"Duke sialan itu, berani-beraninya dia"
Suasana kamar yang hening, hanya terdengar gerutuan dari lelaki yang telanjang dada duduk di pinggir kasurnya sementara seorang wanita yang sedari tadi hanya diam duduk bersimpuh di lantai seraya memijat kaki lelaki itu.
"Awas saja, saat aku menjadi raja nanti, namanya duluan yang akan aku hapus dari daftar bangsawan di kerajaan ini" lanjutnya menggerutu. Adrian, yang kakinya tengah dipijat oleh sang istri, Ivana, merupakan ritual yang mereka lakukan setiap hari sebelum tidur.
Adrian merasa kakinya selalu merasa pegal entah kenapa. Padahal ia tidak pernah melakukan pekerjaan berat, bahkan saat ia bertugas di perbatasan sekalipun yang ia lakukan hanya bersantai setiap hari dan mencari wanita untuk ia 'mangsa'.
"Argh! Pijat yang benar!"
Bugh
"Kyaaa!"
Adrian menendang Ivana saat pijatan yang Ivana berikan dirasa terlalu kuat, ditambah emosi atas kejadian kemarin, tendangannya pun bercampur dengan amarah.
Sudah biasa Ivana menerima perlakuan seperti ini, memar di tubuhnya pun tak kunjung hilang karena selalu ditimpal dengan pukulan lainnya.
Selama ini Ivana hanya diam, ia tidak memiliki pilihan selain pasrah. Baginya, mendapat tempat tidur dan makanan untuknya dan putranya saja sudah lebih dari cukup. Ia bisa menahan segala macam pukulan yang dilayangkan padanya.
"M-maaf yang mulia"
Adrian menatap rendah Ivana seraya mendengus, "Yang berguna darimu itu hanya tubuhmu untuk memuaskan nafsuku. Gara-gara kau aku harus menahan birahiku dan bermain dengan wanita-wanita yang aku mau" angkuhnya.
Dengan cepat Adrian pun mengambil posisi berbaring di atas kasurnya, kemudian melepas celananya. "Naik dan buat dirimu berguna, setidaknya lubang kewanitaanmu tidak terlalu buruk"
Ivana pun tidak memiliki pilihan selain menurut, ia membuka gaun tidur nan seksinya itu dan mulai memanjat kasur untuk menaikki tubuh Adrian.
Malam itu, rasa hina di dalam diri Ivana bertambah-tambah semakin jadi, begitu pula dendamnya.
~~//~~
Keesokkan harinya,
Sreeekkk
Kereta kuda itu berhenti di depan sebuah kastil mewah yang mana di depannya sudah bersiap seorang pria kekar berusia sekitar 50an dengan setelan butlernya.
Pintu kereta kuda itu dibuka oleh sang kusir, ia pun membantu seorang lady untuk turun dari kereta kuda itu. Seraya sang lady turun dari keretanya, butler itu pun membungkukkan badan memberi hormat.
Lady itu berjalan ke arah sang butler, "Salam, saya Arielle de Aquillio. Saya ada janji dengan lady Azalea" ucap Ariel sopan.
"Salam, saya Jackson, butler di kediaman Vorxon. Lady Azalea sudah menunggu di taman, mari saya antar" ucapnya sopan.
Ariel pun berjalan memasukki kastil itu mengikuti Jackson, ia memperhatikan setiap sudut bangunan kastil yang sekilas nampak suram karena kesan warnanya yang cenderung gelap. Tapi jika diperhatikan lagi, mereka hanya memiliki selera tersendiri.
Sesampainya di taman, keduanya pun berjalan menghampiri seorang lady yang tengah duduk menikmati tehnya dikelilingi bunga indah berwarna merah muda keunguan.
"Lady, tamu anda sudah sampai"
Azalea menoleh, Ariel pun langsung terpana dengan kecantikan di depan matanya, mata yang tajam, ekspersi dingin dan aura serius yang mengelilinginya, 'Benar-benar karakter girlboss' batin Ariel tanpa sadar menatap Azalea terlalu lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...