Nevario menyesap tehnya santai, sedang Adionel masih membatu di tempat ia duduk tidak percaya bahwa sang duke paling terhormat di Hasgan memiliki anak di luar ikatan pernikahan.
"Semuanya terjadi begitu saja, saya bahkan tidak mengira kalau wanita yang meniduri saya waktu itu berakhir mengandung anak saya. Tapi terlepas dari itu semua, meski sudah terlambat 20 tahun lebih, saya siap bertanggung jawab dan menerima Ariel ke dalam keluarga Vorxon" ucap Nevario serius, iris sebiru es itu melirik Ariel menatapnya dalam, "Namun sepertinya Ariel sudah menemukan keluarganya sendiri" tukasnya.
Ariel hanya tersenyum canggung merespon ucapan Nevario. Ya, Ariel dengan sopan menolak permintaan Nevario waktu itu. Meski mereka memperlakukan Ariel dengan baik, meski mereka adalah keluarga asli Ariel dalam darah, bagi Ariel keluarganya adalah keluarga yang berada di Eleino. Ariel sudah tumbuh dan besar disana sebagai putri Aquillio, dan seterusnya akan selalu begitu.
Tentu, ia menyayangi keluarga Vorxon. Mereka orang baik, dan semua ini bukanlah kesalahan Nevario. Jadi Ariel tidak merasa perlu untuk menyalahkan mereka atas apa yang tidak mereka lakukan. Mereka pun sesungguhnya tidak perlu merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Nasib, tidak ada seorang pun yang tahu alurnya. Kita semua hanyalah pemain yang setiap hari berjuang untuk bertahan menghadapinya.
"Yang mulia, saya memiliki pertanyaan" ucap Ariel membuka suara, "Apakah normal bagi keturuna Vorxon untuk tidak sadarkan diri saat menggunakan kekuatan mereka? Karena beberapa kali saya menggunakannya, berdasarkan kesaksian putra mahkota, namun saya tidak mengingat satu hal pun" tanya Ariel serius.
Jujur, jika ia masih belum bisa mengendalikan kekuatannya maka ia tidak akan mampu kembali ke Eleino. Apa jadinya jika ia malah menyakiti keluarganya tanpa sadar? Banyak anak kecil disana dan Ariel tidak mau mencelakai keponakan-keponakannya.
Nevario menggeleng, "Biasanya kekuatan itu akan muncul di usia belia. Bahkan sesaat setelah lahir sekalipun, namun juga ada beberapa kasus yang mana kekuatan ini baru muncul saat menjelang remaja. Tapi tidak ada sejarah atau catatan mengenai tidak sadarkan diri saat menggunakannya, baik aku maupun kedua anakku, mereka semua sepenuhnya sadar saat menggunakan kekuatan mereka" jelas Nevario.
Ariel terdiam, jantungnya berdegup takut, 'Lalu kenapa? Jika tidak ada catatan mengenai ini lantas bagaimana aku mengendalikannya?' batin Ariel. Penyakit overthinking itu kembali menusuknya, beribu pertanyaan menyerang kepalanya.
Bagaimana ini? Bagaimana jika ia malah berakhir menyakiti orang-orang yang berharga baginya? Bagaimana jika ia tanpa sadar mencelakai banyak orang tidak berdosa? Apakah ini artinya ia tidak bisa kembali lagi ke Eleino?
"-Riel"
Satu sentuhan di pundaknya seketika membungkam isi kepala Ariel yang menyerbunya dengan ribuan pertanyaan. Ariel dengan cepat menoleh, mendapati Adionel yang saat ini menatapnya khawatir.
"Wajahmu pucat, sebaiknya kita kembali ke istana" ucap Adionel berdiri mengulurkan tangannya pada Ariel.
Ariel, yang nampak masih kebingungan akan bagaimana bisa sentuhan Adionel membuatnya merasa lebih baik, pun perlahan mengamit uluran tangan itu.
"Kalau begitu kami permisi duke" ucap Adionel.
Nevario turut berdiri, "Apa kalian butuh kereta kuda untuk-"
"Tidak perlu" jawab Adionel singkat tanpa aba menggendong Ariel seraya berjalan keluar dari ruangan itu. Namun Adionel langsung menggunakan kekuatan teleportasinya sebelum meraih pintu, membuat Azalea dan Keneth yang baru masuk kesana dibuat keheranan.
"Ayah, suara siapa tadi? Aku yakin tadi ada suara orang lain di dalam sini" tanya Kenneth.
Nevario tersneyum kecil, 'Ternyata begitu ya? Dia mewarisi kekuatan itu. Ariel juga...' batinnya. "Tadi adalah raja kita"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...