"Lady, apa anda sudah memilih gaun untuk malam ini?"
Jane menanyakan gaun yang hendak Ariel kenakan untuk makan malam bersama ratu. Hari sudah menjelang sore dan kini Ariel sedang bersiap untuk mandi sebelum berdandan.
Ariel tersadar dari lamunannya, "Ah ya, yang berwarna biru pucat dengan sedikit motif bunga, nanti tolong carikan di lemari sementara aku mandi ya" ucap Ariel.
Jane tersenyum dan kembali fokus menyisir surai Ariel, "Saya mengerti, apakah ada hal lain yang bisa saya bantu?" tanya Jane.
Ariel menggeleng, dan kembali melamun.
"Kalau begitu, mungkin sedikit cerita saya ini bisa membantu anda. Yang mulia ratu adalah wanita yang perlu anda waspadai, berada di hadapan apalagi berbicara dengan beliau memerlukan kehati-hatian. Dan jika boleh saya memberi saran, sebaiknya anda berpura-pura polos dan lemah saja di depan beliau" ucap Jane.
Ariel tertegun, lagi-lagi ia bertanya-tanya akan siapa sebenarnya sosok maid yang melayaninya ini.
"Dengan begitu, beliau tidak akan memiliki keinginan untuk melenyapkan atau bahkan memanfaatkan anda" lanjutnya tersenyum manis.
Ariel menelan ludahnya kasar seraya mengangguk pelan, "Ngomong-ngomong, aku dengar ada satu pangeran lagi. Apa dia nanti akan hadir juga?"
Jane tersenyum kecil, "Kemungkinan besar iya, tapi tenang saja karena saya yakin orang seperti itu tidak memiliki cukup kecerdasan untuk bahkan menyentuh anda lady" tukasnya.
Ariel menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar pernyataan rancu dari Jane, apa maksudnya? Apa pangeran kedua ini memiliki kelainan otak atau bagaimana?
"Sudah selesai, untuk wewangiannya apakah anda ingin mencoba aroma lain lady?"
"Lavender saja, terima kasih" ucap Ariel.
Jane mengangguk, "Saya mengerti, akan saya siapkan" ucapnya berbalik ke kamar mandi untuk menyiapkan bak mandi Ariel.
Singkat cerita, Ariel sudah selesai mandi dan berdandan. Surai hitamnya digelung ke atas dengan pita berwarna senada dengan gaunnya, dan sedikit hiasan rambut berbentuk mutiara putih di gelungan rambutnya.
Tak lupa gelang yang selalu Ariel kenakan, dan juga anting mutiara senada dengan hiasan rambutnya, Ariel pun siap untuk berangkat makan malam di istana utama.
Tok tok tok
Pintu kamarnya diketuk tepat ketika Ariel hendak keluar, ia pun mempercepat langkah untuk membukanya. Mendapati Adionel, dengan pakaian semi formal berwarna hitam dengan kombinasi emas dan, dan tak lupa wajah meronanya menatap Ariel yang terlihat begitu cantik malam ini.
Namun binar terpesona di matanya seketika sirna saat ia menatap Jane yang berdiri di belakang Ariel, "Sudah kubilang dandanannya yang biasa saja Jane" ucapnya.
Jane pun hanya terkekeh pelan menutup mulutnya, "Ah maafkan saya yang mulia, hanya saja lady memang sudah terlalu cantik. Jadi penampilan biasa seperti ini pun terlihat istimewa pada beliau" ucapnya.
Adionel hanya mendengus menanggapi Jane, tatapannya kembali melembut menatap Ariel dan mengulurkan tangannya, "Ayo, keretanya sudah menunggu" ucap Adionel.
Ariel pun meraih uluran tangan itu dan menggandeng Adionel mesra, "Baiklah" ucapnya lembut.
Keduanya pun berangkat menggunakan kereta ke istana utama. Ya, komplek istana Hasgan memang begitu luas sehingga perjalanan dari istana yang satu ke istana yang lain akan cukup melelahkan jika berjalan kaki.
Lahan seluas 350 hektar yang terdiri dari istana utama, istana putra mahkota, danau pribadi seluas 50000 meter persegi, harem yang terletak di Selatan komplek istana dan tak jauh dari danau, barak prajurit, asrama pekerja istana, kandang kuda dan ternak lainnya, kebun apel, anggur, delima dan persik yang masing-masing seluas 10 hektar, dan kurang lebih delapan mansion serta istana lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...