue." Daisy tersenyum sumringah. Menepuk dada dengan bangga untuk memuji dirinya sendiri.

"Kan udah gue bilang, lo itu pinter. Cuma harus rajin baca aja biar inget sejarah Indonesia, masa atlet Indonesia nggak hafal sama sejarah negaranya sendiri."

"Dewa, ih. Bercandanya bawa-bawa gituan," protes Daisy tidak suka.

"Belajar sejarah itu penting banget, Dis. Biar anak muda jaman sekarang tau bagaimana pengorbanan pahlawan untuk mencapai kemerdekaan. Sedangkan kita yang hidup di kala negara udah merdeka, tidak serta-merta melupakan sejarah. Malas belajar karena menganggap pelajarannya terlalu rumit dan lain-lain."

"Menurut gue nggak rumit kok, emang kitanya aja yang amat sangat perlu belajar sejarah," balas Daisy.

Dewangga lanjut menjelaskan materi tentang kemerdekaan Indonesia. Di dinding ruang cuci toko laundry, kini terpasang white board yang biasa Dewangga dan Daisy manfaatkan sebagai penunjang belajar. Awalnya Yanuar enggan membuatkan papan tulis, tetapi karena Daisy merengek dan mau digunakan secepatnya, maka mau tidak mau Baba membuatkannya.

Baba pun senang, akhirnya Daisy bisa bangkit dari keterpurukannya dan semangat untuk belajar memperbaiki nilai. Serendah apapun nilai Daisy dulu, baik Yanuar maupun Yunita tidak memarahi. Hanya meminta Daisy untuk rajin belajar saja dan menghargai bakat anak sulungnya bukanlah di bidang akademik, melainkan nonakademik.

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang