"Javier!!" Panggil Natala sambil berlari mendekati kekasihnya. Javier menoleh yang tampak terkejut dengan Natala, seingatnya Natala mengatakan bahwa dia akan pergi bersama keluarganya.
Natala memeluk Javier dari samping setelah berhasil berada didekatnya. "Bukankah katamu, hari ini kamu akan mengambil ijin?" Tanya Javier penasaran. Natala menggelengkan kepalanya.
"Tidak jadi, aku memilih untuk pergi ke sekolah." Natala melepaskan pelukannya lalu menarik Javier. Yang ditarik hanya pasrah mengikuti Natala di belakangnya, sejujurnya jarang sekali melihat Natala bersemangat dipagi hari.
Setelah sampai disekitar koridor kini giliran Javier yang menarik Natala, mengingat badan Natala yang lebih kecil membuat Natala oleng hingga menubruk dada bidangnya. "Seharusnya kamu mengatakan padaku jika ingin masuk sekolah agar aku bisa menjemput mu." Ujar Javier.
"Kamu pasti sudah berangkat, jadi karena itu aku memilih berangkat sendiri. Aku tidak mau merepotkan mu jika harus berbalik untuk menjemput ku." Kata Natala sambil memainkan ujung roknya. Javier mendengus, padahal sering sekali Javier mengatakan bahwa dia suka saat direpotkan oleh Natala, tapi yasudahlah.
Javier merangkul pundak Natala lalu mengecup pipi Natala gemas. "Kamu selalu seperti itu." Ucap Javier. Mereka kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju ke kelas masing-masing.
Tidak ada yang berbeda selama rutinitas mereka disekolah. Hingga tak terasa bel pulang sudah berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Natala berdiri didepan kelasnya untuk menunggu Javier.
Tak lama seseorang yang Natala tunggu keluar dari kerumunan. Javier langsung menggenggam Natala untuk membawakannya pergi menuju ke parkiran. "Jav-" Natala hendak bersuara tapi tiba-tiba mulutnya ditutup oleh jari Javier.
Mereka berdua menghentikan langkahnya. "Bisakah kamu berhenti memanggil aku Javier? Panggil aku honey, babe, darl atau semacamnya." Ucap Javier menatap Natala.
"Uhm.. aku harus memanggilmu bagaimana? Aku terlalu nyaman memanggilmu Javier." Natala mengerucutkan bibirnya. Kakinya bergerak gelisah mencoba segera mencari panggilan yang cocok dengan Javier, sedari tadi tatapan Javier tidak berhenti menatapnya sampai Natala mau memanggilnya selain dengan nama.
Natala mengigit bibir bawahnya kecil. "Babe.. bisakah kita menepi sebentar ke supermarket nanti sebelum pulang?" Kata Natala mencoba membalas tatapan Javier.
"Diterima. Ayo sekarang kita pulang." Javier tersenyum kecil sambil menggenggam kembali Natala menuju parkiran. Natala menghela nafas kecil, dia mungkin sekarang harus membiasakan untuk tidak memanggil Javier dengan namanya.
Sesuai permintaan tuan putri, Javier menepikan motornya di supermarket. Natala berjalan lebih dulu dan Javier mengekori nya dibelakang. Javier sedikit penasaran melihat Natala yang membeli cukup banyak cemilan, bahkan terlihat Natala tanpa ragu mengambilnya.
"Mengapa kamu membeli banyak sekali cemilan?" Tanya Javier mengutarakan penasarannya. Natala tersenyum. "Ini untuk camp kita nanti, aku ingin membawa banyak cemilan." Jawab Natala.
"Ah benar, aku baru ingat." Gumam Javier. Setelah itu Javier ikut membeli cemilan yang dia mau dan disatukan bersamaan dengan belanjaan milik Natala. Dan semuanya pun dibayar oleh Javier membuat Natala mendengus, rasanya sedikit tidak enak lagi-lagi menggunakan uang Javier.
Mereka kembali ke parkiran setelah selesai, Javier segera mengantarkan Natala untuk pulang. Saat sudah sampai, Natala hendak masuk ke dalam namun tiba-tiba Javier memanggilnya membuat Natala berbalik. "Apakah orang tuamu ada didalam?" Natala menoleh sekilas ke dalam rumahnya lalu menggeleng.
"Tidak ada, mereka berencana menginap. Ada apa memangnya?" Javier nampak ragu dia sempat mengalihkan pandangannya sebentar lalu kembali menatap Natala. "Bolehkah aku ikut masuk ke dalam?" Natala hanya tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja! Ayo!" Ajak Natala antusias.
Javier yang mendapatkan respon seperti itu langsung bersemangat memarkirkan motornya. Lalu Javier mengikuti Natala dari belakang. Natala mengajak Javier untuk ikut saja ke kamarnya, agar Javier bisa lebih santai saat dikamarnya.
Natala duduk diatas karpet bulunya yang langsung di ikuti Javier. Natala sedang memisahkan cemilan yang mereka beli tadi. Sedangkan Javier asik menelisik ruangan. Dia memperhatikan isi kamar Natala dengan seksama.
Terlalu asik dengan dunianya sekarang Natala sedang menyiapkan ranselnya yang akan dia pakai untuk nanti camp. Javier sekarang sibuk memperhatikan Natala, dia mendekat hendak membantu namun dengan cepat Natala menahannya. "Tidak perlu, sebentar lagi akan selesai. Kamu pergilah berbaring saja diranjangku," kata Natala.
Tidak mau membantah, Javier menaiki ranjang Natala dan berbaring disana. "Cepatlah kemari," ucap Javier sambil terus memperhatikan Natala.
Natala menggeleng-gelengkan kepalanya, setelah selesai. Dia sempat mengganti bajunya lebih dulu ke kamar mandi menggunakan pakaian yang lebih santai lalu ikut berbaring bersama Javier.
Javier langsung memeluk badan kecil Natala. Javier membenamkan wajahnya didada Natala, dia berniat ingin bermanja-manja dengan Natala. Natala memainkan rambut belakang Javier dengan gemas. "Kapan kamu akan pulang??" Tanya Natala.
"Aku ingin menginap disini, aku malas untuk pulang ke rumah." Jawab Javier semakin mengeratkan pelukannya. Javier membiarkan Natala bermain dirambut belakangnya, rasanya seperti diusap.
Natala menjadi teringat dengan ibu Javier, dia terlihat sangat baik. "Javier, sebenarnya apa yang membuatmu membenci ibumu. Aku pernah bertemu dengannya dan dia terlihat sangat baik." Ujar Natala sedikit mengigit pipi dalamnya. Dia takut Javier marah jika membahas ini, tapi Natala sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Javier melepaskan pelukannya, sekarang dia merubah posisinya mensejajarkan badannya dengan Natala. "Apa saja yang ibuku katakan padamu?"
"Tidak ada, dia hanya menitipkan dirimu padaku. Dia satu-satunya harapan yang bisa menyelamatkan ibuku. Jasanya begitu banyak untukku, tapi mengapa bisa kamu justru membencinya?" Ucap Natala. Javier menghela nafas berat.
"Saat ini dia memang terlihat baik, bahkan dia sering memanggilku untuk dia ajak bicara tapi aku tidak pernah mau. Karena aku merasa semuanya sudah terlambat, karena nya aku menjadi pribadi yang dingin, karena nya aku mengikuti gang motor yang sempat mengacaukan kota. Jika seandainya dia baik sejak dulu tidak mungkin karakter aku terbentuk menjadi seperti ini." Jelas Javier. Natala menangkup pipi Javier untuk menatapnya.
"Javier, tidak ada kata terlambat untuk ibumu. Berikan dia sedikit kesempatan untuk menyembuhkan semua lukamu. Aku pernah menemukannya menangis dan dia mengatakan bahwa dia merindukanmu." Ujar Natala lembut sambil mengusap pipi Javier.
Javier hanya terdiam menatap Natala, memorinya berputar kembali ke masa lalu beberapa tahun lalu. Dimana ibunya selalu membentaknya, meninggalkan nya, memarahinya tanpa alasan, ayahnya bahkan pernah menyiksanya. Setiap malam Javier hanya menyaksikan kedua orangtuanya yang terus bertengkar. Karakternya dibentuk dari sana, menjadi anak yang pembangkang, keras kepala, kasar dan tidak pernah mau menurut pada aturan.
Pernah ada masanya kedua orang tua Javier kalang kabut kesana kemari karena Javier. Banyak laporan dimana-mana seberapa mengacaukannya Javier. Hingga ayahnya pergi meninggalkan mereka berdua ke luar negeri. Dan semuanya ibu Javier yang mengurusnya. Sejak itulah ibu Javier mulai menyadari apa yang membuat putranya menjadi seperti ini.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) Innocent | nomin
Teen Fiction┈┈ Javier, berkepribadian kuat dan penuh keberanian, telah menjadi figur yang dikenal luas sebagai "The King of Racing" yang tak terkalahkan dalam setiap balapan sebagai ketua gang motor Demone. Namun, segala hal itu berubah saat dia menemukan seora...