Assassin

1.1K 110 2
                                    

Brak

"Ariel!"

Adionel masuk ke kamar Ariel secara paksa saat mendengar teriakan dari dalamnya. Begitu terkejutnya adionel saat mendapati Ariel, dengan darah segar yang mengalir di tangannya, menoleh ke arah Adionel yang baru saja membuka pintu. Matanya menyala di gelap malam, membuat Adionel sedikit bergidik ngeri ditatapnya.

Tatapan Adionel kemudian beralih ke arah seorang wanita berseragam maid yang sudah terkapar di lantai dengan kepala yang terluka. Adionel menduga yang berteriak barusan bukan Ariel melainkan wanita itu.

Tunggu, siapa yang memanggil maid ke kamar Ariel?

"Ariel, dia-"

"Hampir membunuhku" ucap Ariel menatap tangannya yang berdarah. Tatapannya pun beralih ke arah Adionel, "Yang mulia-"

"Ariel!" dengan sigap Adionel menangkap tubuh Ariel yang limbung.

"Ugh Dion, tolong- aku" racau Ariel dalam pingsannya. Suhu tubuhnya seketika naik, membuat Adionel khawatir setengah mati.

"FELIX! Panggil dokter!"

Istana putra mahkota malam itu pun gencar karena tunangannya jatuh pingsan dan demam. Ya, hanya itu kabar yang keluar dari istana itu. Mereka semua menutup mulut akan apa yang sebenarnya terjadi. Bahwa seseorang telah diperintahkan untuk menyelinap masuk ke istana itu dan membunuh Ariel.

"Rielku"
"Ayo sisir rambutku"
"Kau tetap menggemaskan-"
"Apa kau bahagia?"
"Rielku"
"Riel"

"...riel? Ariel?"

Perlahan Ariel membuka matanya saat mendengar suara familiar itu memanggil namanya, "Di-on?" ucapnya lemah, sepintas saat fokusnya belum terkumpul ia merasa melihat Dion yang tengah menatapnya khawatir. Namun setelah fokusnya kembali, ia malah mendapati Adionel di hadapannya.

"Ariel? Kau baik-baik saja?" tanya Adionel.

"Yang- mulia? Aku- tubuhku sakit" lirih Ariel. Entah apa yang terjadi, hal terakhir yang ia ingat adalah saat dirinya hendak tidur lalu seseorang tiba-tiba muncul di sebelah ranjangnya tengah menghunuskan pisau ke arah Ariel. Dan Ariel tidak mengingat apapun lagi setelah itu.

"Dokter bilang kau kelelahan, beristirahatlah" ucap Adionel menenangkan Ariel dengan mengusap lembut kepalanya.

"Tadi- ada wanita-"

"Shhhhh itu sudah aku urus, sekarang tidur ya" ucap Adionel melembut. Ariel pun akhirnya menurut dan mulai menyamankan posisinya untuk tidur.

Adionel tetap setia menemani seraya mengelus pelan kepala Ariel. Hingga beberapa menit saat ia sudah memastikan bahwa Ariel tertidur, adionel pun berdiri hendak berjalan menuju sofa yang ada di kamar itu. Melihat kejadian tadi, sepertinya Adionel harus tidur disini malam ini.

Grep

Langkah Adionel terhenti saat kemejanya ditahan, ia berbalik mendapati tangan Ariel yang memegang ujung kemejanya. "Dion, jangan pergi hiks kembalilah Dion, aku merindukanmu hiks" Ariel menangis di dalam tidurnya.

Hal tersebut berhasil membuat Adionel terheran, saat Ariel tidak sadarkan diri tadi ia juga mengigaukan nama yang sama, 'Siapa Dion?' batinnya bingung, tidak ia pungkiri ada sedikit rasa kesal di dadanya.

Karena tak tega melihat Ariel yang menangis tersedu sedan, Adionel pun luluh dan naik ke kasur yang sama. Ia kembali mengusap lembut kepala Ariel dan hal tersebut nampaknya berhasil menenangkan gadis itu.

Dan tanpa terasa, keduanya pun terlelap di buaian malam.

Keesokkan harinya,

"Hmmmm" Ariel menggeliat dalam tidurnya, ia berguling ke samping namun wajahnya malah menabrak sesuatu. "Hmh apa ini?" racaunya seraya meneraba-raba benda yang barusan ia tabrak, tubuh Adionel.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang