Butuh waktu lima hari perjalanan dari ibukota Eleino ke istana Hasgan. Dan selama perjalanan Ariel dan Adionel pun membicarakan rencana mereka selama satu tahun ke depan.
"Jadi, jika ada yang bertanya maka jawab saja kita jatuh cinta pada pandangan pertama" ucap Adionel.
"Baiklah" jawab Ariel tanpa bantahan. "Apa ada yang harus aku waspadai selain ratu Regina dan putranya?" tanya Ariel.
Adionel nampak berpikir, "Kalau itu, sepertinya hanya beberapa keluarga ratu Regina yang sering ke istana, dan juga semua orang yang bekerja di istana ratu"
Ariel tersenyum dengan matanya yang berkedut, 'Hanya, ya? Haha' batinnya tertawa sedih.
"Kau hanya boleh mempercayai orang-orang yang bekerja di istanaku, dan selama kau berada disana pun kau akan tinggal seatap denganku" lanjut Adionel.
Ariel mengangguk mengerti, "Baiklah" ucapnya.
"Sesampainya di Hasgan, aku akan segera mendaftarkan pernikahan kita dan mengadakan resepsi. Semua orang harus tau bahwa aku sudah menikah dan sudah memenuhi semua syarat untuk menaiki takhta. Jadi tidak akan ada yang bisa membantah" jelas Adionel.
"Kau tidak perlu melakukan tugas dan kewajiban putri mahkota jika kau tidak mau, aku tidak akan keberatan" lanjutnya.
"Tentu saja aku harus melakukannya, tidakkah keberadaanku akan menjatuhkan martabatmu jika aku hanya menjadi perempuan penghabis harta Hasgan dan bersembunyi di balik bayanganmu?" tolak Ariel.
Adionel tersenyum remeh, "Kau yakin? Pekerjaan putri mahkota tidaklah semudah pekerjaan gran duchess atau pekerjaan di butik"
Ariel membalas dengan senyum miringnya, "Kita lihat saja nanti"
Adionel terkekeh, ia suka sisi Ariel yang suka menerima tantangan begini. "Tapi aku memiliki sebuah permintaan, di luar dari kontrak. Apakah boleh?" tanya Adionel sopan.
Ariel pun memicing menatap pria itu curiga, "Biar aku dengar terlebih dahulu"
Adionel tersenyum lembut, "Jadi..."
~~//~~
Lima hari kemudian, di tempat yang jauh dari kereta perjalanan mereka, di ruangan mewah berlapiskan permata. Seorang wanita duduk di sofa santainya menyesap teh hangat yang baru saja dituangkan oleh pelayannya.
Senyum miring wanita itu merekah di wajah yang mulai memiliki tanda penuaan itu, "Hmmm begitu ya? Adionel akan tiba hari ini" ucapnya setelah mendengar laporan dari pekerjanya.
"Kalau begitu kita harus menyambutnya dengan hangat bukan? Apalagi ia membawa calon menantuku" tukasnya berdiri.
Sedang di tempat yang berbeda, sebuah kereta kuda yang ditarik oleh enam ekor kuda putih itu berhenti di depan sebuah istana dimana para pelayan dan pekerja istana tersebut sudah berbaris rapih di depannya.
Sreeettt
Kereta kuda itu berhenti, kusirnya turun untuk membukakan pintu. Sepasang kaki jenjang dibalut celana putih pun keluar, menampilkan Adionel yang nampak masih begitu segar setelah 5 hari perjalanan.
Namun pangeran tampan itu tidak melanjutkan langkahnya ke dalam istana, melainkan berbalik mengulurkan tangannya ke dalam kereta.
Sebuah tangan lentik mengamit uluran tangan itu, seluruh pekerja istana yang menyambut mereka langsung menundukkan kepala karena mereka tahu bahwa sudah menjadi etiket umum untuk tidak menatap bangsawan tepat di mata mereka, kecuali diminta.
"Selamat datang yang mulia putra mahkota" ucap mereka bersamaan seraya menunduk.
Ariel langsung bersembunyi di belakang tubuh tegap Adionel seolah keramaian para pekerja itu membuatnya gugup.
![](https://img.wattpad.com/cover/353413560-288-k517724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...