Sejak saat itu, ibu Natala menjadi gila semenjak kepergian kakak Natala. Keluarga Natala menjadi berantakan, berakhir mereka pindah kembali ke tempat sekarang Natala menetap. Ibunya ayah bawa pergi ke rumah sakit jiwa, mungkin karena merasa ibunya tak juga sembuh. Berakhir ayahnya mencari wanita lain yang dia nikahi tanpa menceraikan ibunya.
Ayah Natala berniat menceraikan ibunya namun keadaan ibu Natala tidak baik sehingga berakhir ayah Natala hanya biarkan dan membiarkan pihak rumah sakit yang mengurusnya.
Istri baru ayahnya itu sama sekali tidak menerima Natala. Sehingga Natala terkadang merasa tertekan ketika berada dirumah. Dia tidak memiliki siapapun yang mendampinginya. Natala takut untuk memulai berteman dengan orang-orang disekelilingnya, dia takut bahwa temannya nanti akan jahat seperti yang Liana lakukan dulu.
Natala mulai memasuki high school, disana dia harus bertemu dengan masa lalunya kembali. Bukannya Liana mau berteman dengannya lagi dan meminta maaf justru Liana menaruh benci yang mendalam padanya. Tentu Natala kebingungan, apa kesalahannya? Bukankah saat itu adalah kesalahan Liana sendiri?
Awalnya Natala selalu mengabaikan Liana yang mencoba mengusik kehidupannya. Liana yang sekarang benar-benar sama sekali tidak Natala kenal. Bahkan semakin lama Liana semakin keterlaluan melakukan bully pada Natala. Semua ini menjadi tekanan besar untuk Natala takut untuk masuk ke sekolah.
Dirumah Natala tidak merasa tenang, disekolahpun tidak merasa tenang. Dimana rumah Natala untuk pulang? Apakah dia harus pulang kembali ke tuhan? Malam itu Natala dengan air mata yang terus membasahi pipinya pergi meninggalkan rumah berjalan kaki cukup jauh hingga berhenti disebuah jembatan yang memang itu tujuannya pergi kesana.
Dan sejak kejadian itulah Natala bertemu dengan Javier yang merubah kehidupannya. Natala sekarang menemukan tempat untuk pulang, bahkan Natala bisa berteman dengan Carrie. Natala sudah berhasil melawan atas semua yang Liana lakukan. Dan Javier satu-satunya yang berhasil membuat Natala kuat sampai dititik ini.
"Aku akan terus bersama mu sampai saat kamu sendiri yang menyuruh ku untuk pergi." Ujar Javier setelah mendengar semua cerita masa lalu Natala. Mulai dari Jack, kemudian Liana sekarang Javier sudah mengetahui semuanya. Itu tidak bisa dipungkiri bahwa ketika berada diposisi Natala memang bukanlah sesuatu yang mudah.
Kehilangan seseorang yang kita sayang adalah titik kelemahan terbesar semua manusia. Dan Natala mengalaminya. Javier sekarang mengerti, tugasnya hanya satu untuk tidak meninggalkan Natala sendirian. "Terimakasih, telah bertahan sampai saat ini. Ini mungkin berat bagimu, dan kamu berhasil kuat bisa sampai berada di titik ini." Lanjut Javier kembali sambil mengusap punggung Natala yang sedikit terisak.
"Jangan takut, sekarang ada aku disini bersamamu." Javier mencoba menenangkan gadisnya ini. Untung saja kedua orangtuanya sedang tidak ada, sehingga suara tangisan Natala tidak akan menganggu siapapun.
"Javier, aku selalu benci pada satu hal. Mengapa aku sama sekali tidak dapat membenci orang lain? Kamu mungkin berpikir seharusnya aku membenci Liana. Tapi aku sama sekali tidak tahu mengapa aku tidak dapat melakukannya." Ujar Natala sambil melepaskan perlahan pelukan mereka.
Javier tersenyum hangat. "Itu karena, kamu memiliki hati yang lembut. Sebenci apapun seseorang padamu, kamu tidak akan pernah bisa membenci mereka. Karena hatimu yang begitu lembut." Ujar Javier mengecup pipi Natala.
"Apakah kamu sudah lega setelah mengeluarkan semua perasaan mu? Dengar, aku akan selalu disini mendengar semua keluh kesahmu. Jangan ragu untuk terbuka padaku, karena masalahmu adalah masalahku juga." Tambah Javier.
Natala tersenyum dan mengangguk, dibalik sifat nakal Javier ada sisi manis yang Javier berikan. Pertemuan itu benar-benar membawa keberuntungan untuk Natala.
"Terimakasih." Kata Natala. Javier mengangguk sambil mengusak rambut Natala lembut. "Bukan masalah untukku, dengan senang hati." Ucap Javier.
ー 🏴☠️ ー
Natala saat ini tengah sibuk menunggu Javier disebuah cafe, Javier mengatakan bahwa dia akan datang menjemputnya. Natala menoleh saat seseorang berjalan mendekatinya, dia Liana. Bagaimana bisa Liana ada disini.
Natala mengerutkan keningnya menatap Liana bingung, mengingat sekarang Liana sudah tidak kembali ke sekolah. "Natala." Panggil Liana pelan. Dia mendudukkan dirinya disamping Natala.
"Mungkin ini ucapanku yang terakhir kalinya, aku ingin meminta maaf atas semua sikapku dulu padamu. Aku akui, aku hanya iri dapat melihatmu baik-baik saja. Sedangkan aku mati-matian berada dibawah tekanan ayahku." Ujar Liana sambil menundukkan kepalanya.
"Tapi saat itu aku bertemu dengan Javier, dan Javier mengatakan beberapa hal padaku. Aku baru mengetahui bahwa kamu pun mengalami hal-hal yang sulit. Maaf jika saat itu aku semakin membuatmu terpuruk. Mungkin memang ini adalah sebuah kesalahan yang tidak dapat kamu maafkan. Namun aku sungguh-sungguh meminta maaf padamu." Lanjut Liana perlahan mendongak menatap Natala.
Natala tersenyum dan menggeleng. "Aku sudah memaafkannya, kamu tidak perlu khawatir. Apapun jalan yang kamu sedang tempuh sekarang aku harap kebahagiaan selalu menyertai mu." Kata Natala membuat Liana berkaca-kaca hingga tangisannya pecah.
Betapa beruntungnya Liana bertemu seorang teman sebaik Natala, tapi justru apa balasannya Liana? Sangat tidak seimbang bukan? Seharusnya saat itu mereka saling menguatkan satu sama lain. Tapi justru Liana mencoba menindas Natala tanpa alasan. Liana benar-benar telah merugikan dirinya sendiri.
"Maafkan aku Natala," kata Liana lagi. Natala menarik Liana ke dalam pelukannya dan menggeleng. "Sudah tak apa, semua sudah berlalu." Balas Natala mengusap punggung Liana lembut.
Liana melepaskan pelukannya perlahan. "Terimakasih, terimakasih telah menjadi teman yang baik untukku. Kamu adalah orang baik, aku harap kamu akan selalu dikelilingi oleh orang-orang baik juga. Sekali lagi maaf dan terimakasih. Aku harus pergi." Ucap Liana setelah itu pergi meninggalkan Natala.
Natala hanya tersenyum kecut. Pandangannya terus menatap punggung Liana hingga menghilang setelah masuk ke dalam bus. Terlalu fokus pada Liana hingga Natala tidak menyadari bahwa kekasihnya sudah sampai dan terus memperhatikan nya.
Saat baru saja Natala menoleh, wajah Javier sudah berada tepat didepannya. "Javier, itu mengejutkan aku! Sejak kapan kamu sampai?" Tanya Natala dengan bibir mengerucut.
Javier terkekeh. "Sejak kamu memperhatikan Liana yang pergi." Jawab Javier. Natala mencubit kecil pinggang Javier.
"Seharusnya kamu mengatakannya padaku! Jangan hanya diam saja." Protes Natala. Lagi-lagi namanya Javier hanya terkekeh menatap Natala yang merajuk.
"Sudah, ayo kita pulang. Sampai kapan kamu ada berada disini hm?" Javier mengusak rambut Natala lalu menarik tangannya membawa mendekati motornya. Natala hanya diam mengekori Javier dari belakang.
Javier memakaikan helm pada Natala. "Pakai ini, keselamatan mu adalah tugasku." Goda Javier sambil mencolek hidung Natala. Natala yang awalnya merajuk pada Javier kembali tersenyum.
"Terimakasih!" Kata Natala antusias. Javier hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menduduki motornya lebih dulu dan disusul Natala duduk di jok belakang. Akhirnya motor Javier pun melaju meninggalkan pekarangan cafe.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) Innocent | nomin
Teen Fiction┈┈ Javier, berkepribadian kuat dan penuh keberanian, telah menjadi figur yang dikenal luas sebagai "The King of Racing" yang tak terkalahkan dalam setiap balapan sebagai ketua gang motor Demone. Namun, segala hal itu berubah saat dia menemukan seora...