Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa!
( ◜‿◝ )♡•••
Susah payah Dewangga meneguk salivanya sendiri saat melihat mobil putih milik Surya terparkir rapi di halaman rumah. Pintu utama rumah itu juga terbuka, menandakan ada penghuni yang bersemayam di balik rumah minimalis itu. Dewangga memarkirkan sepeda hitam di samping mobil Surya, berjalan dengan kaki gemetaran tat kala melihat sandal jepit milik Surya ada di teras.
"A–assalamualaikum, A–yah," salam Dewangga pertama kali.
Tidak ada jawaban, tetapi Dewangga memberanikan diri untuk masuk lebih jauh dalam huniannya.
Semerbak aroma wangi menyeruak di hidung anak remaja itu. Dewangga melesak ke arah dapur, melihat Sang Ayah yang kesusahan mengangkat microwave yang mengepulkan asap panas. Kelihatan sekali jika pria 40 tahun itu tidak pernah berurusan dengan pertempuran dapur.
"Selamat pagi, Ayah!" salam Dewangga. Ia menundukkan kepala tak berani menubruk mata pria di depan sana.
"Pagi, Dewa," balas Surya dengan senyuman lebar.
Pria itu menarik satu kursi, "Duduk, sarapan dengan Ayah."
Perintah yang mampu membuat tubuh Dewangga menegang. Wajahnya yang sedari tadi menunduk ia angkat, melihat bagaimana Surya tersenyum ke arahnya dengan hangat. Sebuah sambutan langka, Dewangga tak pernah menemui sosok Surya yang hangat seperti sekarang.
"I–iya, Ayah."
Dengan seribu tanda tanya di kepala, akhirnya anak itu mendudukkan diri di kursi makan. Sebuah kegiatan yang tak pernah ia lakukan dengan Ayahnya selama ini. Dewangga masih bingung, mengapa Surya tak memarahinya karena tidak pulang ke rumah?
"Ayah, ... maaf. Dewa tidak pulang ke rumah."
"Oh, nggak papa. Ayah mengerti, kamu menginap di rumah Khal kan?"
Dewangga ragu hendak menjawab apa. Semalam ia tidak menginap di rumah Khatulistiwa, melainkan rumah Daisy. Bahkan baju dan celana training yang ia pakai sekarang adalah milik dari adik laki-laki gadis itu. Dino meminjamkan pakaian untuk ia tidur karena tidak punya baju ganti.
"Ayah tau kamu sudah beranjak dewasa, tapi tolong kabari Ayah kalau kamu tidak pulang ke rumah!"
Remaja laki-laki berusia 16 tahun itu menekuk wajahnya, menatap kosong piring di depannya. Ia berusaha keras mengatur nafas agar teratur, menyembunyikan perasaan takut setiap kali berhadapan dengan Surya. Rasanya seperti diinterogasi oleh polisi.
"Semalam Ayah telfon teman-teman kamu dan Khal bilang kamu ada di sana. Kamu pasti kesepian setiap kali Ayah tidak pulang!"
Sungguh, demi Pluto yang keberadaannya sudah tak dianggap dalam jajaran planet. Ada apa gerangan dengan Ayahanda Dewa? Apakah ada sesuatu besar yang membuat pria itu ingat kepada putra satu-satunya yang selalu kesepian ini? Ataukah usia Surya tidak panjang lagi hingga mau meluangkan waktu sepagi ini untuk sarapan dengan Dewangga?
KAMU SEDANG MEMBACA
FLEUR ✓
Novela JuvenilLENGKAP - Fleur diambil dari bahasa Perancis yang berarti Bunga. ••• Restu Dewangga Putera, anak laki-laki berusia 16 tahun. Setiap ulang tahun Dewa selalu memanjatkan doa yang sama, "kebahagiaan". Sebab hidupnya telah bernafaskan keterlukaan sejak...