ꗃ:: 020 ❜

545 51 1
                                    

Setelah insiden ciuman antara Javier dan Natala, Natala mulai menjauh, meninggalkan Javier dengan rasa penuh penyesalan. Pikirannya kacau saat itu dan tidak tahu bahwa bisa berakhir seperti ini.

Javier menarik lembut lengan Natala saat menemukannya hendak pergi ke parkiran. Tatapan tajam Natala menyerangnya tanpa sepatah kata pun. Javier menghela nafas dalam, menggenggam erat kedua tangan Natala.

"Dengar, aku sadar bahwa aku telah bersikap lancang, Natala. Aku minta maaf. Pikiranku saat itu berkecamuk, tolong, jangan menjauh." Javier berbicara sambil menatap mata Natala dengan intensitas. Natala menundukkan kepala, enggan untuk bertatap muka.

"Natala, apakah kamu benar-benar tidak mau memberi aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini?" Tidak ada jawaban dari Natala. Dengan berat hati, Javier melepaskan genggaman tangannya perlahan.

"Maaf," bisik Javier sebelum meninggalkan Natala dan menuju motornya. Natala mendongak, menyaksikan langkah Javier yang menjauh. Tanpa banyak bicara, dia juga bergerak, menuju perjalanannya pulang.

Javier datang ke markas dengan wajah yang lesu serta suasana hati yang berantakan. Anggota Demone lebih memilih diam saat melihat bagaimana tatapan Javier. Karena mereka akan bertanya disaat Javier sudah membaik. Biasanya, hanya Max yang berani untuk tetap bertanya dalam situasi seperti ini.

"Natala menjauhiku." Ucap Javier sebelum Max menanyakannya lebih dulu. Sontak teman-temannya menatap Javier beharap Javier melanjutkan ucapannya.

"Aku telah lancang mencium bibirnya." Lanjut Javier. Semua anggota inti terkejut sekaligus penasaran dengan kejadiannya.

"Sepertinya kamu mengambil first kiss miliknya." Celetuk Steven. Javier menghela nafas berat, membenarkan perkataan Steven.

"Saat itu, pikiranku benar-benar kacau. Bahkan aku sendiri sulit mempercayai tindakanku," ujar Javier sambil merasa lega mendapat pengertian dari Max, yang mengangguk mengerti, serta menepuk lembut pundak Javier.

Tiba-tiba, Harry ikut angkat bicara, menatap teman-temannya dengan rasa penasaran dalam matanya. "Tapi mengapa setiap kali aku mencium gadis, mereka tampaknya tidak mempermasalahkannya?"

Jack memberikan penjelasannya dengan bijak, "Setiap orang memiliki perspektif dan pengalaman yang berbeda-beda. Hal yang kita anggap remeh atau biasa saja, bisa menjadi sangat berarti atau besar bagi orang lain."

Max menambahkan, "Kita harus menghargai perbedaan tersebut. Kita tidak boleh meremehkan apa yang penting bagi orang lain, meskipun itu mungkin terasa sepele bagi kita sendiri."

Javier tetap diam di posisinya, matanya terpejam, tapi tidak benar-benar tertidur. Ia hanya memejamkan mata tanpa tidur.

"Salah satu cara yang bisa kusarankan adalah meminta maaf, tapi jika dia belum siap untuk memaafkan, berikan dia sedikit waktu," ujar Jack. Javier perlahan membuka matanya dan menatap Jack dengan penuh pikiran.

"Kamu harus bersabar," lanjut Jack. Javier mendengus dengan kasar. Biasanya, Javier selalu menuruti apa yang dikatakan Jack. Jack juga pintar di kelas, seperti Max. Seolah-olah Jack adalah salinan dari Max.

ー 🏴‍☠️ ー

Natala terus memandangi ponselnya, melihat gambar sejumlah wanita cantik. Kadang-kadang, Natala merasa ingin menjadi seperti mereka. Bisakah dia juga menjadi cantik seperti mereka?

Dia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju meja riasnya. Natala membuka laci meja riasnya dan menemukan berbagai jenis alat makeup yang pernah diberikan oleh Javier. Pikirannya terganggu oleh pemikiran tentang laki-laki itu. Meskipun begitu, Natala masih merasa tidak terima bahwa first kiss-nya diambil tanpa seizinnya.

(✓) Innocent | nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang