Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa! ( ◜‿◝ )♡
•••
"Cewek lo tuh, Wa!"
Khatulistiwa menunjuk seorang cewek yang berdiri di trotoar depan sekolah sendirian. Cewek dengan tas selempang yang menggantung di pundak kanan karena bahu kiri masih cedera. Sagara dan Dewangga mengikuti arahan Khatulistiwa. Mereka bertiga masih berdiri di parkiran Galaksi Gang, sedangkan Juan sudah pulang bersama dengan mobil mewahnya.
Khatulistiwa, Ketua OSIS itu memakai jaket Galaksi dengan helm yang membungkus kepalanya, bak anggota geng motor. Sagara, cowok itu terlihat menggemaskan dengan Vespa putih dan helm bogo yang melindungi kepala kecilnya. Sedangkan Dewangga, cowok itu nangkring di atas sepeda pancal berwarna hitam kesayangannya.
Jika dilihat dari kejauhan, sepeda Dewangga terlihat sangat kecil dibanding motor ninja milik Khatulistiwa. Meskipun begitu, remaja 16 tahun itu tetap bersyukur dengan apa yang ia miliki.
"Anterin pulang gih! Kasian nunggu jemputan sendiri," saran Sagara sambil menepuk pundak Dewangga. "Gue pulang duluan. Ditunggu nyokap di rumah."
"Gue juga, ditunggu Oma di rumah. Kita duluan ya, Nyet!" sahut Khatulistiwa tak mau ketinggalan. Keduanya pun melajukan motor mereka, meninggalkan Dewangga sendirian di parkiran sekolah yang mulai sepi.
Bersamaan dengan kepergian Khatulistiwa dan Sagara, senyum lebar Dewangga perlahan memudar. Rasa kesepian kembali menyapa, seperti yang selalu terjadi setiap kali ia sendirian. Setiap hari, Dewangga selalu menjadi yang terakhir pulang sekolah. Berbeda dengan teman-temannya yang dijemput orang tua atau memiliki alasan lain untuk segera pulang, Dewangga hanya memiliki sepedanya dan rasa sepi yang menemaninya.
"Enak ya jadi kalian, bisa pulang cepet karena ada yang nungguin di rumah," gumam Dewangga pilu.
Ia teringat Surya, satu-satunya keluarganya yang kini tinggal di kota yang sama. Namun jarang sekali pulang ke rumah. Dewangga pun rindu dengan kehangatan keluarga, rindu dengan sosok yang selalu menunggunya di rumah seperti saat kecil.
"Dewa pulang dulu, Pak Satpam," pamit Dewangga kepada satpam penjaga sekolah yang hendak mengunci pintu-pintu kelas.
"Hati-hati bawa sepedanya, Mas Dewa," balas satpam itu dengan ramah.
Dewangga bergegas menuju halte di depan sekolah. Ada seorang gadis remaja yang duduk sendirian dengan wajah tertekuk. Sepertinya teman barunya tidak dijemput pulang.
"Halo, Teman," Dewangga melambaikan tangan. Bibirnya mengembang membentuk senyuman.
"Hai," Daisy menyapa balik, singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLEUR ✓
Ficção AdolescenteLENGKAP - Fleur diambil dari bahasa Perancis yang berarti Bunga. ••• Restu Dewangga Putera, anak laki-laki berusia 16 tahun. Setiap ulang tahun Dewa selalu memanjatkan doa yang sama, "kebahagiaan". Sebab hidupnya telah bernafaskan keterlukaan sejak...