Javier terburu-buru saat melihat dirinya sudah terlambat sekolah, membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Menyelip berkali-kali mobil dan motor dijalanan.
Sepertinya semua usahanya sia-sia karena gerbang sekolah sudah ditutup, dia teringat dengan taman belakang. Dengan cepat Javier berlari ke belakang untuk memanjat, yang tentu itu sangat mudah untuknya.
Setelah berhasil memanjat Javier berjalan dikoridor sekolah yang sudah sepi karena memang pembelajaran sudah dimulai. Dirinya kembali berpapasan dengan gadis berkacamata sebelumnya.
Javier menghentikan langkahnya dan memperhatikan gadis itu yang begitu kesulitan membawa beberapa buku untuk ke perpustakaan.
Dia mengambil beberapa buku yang dibawa membuat gadis itu tersentak karena terkejut. Javier berjalan lebih dulu masuk ke perpustakaan dan menata buku yang dia bawa.
"Terimakasih sebelumnya." Ujar gadis itu sambil ikut menata buku-buku. Sedangkan Javier hanya berdehem tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Setelah keduanya selesai Javier mencekal gadis itu saat hendak keluar. Sontak gadis itu menoleh hingga tatapan keduanya bertemu.
Javier mendekatkan wajahnya dan menurunkan perlahan kacamata yang gadis itu pakai. Kedua bola mata coklat dengan bulu mata yang begitu lentik benar-benar membuat Javier tidak bisa berkata apapun.
Walaupun pada pasalnya mereka memang sudah pernah bertemu, namun dia tidak pernah melihat sedekat ini dengan Natala.
"Aku benar bukan? Kau Natala." Ucap Javier lalu menegakkan kembali tubuhnya dan memasukkan tangannya ke dalam saku begitu juga dengan kacamata milik Natala.
"Hei, kembalikan kacamata milikku." Natala mendekat mencoba mengambil kembali kacamata miliknya.
"Untuk apa? Kau lebih cantik tanpa kacamata."
"Itu urusanku! Tolong kembalikan, aku ingin kembali masuk ke kelas." Pinta Natala menatap Javier.
Javier menarik tangannya dari saku yang memegang kacamata. Dia memperhatikan kacamata yang ternyata hanya kacamata biasa. Javier membalas tatapan Natala sambil tersenyum tipis.
"Tidak akan aku kembalikan." Ujarnya lalu melenggang pergi meninggalkan Natala.
Baru saja Javier keluar perpustakaan ada Max dari belakang yang tiba-tiba merangkul pundaknya membuat dia terkejut.
"Membolos?" Javier menggeleng.
"Aku terlambat sekolah." Lalu keduanya bersamaan masuk ke kelas, karena kebetulan Max dan Javier memang satu kelas.
Saat istirahat membuat semua murid berhamburan keluar kelas menuju ke kantin. Begitu juga dengan Javier dan teman-temannya yang sudah berada dikantin dengan makanannya masing-masing.
"Jav! Kau tahu Natala gadis itu? Tadi aku lihat dia tidak memakai kacamata. Dia sangat cantik." Celetuk Michael sambil sibuk dengan makanan dihadapannya.
"Tentu saja, karena aku yang mengambil kacamata miliknya." Ucap Javier santai lalu mengambil kacamata itu dari sakunya dan meletakkannya dimeja. Sontak semua teman-temannya melirik ke arahnya.
"Wow, sangat cepat." Ucap Harry sambil bertepuk tangan.
"Balapan saja mudah untuknya, apalagi hanya untuk mengejar gadis polos bukan?" Ujar Jimmy membuat Javier tersenyum tipis.
"Hei! Bisakah jika kau jalan menggunakan mata?! Lihatlah sweater mahalku basah karena dirimu bodoh!" Sentak seorang gadis marah-marah yang membuat semua seisi kantin tertuju padanya.
Javier yang awalnya tidak peduli dengan keributan itu namun pada akhirnya dia menolehkan kepalanya perlahan begitu mendengar suara yang tidak asing menurutnya berkata minta maaf.
"Maafmu tidak akan membuat semua kembali seperti semula!" Sentak gadis itu lagi yang lalu menjambak rambut Natala.
Javier segera berdiri masuk ke dalam kerumunan itu lalu menepis tangan gadis yang barusan menjambak Natala. Seisi kantin dibuat terkejut dengan Javier yang tiba-tiba muncul.
"Berapa harga sweatermu?" Javier merogoh saku celana nya mengambil dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang dolar.
"Tidak cukup?" Javier hendak mengambil lagi uangnya namun langsung dicegat oleh gadis itu yang langsung menerima uangnya dan pergi meninggalkan kantin.
Javier melirik pada Natala yang juga sedang menatapnya. "Lain kali lebih berhati-hati." Ujarnya lalu melenggang pergi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
ー 🏴☠️ ー
Natala diseret ke gudang oleh ketiga gadis seperti biasanya. Sudah berkali-kali dirinya berontak namun tenaganya tidak cukup kuat.
"Lepaskan aku!" Mohon Natala saat dirinya dibawa begitu saja.
Gadis yang menyeretnya itu mendorong Natala hingga tersungkur menabrak dinding gudang itu.
"Bagaimana bisa Javier menolongmu? Ada hubungan apa kau dengannya?!" Sentak gadis itu menjambak rambut Natala ke belakang membuat Natala mendongak sambil menahan rasa sakitnya mati-matian.
"Aku benar-benar tidak ada hubungan apapun dengannya, kumohon aku sama sekali tidak tahu apa-apa." Ujar Natala sambil terisak.
"Pembohong!" Gadis itu mendorong kepala Natala ke dinding hingga menimbulkan suara cukup kuat.
"Sakit.." Lirih Natala begitu merasakan kepalanya yang begitu pening hingga pandangannya menggelap.
"Apakah dia mati?" Tanya gadis yang sedang duduk dikursi memperhatikan apa yang dilakukan teman-temannya.
"Li, bagaimana ini?" Jawab temannya dengan raut khawatir.
"Sudah biarkan saja, cepat kita pulang." Ujar temannya yang lain lalu mereka semua pergi meninggalkan Natala digudang sendiri.
Seseorang tiba-tiba masuk ke gudang saat dirinya diam-diam memperhatikan semua bahkan dia merekam semua kejadian barusan. Gadis itu menolong Natala membawanya ke rumah sakit.
Natala membuka matanya saat cahaya lampu yang begitu menyorot pandangannya. Dia begitu kebingungan saat dirinya berada dirumah sakit. Hingga kebetulan seorang dokter wanita masuk.
"Bagaimana bisa aku disini? Siapa yang membawaku kemari dok?" Tanyanya namun dokter itu hanya tersenyum.
"Apakah kepalamu masih sakit? Istirahatlah. Jangan terlalu banyak memikirkan hal yang tidak penting. Kepalamu terbentur cukup kuat, namun untungnya tidak apa-apa." Ucap dokter itu yang justru bukan menjawab pertanyaan Natala.
"Ah ini, ada seseorang yang menitipkan surat untukmu." Dokter menyodorkan surat kecil yang langsung diterima oleh Natala. Setelahnya dokter hanya tersenyum kembali lalu melenggang pergi.
Natala hanya terdiam menatap surat digenggamnya. Dirinya memutuskan untuk pulang saja karena sudah menjelang malam. Sudah lewat jam pulang seperti biasanya.
Saat dirinya sedang menunggu bus dihalte dia menjadi teringat dengan surat sebelumnya dan berniat membukanya.
'Jangan pernah merasa sendiri, ada banyak orang-orang yang peduli padamu.'
Hanya sebuah kalimat singkat, namun hatinya begitu tersentuh melihat isi suratnya. Siapapun yang memberikan surat ini Natala ingin sekali berucap terima kasih.
Sebuah klakson mobil menyadarkan dirinya dari lamunan. Kaca mobil terbuka menampakkan seorang pria yang seperti dia tidak asing namun dia sama sekali tidak mengenalnya.
"Natala? Aku Max teman Javier." Ujarnya, Natala hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Kebetulan saja lewat, kau ingin pulang bersama?" Natala sedikit tersentak, dia melirik pada arloji yang melingkar ditangan kecilnya yang menunjukkan sudah cukup malam.
"Apa tidak merepotkan?" Tanya Natala merasa tidak enak. Max terkekeh dan menggeleng.
"Sama sekali tidak, cepat masuk."
Karena Natala takut terlalu malam dirinya terpaksa menerima tawaran Max. Jika dia lihat baik-baik Max sepertinya yang selalu memenangkan olimpiade, karena wajahnya sudah berkali-kali ditempel dimading sekolah karena itu dirinya begitu tidak asing, murid mana yang tidak hafal dengannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) Innocent | nomin
Fiksi Remaja┈┈ Javier, berkepribadian kuat dan penuh keberanian, telah menjadi figur yang dikenal luas sebagai "The King of Racing" yang tak terkalahkan dalam setiap balapan sebagai ketua gang motor Demone. Namun, segala hal itu berubah saat dia menemukan seora...