CHAPTER 40 | JANGAN MENIKAH, AYAH!

818 55 4
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa!
(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

Peristiwa kemarin membawa dampak pada tubuh Dewangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peristiwa kemarin membawa dampak pada tubuh Dewangga. Sejak dini hari remaja laki-laki itu mengalami demam tinggi. Menjelang subuh Dewangga terbangun dengan suhu tubuh yang sudah turun.

"Ayah?"

Anak laki-laki itu menyadari bahwa Surya tidur lagi di kamarnya. Perlahan ia tersenyum, hatinya menghangat melihat Ayahnya merawatnya sepenuh hati. Diam-diam Dewangga menyentuh wajah Surya yang mulai berkerut.

"Terima kasih sudah memilih Dewa jadi anak Ayah," ungkap anak itu.

Kemudian ia segera turun dari ranjang, dinginnya lantai terasa menusuk telapak kakinya. Mengumpulkan sisa tenaga, Dewangga berjalan pelan keluar kamar. Tujuannya adalah dapur yang ada di lantai dasar, ia kehausan. Dewangga mengambil gelas di rak dan menuangkan air galon dari dispenser. Jangan kira air galon itu masih isi ulang seharga sepuluh ribuan, Surya sudah menggantinya dengan yang asli. Pria itu mengalami batuk-batuk saat minum air isi ulang langganan Dewangga kalau lagi hemat.

Remaja itu mengambil dua buah pisang dari dalam kulkas. Sejak Bu Yati tahu ia menyukai buah pisang, asisten rumah tangganya itu selalu menyetok buah pisang setiap hari. Terkadang Bu Yati juga mengolahnya menjadi beberapa macam makanan seperti bolu pisang, nugget, puding, jus, kolak, atau apapun agar Dewangga tidak merasa bosan.

"Dewa!"

Interupsi itu membuat Dewangga menghentikan sesuap pisang di mulutnya. Ia menoleh ke sumber suara yang masuk dari ruang tengah.

"Ayah sudah bangun?"

"Ayah cari kamu, ternyata di sini."

Surya menempelkan punggung tangannya di dahi Sang Anak, suhu tubuhnya sudah turun jauh. Tak sia-sia ia mengompres Dewangga dengan handuk es.

"Dewa lapar, Yah, tapi nggak ada makanan."

"Mau Ayah masakin?" tawar Surya yang dijawab gelengan oleh Sang Anak.

"Dewa udah makan dua pisang, lumayan kenyang."

Surya hanya menganggukkan kepala, kemudian turut duduk di kursi makan setelah mengambil segelas air mineral.

"Hari ini nggak usah sekolah dulu, istirahat di rumah aja."

"Memang boleh? Ayah nggak marah sama Dewa?"

"Kali ini Ayah membolehkan. Lagian sudah tidak ada pelajaran lagi."

Jauh di lubuk hatinya, Surya amat menyayangi anak yang ia besarkan sendiri selama hampir dua belas tahun ini. Surya belajar untuk menjadi seorang ayah sekaligus ibu untuk Dewangga, tetapi ternyata ia gagal. Dewangga sudah sesakit ini karena ia terlalu keras dalam mendidik. Surya menyadari suatu hal bahwa selama ini ia tak pernah duduk berdua dengan Dewangga untuk menanyakan cerita apa yang telah dilalui. Surya mengira dengan materi yang ia berikan itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan Dewangga, tetapi nyatanya tidak.

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang