ꗃ:: 019 ❜

560 63 11
                                    

Natala memperhatikan Javier yang sibuk berolahraga bermain basket bersama teman-temannya. Kebetulan hari ini jadwal olahraga Natala dan Javier digabungkan.

Sesekali Javier mengibaskan rambutnya ke belakang yang membuat beberapa gadis disekitar Natala histeris. Tidak aneh memang banyak yang menyukai seseorang populer seperti Javier.

Saat Natala sibuk memperhatikan Javier yang bermain basket tiba-tiba Javier menoleh padanya. Dan saat itu juga Natala ke menoleh belakang untuk memastikan siapa yang sebenarnya Javier lirik. Di belakangnya banyak gadis yang mengatakan Javier melihat padanya. Natala mengalihkan kembali pandangannya ke depan namun begitu terkejutnya saat tahu Javier tepat didepan mukanya. Bahkan hidung mereka sempat bersentuhan.

"Siapa yang kau cari?" Tanya Javier. Sontak Natala menjauhkan badannya dan menggeleng.

"Ti-tidak ada." Natala membenarkan kacamatanya. Javier tersenyum kecil sebelum menarik Natala membuat Natala terkejut. Natala dibawa pergi oleh Javier dari sana ke ruang UKS.

"Javier, untuk apa kita kemari?" Tanya Natala dengan raut kebingungan setelah mereka sampai di UKS. Saat masuk Javier langsung mengambil kotak obat-obatan untuk luka sebelum memberikannya pada Natala.

Javier mendudukkan dirinya diranjang UKS setelah kembali menarik Natala untuk didekatnya.

"Obati aku." Ucap Javier. Natala mengerutkan keningnya, karena saat dia lihat tidak ada luka apapun pada Javier.

"Kau tidak terluka Javier." Ujar Natala. Javier menggeleng kecil, dia menunjukkan luka kecil pada tangannya.

"Cepat obati." Natala menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum mendudukkan dirinya disamping Javier. Dia membuka kotak tersebut dan mulai mengobati luka tersebut.

Javier tersenyum kecil memperhatikan wajah Natala yang sedang fokus pada lukanya. Entah sejak kapan Javier akhir-akhir ini memang suka sekali menggoda Natala.

"Sudah." Ucap Natala setelah selesai mengobati lukanya dan menutupnya menggunakan plester. Javier mengambil kotak tersebut dan meletakkannya kembali.

Namun setelahnya Natala dibuat terkejut kembali saat Javier tiba-tiba dia menariknya berbaring sehingga akhirnya mereka berbaring satu ranjang. Natala mengerjap pelan begitu pinggangnya ditarik sempurna oleh Javier dan dipeluknya.

Javier menarik kacamata Natala dan meletakkannya. Dia tersenyum lalu menyandarkan kepalanya dipundak Natala sebelum memejamkan matanya.

"Kita membolos hari ini, aku ingin tidur." Sontak Natala yang mendengar membulatkan matanya. Dia tidak pernah sekalipun absen dari sana. Bagaimana bisa dengan santainya Javier mengajaknya untuk membolos.

"Aku tidak mau Javier, aku ingin kembali ke kelas." Natala memberontak kecil agar Javier melepaskannya. Namun sayangnya Javier justru mengeratkannya bahkan menarik Natala semakin dekat.

"Sudah kamu disini saja temani aku, badanku sedang tidak enak." Ujar Javier lembut. Natala menghela nafas berat. Tangannya terangkat memegang kening Javier untuk mengecek suhu tubuhnya. Lagipula menurut Natala tadi Javier terlihat baik-baik saja, bagaimana bisa kini dia sudah mengatakan tidak enak badan padahal tadi bermain basket.

Javier menarik tangan Natala yang baru saja memegangi keningnya. Dia taruh tangan Natala dibelakang kepalanya lalu ia gerakan mempuk-puk kepalanya seolah meminta pada Natala untuk melakukan hal seperti itu.

Natala yang mengerti menuruti saja apa Javier mau. Bukankah aneh seorang ketua gang tiba-tiba dirinya ingin diperlakukan seperti bayi saat tidur? Natala benar-benar kehabisan akal untuk memikirkan ini.

Suhu ruangan yang dingin karena AC ditambah lagi dengan ranjang yang empuk, belum lagi dengan sebuah pelukan, siapa yang tidak akan mengantuk? Perlahan Natala ikut tertidur disamping Javier.

Javier yang merasa tangan Natala berhenti, dia menjauhkan kepalanya perlahan melihat Natala yang ternyata sudah tertidur. Dia tersenyum tipis. Javier memejamkan matanya untuk ikut tidur, karena dirinya sama sekali tidak berbohong. Kepalanya memang sedikit terasa sakit, hingga saat bermain bola basket tadi tangannya terluka karena dia yang tidak fokus.

Saat ini Max, Harry dan Steven mempunyai jam kosong dikelas. Mereka berkeliling disekitar koridor sekolah. Karena masih ada waktu yang cukup banyak untuk pulang mereka pergi ke UKS untuk tidur sambil menunggu jam waktu pulang.

Mereka sama-sama terkejut saat melihat Javier dan Natala yang tidur satu ranjang berpelukan. Seingat mereka Javier belum mengajak Natala pacaran, namun lihatlah saat ini. Mereka bisa-bisanya tidur dalam satu ranjang. Max dan Steven menggeleng-gelengkan kepalanya sedangkan Harry sudah cekikikan.

"Kapan dia akan berani untuk mengungkapkan perasaannya?" Celetuk Max. Steven terkekeh kecil menyenggol Max.

"Sepertinya Javier masih ragu jikalau Natala menolaknya." Ujar Steven. Harry menganggukkan kepalanya setuju dengan Steven.

"Aku penasaran dengan perasaan Natala sendiri pada Javier, menurut kalian bagaimana?" Timpal Harry. Sontak Max menoleh.

"Aku juga baru terpikirkan hal itu, namun kita harapkan saja Natala merasakan hal yang sama dengan Javier. Agar mereka cepat berpacaran, gemas aku melihatnya." Ujar Max terkekeh.

"Lalu kita akan lanjut tidur disini atau tidak?" Tanya Steven. Max menggeleng kecil.

"Lain kali, kita berpura-pura tidak tahu saja." Setelah Max berucap seperti itu mereka akhirnya pergi dari ruang UKS.

ー 🏴‍☠️ ー

Natala membanting tubuhnya diranjang setelah selesai membersihkan diri sepulang sekolah. Pikiran Natala akhir-akhir ini tak bisa berhenti mengenai Javier.

Dia memejamkan matanya mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun sayangnya tak lama ponselnya bergetar membuat Natala kembali membuka matanya untuk meraih ponselnya.

"Hallo?" Tak terdengar suara balasan dari sana. Natala mengerutkan keningnya dia menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya. Ternyata itu dari Javier.

"Javier?" Panggil Natala kembali. Dia hendak menutup teleponnya. Namun akhirnya ada suara Javier yang membalasnya.

"Natala, bisakah kita bertemu?" Sontak Natala melirik pada jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. Bukankah ini sudah cukup larut untuk bertemu?

"Javier, ini sudah larut. Kamu yakin?" Tanya Natala. Tak ada jawaban lagi hanya terdengar suara grusuk-grusuk dari sana.

"Aku akan datang ke rumahmu sekarang." Kata Javier sebelum menutup teleponnya sepihak. Natala sempat ragu apakah Javier akan benar-benar datang. Namun setelah waktu berselang dia mendengar suara klakson motor dari luar. Sontak Natala melirik dijendela dan disana benar-benar ada Javier.

Natala segera keluar rumah hanya menggunakan piyama. Dia berjalan mendekati Javier. Javier yang melihat kedatangan Natala sontak menoleh.

Belum sempat Natala mengatakan apapun saat sudah dekat tiba-tiba Javier memeluknya. Javier menaruh dagunya dipundak Natala sebelum memejamkan mata.

"Javier?" Panggil Natala pelan. Namun Javier tetap diam tidak mengatakan apapun yang justru semakin mengeratkan pelukannya. Natala ikut terdiam membiarkan Javier.

"Aku hanya membutuhkan pelukanmu sebentar." Lirih Javier akhirnya bersuara. Natala tetap diam saja hingga Javier melepaskan pelukannya sendiri.

"Bisakah aku bersamamu saja?" Ucap Javier setelah melepaskan pelukannya menatap Natala. Natala menjadi kebingungan saat ini harus mengatakan apa.

"Javier, ini sudah malam. Lebih baik kau pulanglah." Ujar Natala lembut. Javier menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin bersamamu, bolehkah aku menginap?" Sontak Natala terkejut dia mengigit bibirnya kecil. Sebenarnya saat ini orang tuanya sedang tidak ada dirumah.

"Jav-" belum sempat Natala melanjutkan ucapannya tiba-tiba Javier mengecup bibirnya. Natala mematung ditempatnya mencoba mencerna kejadian saat ini. Karena Natala yang masih diam tidak ada penolakan apapun Javier mengambil kesempatan untuk melumat lembut sekilas bibir Natala.

Javier melepaskan ciumannya dan tepat saat itu juga pipinya terasa panas. Dan tepat sekali Natala baru saja menamparnya. Bagaimanapun Javier begitu lancang mencium bibirnya yang tidak pernah dicium oleh siapapun.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC

(✓) Innocent | nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang