Snow

1.5K 150 0
                                    

Sebuah pemukiman yang berselimut salju, sebuah pemandangan baru di mataku. Di kehidupan sebelumnya, aku hidup di negara beriklim tropis, jadi aku tidak pernah melihat salju selama hidupku.

Sedangkan selama 11 tahun aku hidup di dunia ini, aku hanya berdiam di kastil saat salju turun. Jadi saat melihat sebuah pemukiman yang tertutup salju seperti ini membuatku terkesima akan keindahannya.

Althea mengurus wilayahnya dengan sangat baik, tidak satupun rumah yang kulihat tidak memiliki perapian. Itu artinya, distribusi kayu kering sangat bagus disini. Dan juga tidak satupun aku lihat gelandangan di pinggir jalan, semua orang memiliki rumah, semua orang hidup tercukupi.

Melihat luas dan kepadatannya, mungkin pemukiman ini menampung lebih dari 1000 jiwa. Ya, cukup ramai disini. Wilayah Ghandhafar pun hanya memiliki sekitar 800 jiwa.

"Lihat, itu mansion Aquillio!" ucap Leon dari luar kereta, ia menunjuk ke arah tebing yang menghadap langsung ke pemukiman penduduk. Tunggu, apa tidak berbahaya membuat mansion di tepi gunung? Bagaimana kalau longsor?

"Mansion itu sudah berdiri sejak gran duke Aquillio yang pertama, dan itu sudah hampir 1000 tahun yang lalu" ucap Leon, membuatku mataku hampir keluar dari kepalaku sangking terkejutnya.

Tidak mungkin! Selama itu? Setua itu? Jika di Indonesia mungkin mansion ini sudah dijadikan tempat uji nyali. Dan bangunannya tidak terlihat usang sama sekali, masih berdiri disana dengan kokohnya.

Setelah sekitar 15 menit perjalanan menuju mansion Aquillio, kami pun sampai di gerbangnya. Para penjaga yang bersiap disana pun langsung memberi aba-aba untuk membuka gerbang itu.

Gerbang terbuka, lagi-lagi aku dibuat terpukau akan keindahan Aquillio. Dari jauh mansion ini terlihat tidak terlalu besar, tapi setelah memasukki gerbangnya, aku rasa kita bisa mengadakan pertandingan futsal di halamannya saja.

Saat ini sedang badai salju, jadi semua orang berada di dalam rumah mereka masing-masing. Begitupun para pekerja Aquillio, kecuali para penjaga yang bertugas di gerbang.

Sreettt

Kereta kuda kami berhenti, seorang pria dengan tuxedo hitamnya berdiri di pintu masuk sendirian, seolah tengah menyambut kedatangan kami.

Leon membukakan pintu kereta kuda, kemudian membantuku untuk turun. Kami berjalan menaiki tangga menuju pintu mansion. Butler tadi pun memberi hormat.

"Salam saya kepada penerus Aquillio, saya harap perjalanan anda sekalian lancar tanpa hambatan" ucap butler itu menyambut kami.

"Terima kasih, mari masuk" ucap Leon karena sadar bahwa udara semakin dingin.

Ceklek

Krieeettt

Pintu besar itu pun terbuka, menampilkan sederet pelayan yang berbaris rapi membungkuk memberi hormat. "Selamat datang, tuan Napoleon, nona Ariel" ucap mereka kompak membuatku merinding. Wow, ini dia yang kusebut profesional. Berapa lama mereka latihan?

"Bak air hangat sudah disiapkan, begitupun kamar tuan dan nona. Para koki sudah menyiapkan sup dan makanan hangat lainnya untuk makan siang. Silahkan beritahu saya jika ada apa-apa" ucap butler itu.

"Baik, terima kasih Thomas" balas Leon melepas mantelnya dan salah satu maid dengan sigap mengambil mantel itu.

"Mohon bantuannya Thomas" timpalku tersenyum pada Thomas, aku harus membuat kesan yang baik bukan?

Sedang Thomas hanya tersenyum korporat, kemudian membungkuk dan berlalu pergi. "Saya akan melihat persiapan makan malamnya" ucapnya.

"Dia memang tidak banyak bicara" ucap Leon. Aku pun hanya mengangguk mengerti.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang