Keesokkan harinya,
"Ariel, ayo" ucap Leon yang sudah berpakaian lengkap dengan mantel bulunya.
"Iya iya sebentar" ucapku yang sedang mengancing mantelku.
Hari ini, kami akan pergi ke kota untuk membagikan beberapa bahan makanan mentah dan juga bibit tanaman yang bisa tumbuh di suhu ekstrim.
Setelah semua persiapan sudah beres, kereta yang mengangkut barang juga sudah siap, "Kami pergi dulu" pamitku dan Leon pada para pekerja mansion.
Kereta itu pun berjalan menuruni tebing dari mansion Aquillio menuju pemukiman penduduk di bawah tebing itu.
Aku mengeluarkan kepalaku dari jendela kereta, kulihat para penduduk yang sudah ramai di jalanan. Mereka melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasa, berjualan, anak-anak bermain, ada yang membersihkan jendela tokonya, dan sebagainya.
Sreeettt
Kereta kuda kami berhenti, pintunya terbuka dan Leon turun terlebih dahulu. Ia kemudian mengulurkan tangannya untuk membantuku turun juga.
Seorang prajurit yang mengawal kami pun memanggil para penduduk untuk berkumpul, "PERHATIAN! PERHATIAN!" serunya.
Para penduduk yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing pun berkumpul saat prajurit itu memanggil. Mereka yang awalnya mendekat dengan wajah kebingungan pun, seolah mengerti saat bersitatap dengan Leon.
Aku mendongak menatap kakak angkatku itu, wibawa dan kharismanya begitu terasa saat ini. Apa benar ini orang yang sama? Apa jangan-jangan Leon diculik dan orang ini adalah mata-mata yang menyamar?
"Berhenti menatapku Ariel"
Aku terperanjat saat Leon tiba-tiba berucap, lagi-lagi aku tanpa sadar menatap lamat wajah orang lain.
"Selamat siang, maaf jika saya mengganggu aktifitas kalian. Saya tidak akan lama, disini ada beberapa bahan pokok mentah dan juga bibit tanaman yang bisa tumbuh di cuaca Aquillio. Silahkan berbaris, hanya yang tertib yang bisa mendapatnya"
Para penduduk yang barusan berkumpul pun langsung membentuk dua barisan. Leon membagikan bahan mentah dan bibit itu dengan adil. Sesekali kulihat ia mendengarkan keluhan-keluhan dari para penduduk, dan memberikan solusi sementara hingga ia bisa membantu mereka sepenuhnya nanti.
Aku tersenyum bangga, Leon akan menjadi pemimpin hebat pastinya. Dan aku akan selalu mendukungnya.
Tuk tuk
Aku menoleh saat ada yang menarik mantelku. "Oh halo" sapaku pada anak perempuan berusia sekitar empat tahun itu. "Apa kau sudah mendapat bahan makanannya? Mana ibumu?" tanyaku berjongkok menyamakan tingginya.
Anak itu menoleh menunjuk ke arah sebuah rumah kecil di ujung sana, dimana seorang wanita tengah duduk di depan rumah itu terbatuk-batuk. Aku pun langsung mengerti.
Aku tersenyum lembut pada anak itu, "Tunggu sebentar ya" ucapku seraya berbalik hendak mengambil peti kayu berisi bahan mentah.
Karena aku yakin anak itu tidak akan mampu membawakannya, aku pun berinisiatif membawakan peti kayu itu sampai ke rumahnya.
"Nyonya, jika membutuhkan sesuatu atau ada apa-apa, datang saja ke sana mansion" ucapku menunjuk ke arah mansion Aquillio.
Ibu dari anak itu pun tersenyum dengan bibir pucatnya, "Terima kasih banyak nona, Aquillio terasa begitu makmur dalam kekuasaan anda" ucapnya.
Aku pun tersenyum, "Sudah tugas kami, nyonya" ucapku. Aku kemudian menatap anak itu, ia hanya diam, sebelum aku memecah keheningan. "Berjanjilah untuk datang ya" ucapku mengeluarkan jari kelingkingku.
![](https://img.wattpad.com/cover/353413560-288-k517724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...