"Juniee!" Natala yang berusia 5 tahun itu berlari ke arah anak laki-laki sahabat kecilnya bernama Junie itu. Raut wajahnya begitu sedih membuat kerutan muncul pada kening Junie.
"Kenapa Natala?" Tanya Junie. Namun bukannya Natala menjawab dia justru memeluk Junie erat hingga tangisannya langsung pecah membuat Junie terkejut.
"Natala? Kamu kenapa?" Junie membawa Natala untuk duduk dibangku halaman rumahnya. Junie mengusap lembut punggung Natala, walaupun usianya terkesan masih kecil namun Junie tahu apa yang harus dia lakukan disaat ada seseorang didekatnya sedang sedih.
"Natala.. mau pindah rumah." Ucap Natala melepas pelukannya. Dia berucap dengan sesegukan, siapa yang tidak sedih saat dirinya terpaksa harus dipisahkan dengan sahabatnya?
"Kenapa mau pindah?" Raut Junie juga begitu tampak sedih saat mendengar ucapan Natala. Natala menggelengkan kepalanya dengan tangisan yang semakin pecah, hidungnya sudah begitu memerah.
"Natala, jangan tinggalkan Junie." Junie memeluk kembali Natala erat yang langsung dibalas pelukannya oleh Natala. Perlahan air mata Junie juga lolos jatuh dari pelupuk matanya merasakan kesedihan bagaimana nantinya jika harus berpisah dengan sahabatnya.
"Natala juga tidak mau meninggalkan Junie." Ujar Natala membenamkan wajahnya dibahu Junie. Junie mengusap punggung Natala agar tenang mengabaikan dirinya juga yang sudah banjir air mata.
"Nenek Marie!" Pekik Natala saat melihat kedatangan seorang nenek yang sudah mereka sayangi. Natala dan Junie segera berlari menghampiri nenek itu yang mereka panggil nenek Marie.
"Nenek.. Natala mau pindah." Natala kembali menangis dipelukan nenek Marie. Nenek Marie, sebenarnya dia adalah pengasuh Junie. Namun karena memang Junie yang suka bermain dengan Natala oleh karena itu Natala juga begitu dekat dengan nenek Marie. Lagipula nenek Marie juga sudah menganggap mereka seperti cucunya sendiri.
Nenek Marie hanya mengusap lembut punggung kedua anak kecil dipelukannya. Karena dia tentu sudah tahu mengenai hal ini. Orang tua Junie maupun Natala juga sama dekatnya dengan nenek Marie.
Sebenarnya nenek Marie hanya kebetulan saja tinggal dibelakang rumah Junie yang akhirnya dia sering bermain dengan Junie saat Junie ditinggalkan kerja oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tua Junie yang merasa tidak enak akhirnya mereka selalu membayar nenek Marie dan memintanya untuk jadi pengasuh Junie yang tentu akan dibayar.
Nenek Marie tentu setuju dengan itu, sebelumnya bahkan dia sempat menolak bayaran tersebut. Karena menurutnya Junie lah yang menemaninya, dia hidup sendirian disana. Namun semenjak adanya Junie, nenek Marie begitu senang dengan kehadirannya. Kedua orang tua Junie namun tetap memberikan nenek Marie bayaran yang akhirnya diterima.
"Natala.." panggil ibu Natala. Natala sontak menggeleng-gelengkan kepalanya semakin mengeratkan pelukannya pada nenek Marie seolah dirinya tidak mau dipisahkan saat ini.
"Natala, ayo cepat kemari pulang." Ibu Natala berjalan mendekati keduanya dan berjongkok. Natala perlahan membalikan badannya melepaskan pelukannya menatap ibunya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ibu, kenapa kita harus pindah? Natala tidak mau berpisah dengan Junie." Ujar Natala sambil mengusap jejak air matanya. Tangan kecilnya menggenggam tangan Junie erat.
"Sayang, ini semua demi pekerjaan ayahmu. Jadi kita harus mengikutinya." Ujar ibu Natala lembut. Natala kembali menggelengkan kepalanya.
"Natala tidak mau ikut! Natala mau bersama Junie disini." Natala memundurkan badannya dari ibunya. Ibu Natala menghela nafas berat, dia menoleh saat ada ibu Junie yang juga datang. Ibu Junie tersenyum tipis, dia sudah mendengar semuanya.
"Junie, Natala besok harus pergi. Biarkan dia pergi." Ucap ibu Junie. Sontak Junie menoleh menatap ibunya sedih. Ibu Junie menganggukkan kepalanya mengusap pucuk kepala Junie dan Natala lembut.
"Natala, Junie berjanji nanti akan menemui kamu lagi." Ucap Junie pada Natala yang wajahnya sudah memerah akibat menangis. Natala terus menggelengkan kepalanya.
"Tapi Junie, Natala ingin bersama Junie." Natala terus merengek menolak berpisah dengan Junie. Junie tersenyum tipis mengusap pipi Natala.
"Kita akan tetap bersama satu hati, lihatlah gelang kita sama! Jangan pernah lupakan Junie ya?" Ujar Junie lembut. Natala yang masih sesegukan memeluk Junie erat sebentar sebelum melepaskannya.
"Junie akan terus menjadi sahabat terbaik untuk Natala." Perlahan dengan rasa tidak rela Natala melepaskan genggamannya lalu beralih pada nenek Marie.
"Nenek, terimakasih juga telah menemani Natala. Natala sangat menyayangi nenek Marie." Ujar Natala pada nenek Marie. Dia memundurkan badannya mendekati ibunya. Ibu Natala tersenyum menggenggam tangan putrinya.
"Sama-sama sayang, jagalah dirimu baik-baik. Jadi anak yang baik, jangan membantah ibumu ya?" Tutur nenek Marie lembut sambil mengusap sekilas pucuk kepala Natala lembut.
"Terimakasih telah menjadi teman Natala dan untuk nenek Marie aku sangat berterimakasih karena telah menjaga atau menemani Natala selama ini, kapan-kapan kami akan mengunjungi kalian." Ujar ibu Natala tersenyum menatap ibu Junie, nenek Marie dan Junie bergantian sebelum akhirnya pergi masuk ke dalam rumah.
"Anak ibu jantan sekali tidak menangis." Ucap ibu Junie berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Junie. Junie menggelengkan kepalanya menatap ibunya.
"Junie tidak mau cengeng, tapi Junie tetap sedih melihat sahabat Junie pergi." Ucap Junie menundukkan kepalanya. Ibunya terkekeh memeluk putranya dan mengusap punggungnya sekilas.
"Nanti kalian pasti bertemu kembali, ibu yakin. Ayo masuk." Akhirnya Junie juga masuk ke dalam rumah bersama ibunya. Nenek Marie tersenyum tipis menatap punggung Junie yang mulai menjauh.
Junie menatap sendu pada rumah yang saat ini sudah kosong. Dia begitu merindukan sahabatnya. Sekarang dia disini sendirian, sebenarnya banyak anak kecil seusianya. Namun Junie hanya menginginkan Natala. Junie menyukai Natala.
"Junie.." sang pemilik nama spontan menoleh begitu namanya dipanggil. Ada nenek Marie yang berjalan mendekatinya. Junie berlari memeluk nenek Marie, kini usianya sudah menginjak yang ke 10 tahun. Sudah 3 tahun dia tidak bertemu dengan Natala, Junie selalu menunggu kehadiran sahabatnya yang mengatakan akan datang. Namun sampai saat ini Natala sekalipun tidak pernah datang mengunjunginya.
"Nenek, apakah Natala sama sekali tidak merindukan Junie? Mengapa Natala tidak pernah berkunjung kemari?" Junie mendongakkan kepalanya menatap nenek Marie berkaca-kaca.
"Tidak Junie, Natala pasti merindukan Junie. Mungkin disana Natala sibuk sekolah, nanti juga pasti Natala akan datang." Ucap nenek Marie yang sudah berkali-kali berkata seperti itu hanya untuk meyakinkan Junie agar tidak terus-menerus sedih.
"Nenek berbohong, Natala tidak pernah datang mengunjungi Junie." Ucap Junie yang sudah tidak mempercayai ucapan nenek Marie kali ini.
"Tidak Junie, nenek bersungguh-sungguh kali ini. Sekarang kamu tidak akan ikut pergi? Lihatlah dibelakang ada ibumu." Kata nenek Marie. Sontak Junie membalikan badannya menatap sang ibu yang sudah rapih, disana juga ada kakaknya laki-lakinya. Ayahnya sepertinya sudah berada didalam mobil, karena mereka memang berencana kali ini untuk liburan.
"Pergilah, Junie harus bersenang-senang. Natala juga akan senang jika Junie senang." Ujar nenek Marie kembali. Junie menundukkan kepalanya dan mengangguk kecil. Junie berlari ke arah ibunya dan memeluknya. Nenek Marie berjalan perlahan mendekati mereka.
"Jangan lupa belikan nenek oleh-oleh oke?" Junie menganggukkan kepalanya semangat. Dia mengangkat sudut bibirnya sedikit untuk tersenyum. Nenek Marie sontak ikut tersenyum mencubit pipi Junie sekilas. Lalu mereka segera pergi ke dalam mobil untuk pergi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) Innocent | nomin
Teen Fiction┈┈ Javier, berkepribadian kuat dan penuh keberanian, telah menjadi figur yang dikenal luas sebagai "The King of Racing" yang tak terkalahkan dalam setiap balapan sebagai ketua gang motor Demone. Namun, segala hal itu berubah saat dia menemukan seora...