3. Pernikahan

741 64 2
                                    

Dari semalam rosé tidak henti-hentinya menangis, jangan tanya mengapa ia begitu, karena jawabannya adalah hari ini hari H pernikahannya, pernikahan yang tak di inginkan.

Walaupun di bibir ia sudah menyetujui akan menikahi Lisa yang notabene nya adalah musuhnya, tapi tetap saja di hati tidak bisa berbohong.

Ia tidak menginginkan pernikahan ini, walaupun ia sudah jomblo cukup lama, setidaknya ia memiliki crush yang menjadi dambaan nya.

Tapi takdir buruk memang selalu untuknya, mulai dari kepintaran yang berada di bawah rata-rata, cinta yang tak terbalas sampai bertahun-tahun dan sekarang ia akan menikah dengan orang yang paling menyebalkan menurut nya di dunia ini.

Untung saja tuhan masih berbaik hati memberikannya kecantikan yang lumayan bisa di banggakan, jika tidak sudahlah ia pasti akan menjadi manusia yang paling tidak beruntung sejagat raya ini.

"Sayang sudahlah, mau sampai kapan lagi kamu akan menangis hum, kasihan MUA nya sedari tadi memperbaiki makeup mu terus."ucap dara sambil mengelap tetesan air mata sang putri.

"Aunty benar rosé, sudahlah syukuri saja kehidupan ini, lagian Lisa juga tidak jelek-jelek amat, dia suka warna cerah-cerah gue yakin hidup Lo juga pasti akan cerah, secerah warna kuning kesukaan nya."kali ini Irene sang sahabat yang menasehati.

Rosé hanya memutar bola matanya malas, nasehat Irene benar-benar tidak membantu sama sekali.

"Mommy tolong izinkan aku kabur ne, aku benar-benar tidak mau menikah."rengek rosé memohon dan mengabaikan nasehat Irene tadi.

"Heh astaga, jangan ngadi-ngadi ya calon suami mu dan keluarganya sebentar lagi akan tiba, tamu juga sudah pada datangan."dara menggeleng tidak mengerti bagaimana sang putri.

"Sudahlah rosé gwenchana ikuti saja seperti perkataan gue tadi malam."bisik Irene di telinga rosé.

Rosé menghentikan tangisannya, memikirkan kembali perkataan Irene semalam, ada benarnya juga saran dari gadis itu.

Ya Irene memberikan saran padanya bahwa nanti setelah menikah ia harus berkomunikasi dengan Lisa tentang aturan dan hak-hak selama pernikahan mereka.

Yang pertama tidak ada yang boleh tau kalau mereka sudah menikah apalagi teman-teman kampus mereka kecuali Irene, yang kedua tidak ada kewajiban suami istri pada umumnya.

Ketiga tidak mengikut campuri urusan masing-masing dan yang terakhir akan menjadi pasangan suami istri romantis hanya saat ada kedua orang tua saja.

Rosé menghela nafasnya, sebenarnya ia tidak ingin mempermainkan pernikahan karena menurut nya itu adalah hal yang paling sakral.

Tapi sepertinya ia harus lakukan itu, ia punya cinta sendiri dan sudah jelas itu bukan Lisa yang sebenarnya adalah musuh bebuyutannya, sudahlah saran Irene memang yang paling tepat.

Ia juga ingin berkarier di dunia musik terlebih dahulu, sudah sangat lama ia ingin ikut audisi di YG, mana tau ia mendapat keberuntungan bisa bersinar di industri tersebut.

"Irena-ah hik.. hik.. aku ingin lemon."Irene menghela nafas ia sangat tau bagaimana sahabat nya itu.

"Ne tunggu sebentar oeh."rosé mengangguk, ada sedikit senyuman dibibir nya.

Mungkin mood nya sudah mulai sedikit membaik.

"Sayang jangan cengeng lagi ne, kamu sudah dewasa dan sebentar lagi akan menjadi istri, mommy yakin Lisa adalah orang yang baik."lirih dara dengan lembut pada putri manjanya tersebut.

"Tapi mom, ojeh benar-benar ga suka sama lisa, ojeh ga cinta sama dia, dia itu.."

"Hey dengarkan mommy dulu, mungkin pertama memang begitu sayang nanti juga mulai terbiasa, Lisa itu baik dan orang baik sangat mudah untuk di cintai nak."rosé berdecak kesal.

Lemon Yellow || Chaelisa.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang