Wedding

841 75 2
                                    

Lagi-lagi Ariel mendapati dirinya di dalam situasi canggung. Adionel tengah sibuk mempersiapkan pernikahan dan penobatannya, Ariel seharusnya membantu namun hal genting menahannya.

"Jadi, kau mengatakan bahwa pria ini adalah ayah kandungmu?"

"E-ekhem, iya ayah" jawab Ariel. Ya, orang yang barusan bertanya padanya adalah Raphael. Ia datang ke Hasgan karena pernikahan putrinya akan dilangsungkan tiga hari lagi.

Sedang Leon berjanji untuk datang lain kali, karena kondisi sang istri yang belum sepenuhnya pulih apalagi jika hendak dibawa perjalanan jauh. Dan Artemis juga akan sampai di Hasgan satu hari sebelum acara diberlangsungkan. Jadi pihak keluarga Ariel yang tiba duluan baru Raphael saja.

"Dan aku bisa lihat kalau dia bukan manusia biasa" ucap Ariel menilai Nevario dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.

Nevario, yang sedari tadi hanya tersenyum kecil dan diam, pun akhirnya membuka suara. "Senang bertemu anda Lord Ghandhafar" sapanya.

"Hmm" jawab Raphael tanpa kata, membuat Ariel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bisa-bisanya Raphael bersikap seperti itu pada duke paling terhormat di Hasgan.

"Ekhem jadi, apa Ariel sudah memutuskan siapa yang akan mengantarmu ke altar?" tanya Nevario mengalihkan topik pembicaraan.

"Ah m-masalah itu, saya belum tau yang mulia" jawab Ariel bingung.

"Kenapa tidak tau? Tentu saja aku yang akan mengantarmu" celetuk Raphael.

"A-ah sebenarnya-"

"Jadi begini Lord Ghandhafar, demi memantapkan posisi Ariel sebagai ratu Hasgan, Ariel membutuhkan saya untuk mendukungnya. Jika saya ikut serta mengantarkan Ariel ke altar, para bangsawan akan berpikir bahwa Ariel memiliki dukungan saya. Dan dengan begitu, keamanan dan kehormatannya bisa terjamin" jelas Nevario. "Sifat-sifat para bangsawan di seluruh dunia ini sama saja, apakah anda pikir anak angkat seorang gran duke di kekaisaran nan jauh disana akan mendapat perlakuan yang adil disini?" ucapnya serius.

Raphael terdiam, ucapan Nevario memang benar adanya. "Lantas, kenapa tidak langsung mengangkatnya sebagai putrimu saja?" tanya Raphael, tidakkah hal tersebut lebih sederhana?

Nevario tersenyum, "Ah mengenai itu, Ariel menolak tawaran saya" ucap Nevario. "Baginya, keluarganya adalah mereka yang berada di Eleino. Bukan Vorxon" tuaksnya dengan sedikit nada sedih, membuat Ariel agak merasa bersalah.

Raphael menoleh menatap Ariel penuh tanya, "Kau menolaknya? Kenapa?"

Ariel tersenyum sendu, "Aku tidak mengingat apapun tentang masa kecilku ayah, hal pertama yang aku ingat adalah keluargaku di Aquillio. Meski aku bukan darah kalian, tapi kalian memperlakukanku selayaknya anak kandung kalian sendiri" ucap Ariel.

"Tapi bukan berarti aku tidak menganggap Vorxon sebagai keluargaku juga, karena bagaimanapun darah duke Vorxon mengalir di dalam tubuhku. Mereka juga orang-orang baik, jadi tidak ada alasan bagiku untuk membenci mereka, terutama duke Vorxon. Karena aku yakin, jika beliau tau bahwa darah dagingnya hidup sengsara di luar sana, ia akan mencari dan merawatnya seperti anak sendiri" ucap Ariel berhasial menyentuh hati Nevario yang sudah lama tidak merasakan kehangatan.

Hening, tidak ada yang membuka suara setelah Ariel mengutarakan isi pikirannya.

Clap

Raphael menepuk tangannya, membuat Ariel dan Nevario spontan menoleh, "Baiklah kalau begitu-"

~~**~~

Teng teng teng

Lonceng kuil berbunyi, tanda upacara suci pengikat dua insan akan segera dimulai.

I Wrote This StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang