CHAPTER 24 | DEWA MERINDUKAN BUNDA

892 54 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Jangan jadi silent reader yaaa!
(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

•••

Dewangga membuka pintu mobil, menginjakkan kakinya di lobby sebuah hotel terbaik di Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewangga membuka pintu mobil, menginjakkan kakinya di lobby sebuah hotel terbaik di Jakarta. Surya, Sang Ayah yang turut mengantarkan putranya juga ikut turun. Hari ini adalah masa karantina peserta olimpiade tingkat nasional telah dimulai. Pria itu tak ingin melepaskan momen berharga dalam hidupnya kali ini.

"Dewa, berikan yang terbaik buat Ayah ya!" Surya memegang kedua pundak anaknya, mengatakan lewat mata bahwa kali ini adalah kesempatan emas untuk Dewangga.

"Dewa akan berusaha semaksimal mungkin, Yah. Semoga Dewa berhasil kali ini, doakan Dewa terus ya!" mohon Dewangga.

Di mata pemuda itu sarat akan kekhawatiran dan ketakutan. Takut jika di tahap akhir ini ia akan gagal, karena saingannya pun banyak dari provinsi lain.

"Ayah percaya sama kamu."

"Yah," panggil Dewangga sedikit pelan.

"Apapun hasilnya nanti, kali ini tolong jangan marahi Dewa ya! Jangan pukul Dewa lagi," ungkapnya dengan sorot mata kesedihan. Ia menunduk, tak berani menatap Sang Ayah.

Surya melepaskan tangannya dari pundak Sang Anak. "Apapun hasilnya nanti, kali ini Ayah akan menerimanya. Asal kamu juga menerima Monica dan putrinya."

Ucapan itu sontak membuat Dewangga terperanjat. Ia mendongak, hanya untuk menatap tak percaya pada Sang Ayah. Syarat macam apa itu?

"Ayah juga akan berikan kamu hadiah. Kamu mau motor kan?"

Dewangga mengangguk pelan.

"Pokoknya kamu harus mengerjakan dengan maksimal besok. Jangan sampai nggak teliti, jawab semua pertanyaannya! Habis ini kamu istirahat, belajar lagi nanti jam sembilan."

"Ayah pergi dulu!" tuntas Surya seraya pergi meninggalkan anaknya sendirian di lobby hotel.

Selaput air melapisi bola mata Dewangga, netranya berkaca-kaca. Surya tetaplah Surya. Dewangga adalah investasi masa depan bagi ayahnya. Apa yang Dewangga peroleh, itu akan sepadan dengan hadiah dari Surya.

Drrrtt drrrtt

Saku celana jins Dewangga bergetar, seseorang menelponnya.

Presiden

"Halo, Pres!"

"Di mana, Nyet!" tanya Presiden Juan di seberang sana.

"Lobby."

"Gue udah di kamar nih, buruan ke sini."

"Kita sekamar lagi?" tanya Dewangga.

"Iya. Buruan gih! Gue abisin pisangnya entar nangeees."

FLEUR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang