LENGKAP - Fleur diambil dari bahasa Perancis yang berarti Bunga.
•••
Restu Dewangga Putera, anak laki-laki berusia 16 tahun. Setiap ulang tahun Dewa selalu memanjatkan doa yang sama, "kebahagiaan". Sebab hidupnya telah bernafaskan keterlukaan sejak...
Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa! ( ◜‿◝ )♡
•••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit telah gelap sempurna, saatnya bintang-bintang malam bermunculan unjuk kecantikan kepada para penduduk bumi. Bulan sabit menghiasi ufuk timur, menambah romansa manis malam ini.
"Bye, Guys. Ketemu lagi besok di sekolah."
Naomi melambaikan tangan pada dua sahabatnya—Sisca dan Eliza—yang duduk di jok depan mobil.
"Langsung tidur aja, mata lo udah merah!" suruh Sisca pada Ketua Gengnya, Naomi hanya membalas dengan deheman.
Setelah mobil Eliza melesat pergi dari depan rumahnya, Naomi segera masuk ke dalam rumah. Matanya terlihat merah dan mengantuk berat karena minum dua kaleng bir. Niatnya untuk mengambil air putih di dapur terhenti tat kala mendengar suara tangis dari kamar Sang Ibu.
Naomi membuka pelan pintu kamar Monica yang tak terkunci. Ia bisa melihat bagaimana bergetarnya punggung Monica sekarang, entah apa yang telah terjadi hingga Ibunya menangis pilu seperti itu. Perlahan cewek itu mendekat, ikut duduk di pinggir kasur dan mengusap pelan pundak Ibunya.
"Mama," panggil Naomi pelan.
Monica segera menghapus air mata, tetapi kesedihan begitu jelas terlihat di pelupuk mata.
"Sudah pulang?" tanya Monica yang diangguki oleh Naomi.
"Mama kenapa?" Naomi sungguh khawatir melihat keadaan Monica yang terpuruk seperti ini. Padahal tadi sore ketika berpamitan untuk keluar, Ibunya itu masih baik-baik saja. Bahkan bahagia karena mau ketemu dengan Surya.
Monica hanya menggeleng lemah. Ditanya kenapa rasanya semakin membuat hatinya sakit. Dipeluknya tubuh Sang Anak dengan erat. Menumpahkan segala sesak dan kecewa yang menghimpit hati. Sungguh, rasa sakit di hatinya tak terkira laranya.
"Mama marahan sama Om Papa?"
Naomi bisa merasakan anggukan Monica di pundaknya. Hanya elusan lembut yang bisa Naomi berikan untuk meredakan tangis Sang Ibu. Hingga lambat laun perasaan Monica semakin membaik dan menguraikan pelukan.
"Cerita sama Naomi, Ma. Om Papa berbuat apa ke Mama sampai Mama sesedih ini?" tuntut Naomi. Ia butuh penjelasan sejelas-jelasnya karena jarang sekali Surya membuat Ibunya sesedih ini.
"Kita nggak jadi nikah tahun ini, Naomi."
"Loh, kenapa? Kan Om Papa udah janji sama kita, Ma! Ini udah mau enam tahun loh!" sungut Naomi tak terima.
"Keadaan Dewa belum membaik. Mas Surya butuh waktu untuk meminta restu dari dia."
"Ck, anak itu lagi!" decak Naomi, sebal.
"Emang Dewa kenapa sih, Ma? Orang Naomi lihat dia baik-baik aja kok."
"Dewa sakit, Naomi."
"Separah apa penyakitnya sampai Om Papa mundurin pernikahan lagi?"