Di kamar mewah bernuansakan kombinasi warna lavender dan emas, seorang pria duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan meja kerjanya dan menghadap langsung keluar jendela yang terbuka. Surai seputih salju itu tertiup angin hangat yang masuk dari jendela.
"Tuan" seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian tertutup serba hitam tiba-tiba muncul di belakang pria itu.
"Hm?" jawab pria bersurai putih itu.
"Seseorang meminta untuk bertemu dengan anda"
Pria itu menoleh, menampilkan iris lavender memabukkannya, Adionel. "Kau tau aku tidak ingin bertemu siapapun yang tidak penting bukan?" jawabnya.
"Ini dari lord Ghandhafar"
Senyum miring merekah di bibir Adionel, "Oh kalau begitu aku harus terima, alangkah tidak sopannya diriku jika harus menolak calon mertua" ucapnya langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Siapkan ruang tamu sekarang juga"
~~//~~
Canggung. Ya, itu yang Ariel rasakan saat ini. Niatnya menemani sang ayah untuk bertemu Adionel di istana, malah berakhir menjadi pencari suasana.
"Kau menginginkan putriku?"
"Saya membutuhkan putri anda"
"Tapi aku tidak berniat memberikan Ariel semudah itu"
"Dan saya tidak berekspektasi semua ini akan mudah"
"Kalau begitu menyerahlah"
"Tidak akan"
Hening, situasi kembali canggung.
"Ah teh ini sangat segar, ayah cobalah. Ada rasa buah ara di dalamnya" ucap Ariel berniat memecah suasana.
Bukannya menjawab, Raphael malah menatap putrinya serius. Dan hal itu membuat Ariel kebingungan, apa dia mengatakan sesuatu yang menyinggung?
"Ariel, apa kau benar-benar menginginkan ini?" tanya Raphael.
Ariel, yang tadinya tersenyum canggung, pun langsung membalas tatapan serius sang ayah. "Semua ini demi Hhandhafar ayah" ucapnya.
Raphael menghela nafasnya, kemudian menoleh ke arah Adionel, "Berikan surat kontraknya padaku" ucapnya.
"Felix"
Lagi-lagi Felix muncul secara tiba-tiba di belakang Adionel. "Silahkan tuan" ucapnya menyerahkan sebuah kertas pada Adionel kemudian kembali menghilang.
Adionel menyerahkan surat kontrak itu pada Raphael, "Silahkan" ucapnya.
Raphael pun membaca surat kontrak itu. Aneh, kondisi yang tertera di dalamnya masih kosong, "Kenapa kondisinya kosong? Hanya ada keterangan hadiah yang akan diterima jika Ariel berhasil" tanya Raphael.
"Ah itu, saya ingin lady Ariel sendiri yang memberikan kondisinya. Seketat apapun itu, saya hanya menginginkan lady Ariel sebagai istri saya yang sah selama satu tahun, dan berlaku selayaknya putri mahkota di depan publik selama beliau menjadi istri saya. Di luar daripada itu, saya tidak akan menuntut apapun dari lady Ariel" ucap Adionel.
Raphael menoleh menatap putrinya, "Ariel, jika kau memang menginginkan ini, tulislah kondisi yang kau inginkan" ucapnya.
Jantung Ariel berdegup kencang, ia tak menyangka bahwa Raphael akhirnya mengizinkannya. Dengan gugup ia pun menerima surat kontrak itu dan menuliskan kondisi yang ia inginkan.
Setelah selesai, Ariel menyerahkan surat itu kembali pada Raphael dan membiarkan Raphael membacanya.
Beberapa kondisi yang Ariel tentukan yaitu, pertama, bahwa kedua pihak tidak boleh melakukan kontak fisik secara berlebihan kecuali jika kedua belah pihak telah memberi persetujuan.
![](https://img.wattpad.com/cover/353413560-288-k517724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wrote This Story
Fantasy[Spin off of I Was The Evil Witch] [HIATUS] Tidak mungkin! Aku bergegas keluar dari kamar mewah itu, kaki kecilku berlari tanpa arah dan tujuan, mencari jawaban dari spekulasi gilaku. Tidak mungkin, kau pasti berbohong. "Ah, Ariel? Putri kecilku sud...