38

8 1 0
                                    

🎓 t h i r t y e i g h t 🎓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎓 t h i r t y e i g h t 🎓




Yuki pagi-pagi ini tidak tahu kenapa jadi sensi sekali. Semua orang dimarahin terutama Joy. Entah apa yang di perbuat, seingat mereka, Joy hanya tidak sengaja menyenggol minuman Yuki dan menetes sedikit di roknya. Hanya itu, tapi Yuki tampak marah besar.

Joy sendiri yang memang memiliki perasaan mudah bersalah jelas sangat-sangat merasa bersalah. Walaupun itu hanya sedikit, tapi jika Yuki sampai mengamuk pasti bocah itu akan menatapnya sinis.

Perasaan tidak nyaman hinggap di hati Joy. Rasanya, Joy tidak ingin bertemu Yuki untuk beberapa saat sampai mereka benar-benar lupa dengan kejadian tadi.

Istirahat kedua ini, Joy menghabiskan waktunya di dalam kelas. Selain mager, Joy juga mewanti-wanti agar tidak bertemu dengan Yuki yang kelasnya satu deret dengannya. Bahkan anehnya, temannya yang lain tidak berniat bertanya seolah tidak terjadi apa-apa.

Pusing memikirkan itu, Joy memilih untuk tidur sambil menunggu bel masuk.

" Pulang-pulang!"

" Tumben ya sekolah rapat kita di pulangin."

" Biar gak rusuh kali. Lo pada kan titisan kera."

" Mulut lo gak ramah."

Joy yang mendengar samar-samar suara itu langsung menegakkan tubuhnya. Menatap sekeliling kelas yang sibuk membereskan tas. Melihat bangku sampingnya, tas milik Azee sudah menghilang dengan sekejap. Seingatnya tadi perasaan Azee keluar kelas tanpa membawa tas deh.

" Heh! Pada kenapa sih?" tanya Joy kepada salah satu teman kelasnya.

" Lo gak denger? Tadi pemberitahuan pulang soalnya guru-guru pada rapat. Jeje aja udah pulang duluan tadi lari-lari." ujar Lira.

" LOH? KO GAK BILANG SIH?!" marah Joy kaget. Tumbenan juga Azee tidak membangunkannya. Apakah terlalu sibuk dan senang karena pulang cepat? Atau dia susah bosan pulang berdua dengan Joy?

" Ya—

— ini kan gue bilang..." Lira melanjutkan lirih kalimatnya saat melihat Joy yang sudah secepat kilat keluar kelas.

Brakkk!

" Sialan!" umpat Tari. Ponselnya jatuh dan retak. Joy berniat mengambilnya namun kalah cepat dengan tangan panik Tari.

" JOY! Hp gue ya Tuhan! Gue lagi tunggu info panitia Joy, malah lu sengol." Tari jelas sedikit dongkol.

Joy menampilkan wajah melasnya, jujur, Joy juga tidak tahu kenapa akhir-akhir ini Joy membuat banyak masalah dengan teman-temannya. Tetapi dengan yang lain, Joy tidak begitu bermasalah. Kenapa hari-hari Joy menjadi sial? Jangan-jangan ada yang menyumpahinya.

Baru saja ingin mengeluarkan suara, Tari sudah lebih dulu berjalan menghentakkan kakinya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas dengan kasar. Baru saja Joy ingin meminta maaf. Coba kita list, Joy sudah membuat total empat masalah. Dengan Yuki, Daniel, Flora, dan terakhir Tari.

Sisa Olive, Fanya, Micel dan Azee. Apakah harus Joy tuntaskan agar sama rata? Siapapun tidak ingin berada di posisi seperti Joy sekarang. Memiliki masalah dengan orang terdekat apalagi Joy sebagai tersangkanya.

Posisi Joy saat ini sungguh sangat merepotkan. Tolong siapapun gantikan dia saat ini. Ingin sekali rasanya Joy menangis meraung. Joy berani sumpah bahwa dia tidak ada maksud apapun dengan semua yang terjadi. Bahkan ini diluar kendalinya.

Berjalan gontai menuju gerbang, tatapannya lesu dan layu tidak seperti Joy biasanya. Bahkan teman-teman satu ekstranya pun tidak ditoleh saat disapa.

Melewati kelas IPS yang ternyata masih sedikit ramai. Siapa tahu Joy bertemu Olive atau temannya yang lain. Joy bahkan tidak pernah selesu ini saat melewati kelas IPS.

Melihat Fanya sedang bercekcok dengan Yuki membuat Joy mempercepat langkahnya. Daniella dan Flora juga terlihat baru keluar kelas dengan kaos dan celana training, sepertinya mereka akan latihan dance.

" Pulang Joy." Suara Olive tiba-tiba muncul dan berdengung.

Olive berjalan dengan Jendra yang berada di samping gadis itu. Melihat itu Joy menjadi dongkol. Niat pamer? tapi setahu Joy, Olive tidak memiliki pacar. Mungkin dia pemuda yang Fanya adukan di grup beberapa hari lalu.

" Lip, kenapa ya dari kemaren gue sial terus?" tanya Joy yang langsung mengeluarkan uneg-unegnya. Tidak peduli mau Olive membalas apapun intinya Joy lagi pingin cerita.

" Lo hobi marah-marah sih jadi setan suka." Sahut Jendra membalas pertanyaan Joy.

" Emang semua cowok sama aja." ujar Joy.

" Ya iyalah, namanya juga cowok, kalo cowok cewek baru beda." Jawab Jendra lagi membuat Olive menyentil lengannya.

" Diem, Jen. Jangan bikin rusuh." Olive meninggalkan keduanya yang tampak tidak ingin menghentikan perdebatan. Berjalan mendahului mereka membuat Olive sedikit lega karena tidak pening mendengarkan keduanya berdebat tidak penting.

Tak!

Krak!

Olive menatap earphonenya yang jatuh menggelinding di tangga. Pecah dan tercecer tidak karuan di bawah sana. Pastinya juga sudah terinjak karena tidak akan ada yang tahu benda sekecil itu jatuh di depan kaki mereka. Menghela napas dan melihat siapa yang menabraknya tanpa melihat-lihat. Jelas-jelas Olive tidak membuat jalan koridor lantai dua terhambat.

" Liv- "

" Kenapa? Karena gue belum, jadi target masalah lo sekarang gue? Atau apa Joy?" tanya Olive menatap Joy lelah.

" Lo tau kan ini koridor yang gak seluas lapangan? Kenapa masih ngelakuin kesalahan? Belajar dari kemaren-kemaren, Joy." ujar Olive menatap sekilas lalu berbalik arah dan pergi meninggalkan Joy dan Jendra.

" Aduh, yah OLIVE! yah..."

" Heh! LO TANGGUNG JAWAB MASA GUE DOANG SIH!" teriak Joy ketika melihat Jendra berlari menyusul Olive.

" Sialan!"

Jendra menatap Olive yang tidak bermimik apapun. Olive sendiri biasa-biasa saja. Mau marah pun sudah terjadi, mau mencak-mencak juga udah hancur gimana mau di benerin. Bendanya tadi sudah tak berbentuk seperti semula. Sudah hilang perintilan-perintilan dari earphonenya.

Di belakang sana, Joy melihat dengan tidak memiliki keberanian. Joy merutuki dirinya sendiri yang telah kembali melakukan kesalahan. Apakah iya, dia harus menjauhi teman-temannya sebentar sampai Joy tidak ceroboh lagi?

Jendra menoleh kebelakang melihat siapa tahu Joy mengikuti mereka. Benar saja, pantas instingnya mengatakan seperti ada yang mengikuti. Joy melihat mereka dari kejauhan. Gadis itu juga tampak tidak berani mendekati. Tidak seperti biasanya yang langsung menyerobot diantara teman-teman gadis itu yang lain.

" Khem, marah Liv?" tanya Jendra membuat Olive menoleh ke arah pemuda itu sekilas.

" Gak, percuma marah-marah, udah kejadian." balas Olive seadanya.

Joy yang mendengar itu tepat di sampingnya semakin merasa bersalah. Niatnya ingin mendekati pelan-pelan tapi malah mendengar hal yang menusuk hatinya. Olive tidak salah, benar apa yang dikatakan Olive. Mau marah juga sudah kejadian. Harusnya Joy tidak takut begini, ia harus tanggung jawab.

Betul, harus tanggung jawab, pikir Joy sembari mengepalkan tangannya.

Ting!

Flora keluar dari grup

Yuki keluar dari grup
















_____________________________

Hai hai haii
Gimana episode kali ini? semoga terhibur yaa


🧡🧡🧡🧡


- storllatte -

HEY!! GirLS?! They r (fe)maleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang