CHAPTER 17 | SUARA-SUARA ANEH

824 50 2
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa!
(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

Jalanan ibu kota sedang diguyur hujan deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan ibu kota sedang diguyur hujan deras. Membuat para manusia urung untuk menginjakkan kaki pada tanah, memilih bergulung dengan selimut atau makan Indomie kuah dan lebih nikmat jika dengan nonton film atau series. Namun, gadis remaja itu memilih duduk di gawang jendela, melongok derasnya kaki hujan menghantam bumi. Daisy tak berniat sama sekali untuk menutup jendela, bau tanah basah memberinya ketenangan.

Tak melamun, tapi pikiran cewek itu melalang buana pada seseorang yang mengusik ketenangan jiwanya. Daisy memperhatikan layar ponsel yang ia genggam, tak ada balasan pesan dari orang yang ia tunggu-tunggu, Dewangga. Entah bagaimana kabar teman sebangkunya itu hari ini, yang jelas pesan-pesannya tak ada balasan.

"Lo kemana, Dewa? Gue rindu."

Ah, padahal baru tidak bertemu satu hari, tetapi letupan kerinduan dalam hati ingin bertemu muaranya.

"Dunia Dewa bukan cuma tentang lo, Dis," gumamnya menampar diri, "Baru juga diajak temenan udah baper. Cih, dasar!"

Daisy merapatkan kembali sweater rajut di tubuhnya. Udara sangat amat dingin, tetapi ia masih enggan menutup jendela. Bersama dengan aroma tanah yang menguar, Daisy menikmati secangkir cokelat panas yang dibuat oleh Sang Adik. Hari ini Dinosaurus sedang baik hati, jarang-jarang Si Tengil itu membuatkannya sesuatu.

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok laki-laki muda yang digulung selimut bergambar bus tayo. Meskipun beranjak remaja, Dino tetap putra bungsu Keluarga Yanuar.

"Kak, permen kaki gue habis, minta yupi lo ya!"

Belum dijawab oleh Si Punya Kamar, Dino langsung nyelonong dan pergi ke meja belajar kakaknya. Di sana ada toples bekas sosis tapi isinya permen yupi. Tidak banyak, Dino hanya mengambil satu genggam, tapi tebak sendiri berapa butir permen dalam satu raup genggaman Dino.

"JANGAN DIHABISIN, DINO!" protes Daisy melihat Dino menyisakan sedikit permen yupi di toples.

"Segenggam doang kok," jawab Dino, tetapi mengembalikan beberapa butir yupi.

Belum juga beranjak, ujung matanya melirik satu kardus choki-choki yang belum dibuka segelnya.

"Ini kamar apa warung Koh Aheng, sih. Banyak banget jajannya," batin Dino.

Diam-diam tangannya sudah siap untuk membuka segel choki-choki.

"Katanya yupi doang!"

Dino mengurungkan niatnya, meletakkan kembali kardus choki-choki yang gagal ia curi.

"Ada jajan tuh bagi-bagi, Kak. Apa coba fungsinya ditaruh di kamar."

"Biar nggak lo colong."

"Astaga!" Dino mengelus-elus dada, sok merasa tersakiti. Cowok itu merapatkan selimut tayo kesayangannya, angin berhembus kencang.

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang