CHAPTER 25 | KEMENANGAN DEWANGGA

794 58 3
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa! (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

Hari ini adalah pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional yang bertempat di Jakarta Pusat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional yang bertempat di Jakarta Pusat. Berbeda dengan lokasi saat seleksi provinsi kemarin, lokasi kali ini jauh lebih luas. Tempatnya sangat megah dengan kapasitas yang besar. Banyak anak-anak SMA dari berbagai provinsi yang berjuang di tempat ini. Tak terkecuali dengan remaja laki-laki yang kini tengah fokus meneliti jawaban-jawaban soal.

Fokus Dewangga tak teralihkan sama sekali. Cowok itu membaca berulang-ulang soal yang telah ia kerjakan, ia sangat ingin berhasil di kesempatan kali ini. Namun, tiba-tiba rasa pening menyerang kepala Dewangga. Dahinya terasa nyut-nyutan dan sakit, hingga setetes darah mengucur dari hidung dan membasahi kertas soal. Cowok itu buru-buru menghapusnya dengan tissue meskipun bekasnya tak bisa hilang.

"Sakit, Ya Allah." Dewangga merintih lirih.

Kali ini ia sudah terlalu keras pada diri sendiri. Semalam, setelah turun dari rooftop ia tak langsung tidur. Ia mengecek bolak-balik akun email, barangkali pesannya telah dibalas oleh Iris. Puncaknya ia baru ketiduran jam setengah tiga pagi dan bangun lagi jam lima.

Kring!

Bel berdering nyaring, menandakan bahwa sesi mengerjakan soal telah selesai. Tanpa pikir panjang, anak itu segera berlari keluar pintu mencari toilet. Entah mengapa badannya terasa tidak enak. Begitu sampai di toilet, Dewangga memuntahkan isi perutnya. Perutnya terasa bergejolak, hingga ia hanya bisa terduduk lemas di lantai.

"Bunda," racaunya. Dewangga benar-benar merindukan sosok ibunya.

Ketika Dewangga kecil sakit, dulu Iris merawatnya penuh kasih sayang. Memasakkan makanan favorit, meracik obat, dan memeluknya agar bisa tertidur nyenyak. Namun, sebelas tahun ini Dewangga merawat dirinya sendiri alih-alih Surya yang merawatnya. Pria itulah sumber segala rasa sakit yang ia pendam sendirian.

Setelah kuat berdiri, Dewangga beranjak keluar dan membasuh wajahnya di wastafel. Ia melihat pantulan dirinya dalam cermin, wajahnya pucat tak berona. Matanya memiliki kantung berwarna hitam, bibirnya sedikit kebiruan. Siapapun pasti bisa melihat bahwa Dewangga sedang tidak sehat.

Teringat barang-barangnya masih di ruangan ujian, ia segera mengambilnya. Sudah tidak ada siswa di ruangan itu, hanya pengawas yang mengambil lembar soal dan jawaban.

"Permisi, Kak. Mau tanya, kira-kira untuk pengumumannya kapan yaa?"

"Nanti malam sudah pengumuman sekalian awarding night," jawab pengawas kemudian mengambil soal dan jawaban dari meja milik Dewangga.

"Oh, terima kasih infonya."

Cowok itu segera beranjak meninggalkan ruangan dan disambut oleh Juan yang baru turun dari lantai tiga.

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang