Sudah 3 hari berturut-turut Natala mengajarkan Carrie beberapa materi yang dia bisa. Untung saja Natala mendapat rank dikelas, jadi bisa sedikit membantu Carrie dalam memahami materi.
Sebelumnya, Carrie juga sudah bertanya pada papanya mengenai materi. Dia terkejut saat tahu ternyata olimpiade yang papanya daftarkan adalah olimpiade mengenai materi sosial. Tapi dirinya masih bersyukur karena masih beruntung saat ini bukan matematika yang akan dia hadapi.
"Carrie, jangan terlalu keras. Istirahatlah sekarang sudah sedari pagi kau terus-terusan belajar." Ujar Natala melirik pada jam tangannya. Sudah 10 menit yang lalu bel berbunyi waktu jam pulang.
"Aku janji 10 menit lagi, kau pulanglah lebih dulu. Lihatlah, sejak tadi Javier sudah menunggumu." Ucap Carrie menunjuk dengan dagunya, Javier yang tengah berdiri diambang pintu.
"Benar ya janji? Aku tidak mau terjadi apapun padamu karena terlalu keras belajar." Carrie tersenyum dan mengangguk sebagai respon ucapan Natala. Akhirnya Natala terpaksa pergi dari perpustakaan sekolah untuk pulang.
"Lelah?" Javier mengusap lembut pelipis Natala yang sedikit berkeringat. Natala tersenyum dan menggeleng.
"Carrie pasti lebih lelah dari ini, aku tidak tega melihatnya. Namun sayangnya aku tidak bisa membantu banyak, yang membuat Carrie harus belajar lebih extra." Ujar Natala menundukkan kepalanya menatap kedua kakinya.
"Tidak babe, kamu sudah sangat banyak membantunya." Javier menarik tangan Natala untuk digenggamnya sambil berjalan ke parkiran. Sebenarnya sekolah saat ini belum terlalu sepi, karena masih ada beberapa anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler sedang melakukan latihan.
Max baru saja selesai dari kegiatan organisasi nya. Langkahnya terhenti begitu melewati perpustakaan karena melihat seorang gadis yang tertidur. Max berjalan masuk hendak membangunkannya. Namun saat melihat yang ternyata itu Carrie sempat membuat Max terkejut.
Dia melirik kecil pada buku yang ada disana. Semua materi yang berkaitan dengan ilmu sosial. Dengan hati-hati akhirnya Max mencoba membangunkan Carrie.
"Hei, ayo bangun." Ujar Max lembut menepuk pundak Carrie. Perlahan Carrie juga bangun dan dia begitu terkejut saat yang pertama dia lihat ada Max yang disampingnya.
"Apa yang kamu lakukan disini? Sekolah sudah hampir sepi sekarang." Ucap Max. Carrie menggelengkan kepalanya mengucek matanya sekilas sebelum akhirnya dengan cepat membereskan semuanya.
Max memperhatikan gerak-gerik Carrie sedari awal. Senyuman tipis terangkat dibibirnya. Max berjalan mendekati Carrie dan membantunya. Tanpa mengatakan apapun Max membawa tas Carrie lalu berjalan lebih dulu meninggalkan pemiliknya.
"Max! Itu tas milikku akan kau bawa kemana?" Carrie berlari menyusul Max dengan kedua tangan yang memegang bukunya. Saat Carrie sudah berada disamping Max dia hendak mengambil tasnya namun segera dijauhkan oleh Max.
"Aku akan membantu membawakan ini untukmu." Ucap Max tersenyum manis. Dia melirik sekilas pada Carrie sebelum berjalan ke parkiran. Carrie terdiam ditempatnya, bukannya luluh dengan senyuman yang Max tampilkan justru Carrie semakin ingin mencakar wajah itu.
"Kau tidak akan pulang? Kebetulan aku membawa mobil." Teriak Max pada Carrie yang masih diam ditempatnya. Carrie mendengus kasar lalu segera berjalan mendekati Max dengan mobilnya.
"Kau lupa bahwa aku membawa motor?" Carrie menunjukkan kunci motornya tepat didepan wajah Max. Max segera mengambil kunci itu membuat Carrie membulatkan matanya.
"Jim!" Panggil Max kebetulan melihat Jimmy dan Harry yang sepertinya baru saja selesai latihan badminton. Sontak Jimmy menoleh dan langsung menangkap kunci motor yang dilempar oleh Max.
"Motormu sedang rusak bukan? Pakai saja itu dulu." Ujar Max tersenyum. Jimmy memberikan jempolnya lalu segera membawa motor Carrie untuk pergi. Dia tentu sudah tahu motor yang mana milik Carrie, jadi tanpa melirik pada pemiliknya Jimmy segera pergi dari parkiran dengan Harry.
"Max! Aku bagaimana pulang?!" Sentak Carrie. Max sontak menoleh lalu menepuk mobilnya.
"Ini babe, pake mobilku. Besok juga aku akan menjemputmu." Ujar Max lalu berjalan masuk lebih dulu ke dalam mobilnya. Hingga mau tidak mau dengan langkah gusar Carrie ikut menyusul Max masuk ke dalam mobil.
"Ternyata kamu akan tetap ikut, aku kira akan naik bus." Celetuk Max yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Carrie yang kini sudah duduk disamping kursi pengemudi.
"Jika kamu tidak memberikan kunci motorku pada Jimmy, aku tidak ingin ikut bersamamu." Ucap Carrie mengalihkan pandangannya pada jendela. Max terkekeh kecil, dia segera membawa mobilnya keluar dari perkarangan sekolah.
"Sepertinya sudah beberapa kali aku memperhatikan dirimu ada di perpustakaan." Ujar Max memecah keheningan didalam mobil.
"Itu bukan urusanmu." Kata Carrie singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela. Max tersenyum tipis.
"Aku hanya ingin membantu, jika kamu membutuhkan sesuatu atau kesulitan dalam memahami materi aku bisa mengajarimu." Ucap Max. Cukup lama Carrie hanya diam tidak menjawab apapun.
"Aku dipaksa papaku untuk mengikuti sebuah olimpiade." Celetuk Carrie. Max tersenyum saat mendengar Carrie yang mulai bisa diajak berbicara.
"Aku akan membantumu, ada materi yang sulit kamu pahami?" Tanya Max dengan pandangan ke depan fokus pada jalanan. Carrie perlahan mengalihkan pandangannya menatap Max yang berada disampingnya.
"Ada beberapa." Jawab Carrie. Max mengangguk mengerti. Dia menolehkan kepalanya sekilas guna menatap Carrie.
"Besok aku yang akan membantumu mempelajari semua materi itu." Ucap Max. Carrie hanya berdehem kecil, dia menyandarkan punggungnya sambil memejamkan matanya. Kepalanya terasa pusing saat otaknya tiba-tiba harus langsung menerima banyak materi seperti itu.
"Kita sudah-" ucapan Max terhenti saat melihat Carrie yang sudah tertidur pulas. Tangannya terangkat merapihkan anak rambut menutupi wajah Carrie. Max mengambil ponselnya menelpon Natala untuk menanyakan beberapa hal sebelum mengangkat Carrie membawanya ke dalam.
Saat ini kedua orang tua Carrie untungnya belum pulang, jadi Max bisa langsung masuk dan menidurkan Carrie diranjang. Max sempat memperhatikan wajah Carrie yang terlelap. "Cantik." Gumamnya sebelum pergi meninggalkan kamar tersebut. Tas dan buku sengaja Max biarkan di mobilnya karena besok dia juga akan kemari lagi.
Max melajukan perlahan mobilnya untuk pulang. Satpam disana segera membukakan gerbang saat melihat kedatangan mobil Max. Dia keluar dari mobilnya dan segera masuk ke dalam rumah.
Pandangannya terpaku pada ayahnya yang sedang merangkul seorang wanita lain. Ini bukan pertama kalinya ayahnya berganti-ganti membawa wanita kerumahnya. Max hanya melewati keduanya tidak peduli membuat kerutan dahi muncul pada kening ayahnya.
"Dimana sopan santun mu Max!" Sentak ayah Max tiba-tiba. Max menghentikan langkahnya melirik sekilas ayahnya lalu melanjutkan langkahnya mengabaikan teriakan ayahnya, menaiki tangga pergi ke lantai 2 letak kamarnya berada.
"Bun?" Max berjalan mendekati ibunya yang terduduk disisi ranjang dengan pandangan kosong. Dia tak sengaja melihat ibunya karena pintu kamar yang sedikit terbuka.
"Max.." lirih ibunya bergetar hampir menangis. Max segera mendudukkan dirinya disamping ibunya dan memeluknya erat. Tidak ada yang bisa Max lakukan saat ini, dia sebenarnya sudah berkali-kali meminta ibunya agar bercerai dengan ayahnya. Karena Max tidak bisa membiarkan ibunya terus-terusan terluka.
Namun ibunya selalu mengatakan, bahwa dia tidak akan bercerai sampai Max menjadi orang sukses. Tentu Max tidak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan itu. Ayahnya memang masih memberinya uang, namun disisi lain Max merasa didalam uang itu ada ibunya yang tersakiti. Ibunya terus-terusan mengalah pada ayahnya, terkadang Max merasa tidak adil saat melihat itu semua. Namun lagi-lagi apa yang bisa dia lakukan?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ𖥻TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) Innocent | nomin
Roman pour Adolescents┈┈ Javier, berkepribadian kuat dan penuh keberanian, telah menjadi figur yang dikenal luas sebagai "The King of Racing" yang tak terkalahkan dalam setiap balapan sebagai ketua gang motor Demone. Namun, segala hal itu berubah saat dia menemukan seora...