Bagaimana jadinya jika dirimu memasukki novel yang baru saja selesai kau tulis?
Aku, Vallesya Indira Nirwani(20), mahasiswa semester 7 jurusan Aktuaria di salah satu kampus swasta di kabupaten Bekasi. Menulis merupakan hobiku sejak dua tahun yang lalu, karena membuat dunia impian dimana kau bisa kabur kesana kapanpun walau hanya dalam angan, merupakan kesenangan tersendiri bagiku.
Tapi siapa sangka, bahwa anganku untuk memasukki dunia ini malah menjadi kenyataan. Karena pagi ini, aku terbangun bukan di kamar kosku.
**//**
"Ah akhirnya selesai juga, semoga para pembaca suka dengan karyaku kali ini" ucapku lega bercampur senang setelah selesai menulis karya ke-empatku dengan judul 'I Was The Evil Witch'.
"Hoaaaammm" aku menguap kemudian meletakkan kepalaku di atas meja seraya mengecek kembali beberapa bab terakhir dari novel ini melalui ponselku, sudah menjadi kebiasaan bagiku untuk memeriksa ulang jika ada kesalahan. Tanpa sadar, mataku perlahan terpejam, aku pun tertidur.
Dan yang aku harapkan adalah bangun di kamar kosku, memulai hari seperti biasa dan menulis karya-karya selanjutnya. Tapi apa yang kudapat hari ini, benar-benar di luar prediksi BMKG.
Aku membuka mataku, pemandangan pertama yang memasukki penglihatanku adalah kamar mewah bernuansa klasik, tentu ini bukan kamar kosku. Apa aku sudah kaya sekarang? Apa aku sudah lulus kemudian menjadi aktuaris dan memiliki kos-kosanku sendiri? Tapi kenapa tanganku kecil begini? Seperti anak TK.
Terlalu banyak hal yang perlu kucerna saat membuka mataku, padahal nyawaku pun belum terkumpul.
Ceklek
"Selamat pagi putri, oh anda sudah bangun ternyata. Apa demam anda sudah mendingan? Tolong katakan saja jika anda butuh sesuatu" ucap seorang gadis berumur 20an memasukki kamar ini dengan pakaian maidnya.
Aku masih mencoba tenang, aku tidak tau apa yang akan terjadi jika aku langsung panik dan bertanya 'Kau siapa? Ini dimana?'.
"Izinkan saya membasuh wajah anda putri" ucap maid itu. Aku hanya mengangguk tanpa menjawab, dan maid itu pun mulai mengusapkan handuk yang sudah dicelupkan ke air hangat ke wajahku perlahan.
Tunggu, sedari tadi aku menyebutnya 'Maid itu', mari kita tanyakan namanya. "N-nama..." ah sial aku gugup, jiwa introvertku sedang terguncang.
"Ya? Ah putri menanyakan nama saya?" ucap maid itu nampak senang saat mendengarku menanyakan namanya. "Perkenalkan nama saya Hannah, maid pribadi anda putri" ucapnya tersenyum memperkenalkan diri.
Lagi-lagi aku hanya mengangguk, kemudian membiarkan Hannah melanjutkan pekerjaannya.
"Hmmm panas anda sepertinya sudah mulai turun, gran duke pasti senang saat mendengarnya. Setiap malam setelah selesai bekerja, beliau menemani anda sampai pagi" Hannah bercerita.
"Ah saya tidak bisa membayangkan memiliki gran duke sebagai ibu saya, beliau itu bagai dewi, cerdas, kuat, dan lagi wajah yang tiada tanding, bahkan para wanita pun jatuh pada pesonanya" lanjut Hannah.
Ibu? Gran duke yang dia maksud adalah perempuan? Baiklah, ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Jangan panik, jangan panik.
"Dan lagi, ayah anda, Lord Ghandafar, aduh harus darimana saya menjelaskannya. Intinya beliau adalah pasangan yang sempurna untuk gran duke"
Lord Ghandafar? Eum, baik, mungkin ada banyak Lord Ghandafar, jangan berprasangka terlebih dahulu.
"Kemudian kakak anda putri, kemarin yang mulia mendapat kabar dari akademi bahwa kakak anda mendapat predikat terbaik di bidang ksatria. Napoleon Aldrich de Aquillio, mendengar namanya saja para gadis sudah tergila-gila"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] [Lanjut kalau mencapai 100k reads] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbo...