CHAPTER 50 | BANDARA DAN HUJAN

527 47 3
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa!
(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

Pasir pantai putih bersih, debur ombak yang menepi, kicauan burung camar terbang di atas derunya air, dan matahari senja di ufuk barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasir pantai putih bersih, debur ombak yang menepi, kicauan burung camar terbang di atas derunya air, dan matahari senja di ufuk barat. Daisy menyukai nyanyian alam seperti ini. Bahkan alam pun mendukung romantisme sepasang kekasih yang menikmati senja di tepi pantai hari ini.

"Mbak Pacar!"

Panggilan yang telah lama Daisy rindukan. Suara yang telah lama Daisy tunggu. Ia membuka mata, disambut langit yang mulai menggelap. Gadis dengan seragam SMA itu segera bangkit dari posisinya yang berbaring di atas pasir, disambutnya Sang Kekasih yang kembali dari warung untuk membeli minuman dingin.

"Bayi beruang?" Daisy mengedarkan pandangan, menemukan kekasihnya yang berjalan dari kejauhan membawa dua kelapa muda.

Namun ada yang berbeda dengan penampilannya. Dewangga datang dengan keadaan yang sangat memprihatikan, wajah remaja itu penuh luka lebam yang mengerikan seperti tempo hari di sekolah.

"Kamu nunggunya lama ya? Maaf, tadi nunggu kelapanya dibuka dulu."

Dewangga dengan senyuman manisnya duduk di samping Daisy, memberikan satu kelapa muda untuk kekasihnya yang tadi kehausan.

"Dewa," panggil Daisy.

"Kenapa, Sayang?"

"Wajah kamu?" Daisy mendekat, menyentuh luka Dewangga yang terlihat mengilukan.

"Kenapa bisa luka lagi?" Karena seingatnya ketika mereka datang ke pantai menaiki sepeda hitam, kekasihnya itu tampak sangat sehat dan bugar.

Dewangga hanya tersenyum tipis. "Lukanya belum sembuh, tapi ini sudah tidak sakit."

"Tadi kamu datang nggak ada luka, Dewa. Siapa yang bikin kamu luka lagi?"

Dewangga terdiam.

"Bilang sama aku, siapa yang pukul wajah kamu, hm?"

Hening, Dewangga masih enggan menjawab.

"Jawab Dewa, jangan diam aja!" Daisy mulai marah.

Bisa-bisanya kekasihnya itu diam saja dengan luka-luka yang terlihat sangat menyakitkan itu. Tanpa menjawab pertanyaan darinya, Dewangga berdiri dan berjalan menjauh menuju bibir pantai. Ia biarkan air laut membasuh pasir yang mengotori telapak kakinya.

Daisy merasa ada yang aneh dengan tubuh Dewangga. Seragam belakang cowok itu terlihat berdarah, seperti luka sayatan pada punggung yang disengaja dan darahnya merembes ke luar seragam. Bukan hanya itu, lengan kiri Dewangga juga meneteskan darah.

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang