CHAPTER 5 | NAUNGAN POHON PINUS

1.5K 72 4
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa! (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

Duduk sendirian di lapangan dan menikmati bekal makan siang adalah saat-saat Daisy Pamela bisa menjadi diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk sendirian di lapangan dan menikmati bekal makan siang adalah saat-saat Daisy Pamela bisa menjadi diri sendiri. Tanpa ada siapapun, dulu Daisy sering latihan mandiri di saat teman-teman ekskul panah sudah pulang. Memanah dan mendapatkan target menciptakan kepuasan sendiri untuk batinnya yang selalu tersiksa.

Daisy dengar, ucapan adalah doa. Maka dari itu setiap kali Daisy makan siang di lapangan ini ia selalu merapatkan doa dalam hati bahwa suatu saat cederanya akan pulih dan bisa kembali berlaga.

Bekal makan siang sudah habis. Nasi putih dengan lauk telur dadar dan nugget buatan Emak terasa nikmat. Makanan murah pun akan terasa enak ketika kita mensyukurinya. Daisy meninggalkan lapangan, hendak kembali ke kelas sebelum bel berdering.

"Nom, Si Cacat tuh!" tunjuk Sisca pada Daisy yang berjalan sendirian.

Naomi tersenyum simpul. Tanpa dicari mangsanya datang sendiri ke kandang. "Kerjain, yuk!"

"Apalagi kali ini, Nom?" Eliza mengekor Naomi yang berjalan ke samping sekolah.

"Mandiin Si Cacat, gue udah eneg sama baunya."

Naomi menyuruh Eliza membongkar gulungan selang milik tukang kebun. Selang itu dipasang pada sebuah keran dan akan digunakan untuk bersenang-senang dengan Daisy.

"Si Cacat mau ke sini, sembunyi!"

Naomi, Sisca, dan Eliza sembunyi di tempat yang berbeda. Naomi, cewek itu bersembunyi dibalik pohon. Ia bertugas untuk memberikan kode kepada Sisca dan Eliza saat Daisy lewat. Sisca, cewek dengan perangai bar-bar itu bertugas menyalakan keran air. Sedangkan Eliza yang memegang selang untuk menyiram Daisy.

"Hana, Dul, Set! SIRAAAAMMM!!"

Geng Devil's mengerumuni Daisy, persis seperti kucing mengerumuni tikus untuk dimangsa bersama-sama. Mereka memblokade jalan agar Daisy tidak bisa kabur.

"Mandi dulu, Bestie. Soalnya bau sampah!"

"Pantesan bau, soalnya miskin jadi nggak mampu beli parfum."

"Rasain ini, Cacat!"

Daisy merasa engap saat air keran menyemprot wajahnya dengan keras. Ia seperti tidak diberi kesempatan untuk mengambil nafas. Seragamnya basah kuyup.

"Tolong berhenti!"

"Eliza, jangan siram gue! Seragam gue basah."

"Tolong berhenti menyiram!"

"Tolong!"

"Seragam gue basah."

Volume air yang terlalu banyak menyirami, membuat Daisy merasa kedinginan. Sialnya ia tidak membawa seragam olah raga, jadi tidak punya baju ganti. Sejak kecelakaan, ia tidak pernah mengikuti mata pelajaran olah raga sehingga tidak perlu repot-repot membawa seragam.

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang