41

17 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





🎓 f o u r t y o n e 🎓




Di dalam ruang Kepala Sekolah, Tari yang tadinya hanya berdua dengan Shina kini harus duduk berjejer dengan Azee yang baru saja datang. Demi Tuhan, Tari merasa malu harus berdampingan dengan temannya yang sialnya lagi pinter tapi sinting.

Bukan apa-apa, tadi ketika Kepala Sekolah -Pak Bumi, sedang menjelaskan dan mempersiapkan data untuk kegiatan bakti sosial dan kunjungan panti asuhan, tiba-tiba DUM!

Vas di ruangan Kepala Sekolah bahkan sampai pecah saking kuatnya getaran dari lab. Awalnya Tari dan Shina mencoba untuk menepis pikiran jika itu ulah Azee. Tapi semua harus pupus ketika siaran dari Waka dan menyebut nama Azee dengan lantang tanpa pengulangan sama sekali.

" Baik seperti itu ya Tari, Shina. Kegiatannya akan di adakan minggu depan. Untuk dana dan yang lain segera siapkan proposal agar pihak sekolah dapat menyiapkan apa saja yang dibutuhkan. Lakukan dengan baik ya, juga tolong bilang sama Ketua kalian untuk mendatangi saya sepulang sekolah nanti. Silahkan bisa kembali melanjutkan pelajaran." jelas Pak Bumi dengan tegas dan penuh wibawa.

" Baik Pak, terimakasih atas penjelasannya. Nanti kami sampaikan pesan Bapak. Kami permisi pak."

" Permisi Pak."

Tari dan Shina pamit keluar ruangan, Tari bahkan tidak menoleh sama sekali ke arah Azee dan terlihat seperti berlaku tidak kenal dekat. Dalam hati Azee, dia sudah mengumpati segala kelakuannya dan menatap melas ke arah Tari yang sama sekali menganggapnya tidak ada.

Setelah keluarnya Tari dan Shina, kini Azee duduk sendiri menghadap Pak Bumi yang sedari tadi hanya diam mengatupkan jari-jemarinya tanpa mengucapkan apapun. Azee merasa ingin menangis saat ini juga. Ini lebih menakutkan, ya walaupun sebelum-sebelumnya memang yang menegur adalah Pak Bumi langsung, tapi kali ini hawa-hawa neraka menyeruak kuat di dalam ruangan.

AC yang harusnya dingin malah terasa sedikit panas, suasana terasa menegang, hening melengkapi keadaan yang Azee rasakan saat ini.

" Khem!"

" Iya Pak, saya mohon maaf sekali. Bapak mau hukum saya apa aja terserah deh pak serius Pak, saya ikhlas lahir batin walaupun ini belum lebaran." cerocos Azee lepas tanpa kendali. Sungguh Azee sudah tidak bisa menahan mulutnya lagi.

Hanya dengan deheman Pak Bumi, semua kalimat yang sudah Azee tahan itu lepas kendali.
" Sudah?"

" Hah? Oh? Sudah? Saya boleh keluar berarti? Aduh Bapak baik bang-"

" Sudah ngomongnya?" tanya Pak Bumi lebih jelas. Pak Bumi mulai memijit tengkuk hidungnya pusing. Anak didiknya yang satu ini memang pintar, pintar membuat sekolah rugi lebih tepatnya.

" Azee, kali ini apa yang kamu lakukan sampai sekolah berasa kena gempa bumi?" tanya Pak Bumi menatap Azee.

" Saya gak sengaja campurin zat yang salah Pak, saya kan mau lomba dua hari lagi. Mumpung tugas saya sudah selesai, dan gurunya berhalangan hadir jadi saya berniat latihan untuk dua hari lagi. Eh malah meledak, Bapak gak liat ini!" Azee menjeda kalimatnya dan menunjuk ujung rambutnya yang sudah pecah-pecah bercabang dan sedikit kaku karena terkena ledakan zat.

HEY!! GirLS?! They r (fe)maleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang