Found Out

878 90 1
                                    

"Adion-hmph!" mulut Ariel yang berteriak itu spontan langsung ditutup oleh Adionel. Dengan cepat Adionel menarik Ariel ke tempat yang lebih sepi.

"Puah apa yang kau lakukan disini?" tanya Ariel setelah bekapan Adionel dilepas. Kini keduanya berada di gang sempit tak terjaman perhatian orang lain.

Adionel, tidak ingin mengakui bahwa dirinya sedang mencari Ariel, pun hanya bergumam seperti remaja salah tingkah. "M-mencarimu" ucapnya memalingkan wajah malu-malu.

"Hah? Kau bilang apa?" tanya Ariel tidak bisa mendengar Adionel dengan jelas.

"Aku mencarimu!" seru Adionel kesal dengan wajah merona merahnya.

Ariel pun hanya berkedip membelalak, siapa pria di depannya ini? Rasanya Adionel sedang tidak menjadi dirinya sendiri sekarang.

Ariel pun berbalik, "Sebaiknya anda pulang yang mulia, apa yang anda pikirkan pergi ke tempat seperti ini tanpa pengawal?" ucap Ariel menutup kembali wajah Adionel dengan jubahnya dan menyeretnya keluar dari gang itu.

"Tidak" ucap Adionel menarik lengan Ariel, membuat sang gadis tertarik mundur menabrak dada yang tak ia sangka begitu bidang.

Wajah tampan tiada tara itu memasang ekspresi memelasnya, seolah ingin menangis di hadapan Ariel. Membuat sang gadis semakin bingung akan tingkah aneh putra mahkota Hasgan ini.

"Ak-aku- Ariel aku ingin minta maaf atas ucapanku waktu itu" ucap Adionel terbata karena gugup. "Tidak seharusnya aku berkata seperti itu, aku pasti menyakiti perasaanmu" ucap Adionel.

Ariel terdiam, jadi Adionel menjauhinya selama ini karena rasa bersalah dan tertahan oleh egonya sendiri?

Ariel pun menggeleng, "Anda tidak salah yang mulia, karena anda benar. Saya melihat orang lain di dalam diri anda, orang yang begitu berharga bagi saya. Tapi saya tidak memikirkan perasaan anda juga, maafkan saya yang mulia" ucap Ariel menunduk.

Adionel tersenyum kecil, "Kalau begitu, kita impas?" tanya Adionel.

Ariel pun tersenyum seraya mengangguk, "Dan berhubung anda sudah keluar begini, bagaimana kalau kita berkeliling sedikit?" ajak Ariel.

Adionel pun setuju dan disinilah keduanya, bersenda gurau seraya mencoba makanan kaki lima di ibukota Hasgan.

Hingga mereka akhirnya sudah mencicipi semua makanan yang ada, dan kini sudah berada di ujung pasar. Dimana sebuah gang kumuh berbau tidak sedap menyita perhatian Adionel.

"Kasihan sekali" ucap Ariel sedih. Sejak dulu ia selalu bersimpati pada mereka yang hidup tidak mampu. Terutama mereka yang memiliki keterbatasan namun masih berjuang keras untuk menyambung nafas.

Dan melihat tempat ini, mengingatkan keadaan negaranya yang masih dilanda kemiskinan di setiap sudut.

"Sejak ayahku jatuh sakit, semua urusan kerajaan diurus oleh Regina. Wanita itu hanya mengutamakan pariwisata dan perdagangan dibandingkan kemakmuran rakyatnya" ucap Adionel. "Dan begitulah hasilnya, kawasan kumuh yang tidak terlihat seperti itu menurutnya tidak perlu diurus" tukasnya berjalan memasuki gang itu.

Ariel pun berjalan mengikuti Adionel, melihat pemuda itu mengeluarkan kantung berisi koin emas. Setiap orang yang terduduk lesu di pinggir jalan ia berikan tiga koin dan sepotong roti dan setiap rumah yang ia lewati diselipkan 5 koin dari bawah pintunya.

Namun hal tidak terduga terjadi, "Berhenti"

Ariel dan Adionel berbalik menatap sekelompok pria yang memegang senjata seadanya seperti pisau dapur, kapak, sekop, cangkul, menodong mereka dengan senjata-senjata berkarat itu.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang